Memetik Dan Menikmati Buahnya
0
komentar
“Wahai anakku, kalau sewaktu kecil kamu rajin belajar, menuntut ilmu sebanyak-banyaknya, maka sewaktu dewasa kelak kamu akan memetik buahnya dan menikmatinya” (Luqman al-Hakim).
Betapa kecewa manusia bila pohon yang ditanam, apalagi sudah menghabiskan modal yang tak sedikit dan menunggu bertahun-tahun, tidak berbuah. Begitu perumpamaan dalam mencari ilmu.
Umumnya manusia menghabiskan uang yang tak sedikit, umur yang banyak, dan kelelahan yang tiada terhingga, untuk menuntut ilmu. Namun ketika memperolehnya, ilmu tersebut kadangkala bagaikan pohon yang tak berbuah atau buah yang tak dapat dinikmati.
Menurut Ibnul Qayyim rahimahullah, buah dari ilmu menyebabkan seorang hamba dipuji Allah. Tentunya tak akan mendapat pujian dari Allah bila tidak mengamalkan ilmu dengan menunjukkan ketaatan dan ketakutan kepadaNya. Dalam Alquran disebutkan, yang merasa takut kepada Allah hanyalah orang-orang yang berilmu (QS. Fathir: 28).
Namun, ketaatan dan ketakutan seseorang hamba kepada Allah bukan hanya akan terlihat dari bagaimana ia memelihara hubungan baik denganNya, tetapi juga bagaimana memelihara hubungan baik dengan sesama manusia. Santun dalam berbicara, bijak dalam membuat keputusan, dan adil dalam membuat penilaian, merupakan di antara wujudnya.
Namun demikian, manusia kadang lupa terhadap ilmu yang telah disapih bertahun-tahun. Ilmu kadang dijadikan kotak pemisah dirinya dengan orang banyak, sehingga tidak memberi manfaat bagi perbaikan umat. Yang lebih parah, ilmu dijadikan lambang keangkuhan.
An-Nawawi rahimahullah mengingatkan bahwa sungguh tercela orang yang menuntut ilmu karena menginginkan dunia seperti harta, kepemimpinan, jabatan, kedudukan, popularitas, supaya orang lain cenderung kepadanya, untuk mengalahkan lawan debat dan tujuan semacamnya.
Wallahu A'lam