Penilaian Sikap Dan Perilaku (baca nggak baca nyesel)

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
Kebanyakan dari kita memiliki satu atau lebih keyakinan inti menantang yang muncul ke permukaan berulang kali selama hidup kita. Keyakinan inti biasanya berakar dalam ketakutan yang terpendam dalam diri kita sendiri sehingga kita membatasi ruang gerak dan perkembangan terhadap sikap dan perilaku kita terhadap manusia dan makhluk lain disekitar kita. Hal ini pada dasarnya tergantung pada perspektif Anda, keyakinan dasar yang menyebabkan semua jenis masalah dalam banyak kesempatan seringkali hadir untuk pertumbuhan. Bila Anda memilih untuk melihat kepercayaan sebagai kesempatan, Anda lebih mungkin untuk mengubah ketakutan Anda dalam mempelajari segala sesuatu yang mengarah pada kehidupan yang lebih baik. Di bawah ini adalah isu-isu inti yang paling umum tentang kekhawatiran atau keyakinan pada diri dan saran untuk berurusan (memperbaiki) nya

Pengabaian - Tidak ada yang peduli tentang aku. Saya sendirian. Saya tidak peduli. Saya tidak bisa mempercayai siapa pun.
Arogans - aku lebih baik dari kalian semua. Aku terlalu banyak memiliki kelebihan dan Aku yang benar dan kau salah.
Rusak - Ada yang salah dengan saya. Saya gagal. Saya rusak , saya telah hancur
Rendah diri - Saya tidak cukup baik. Aku bodoh. Saya tidak berharga. Saya membosankan. Saya putus asa.
Penolakan - Aku adalah beban. Saya tidak diinginkan. Tak seorang pun ingin menghabiskan waktu dengan saya.
Malu - saya buruk. Saya jahat. Saya kesalahan. Aku rakasa jelek. Aku menjijikkan. 

Keyakinan inti sering berasal dari skenario kecil dalam kehidupan yang mana mereka dapat menjadi hasil dari pesan-pesan negatif yang diulang berkali-kali kepada kita oleh orang tua kita atau orang penting lainnya dalam hidup kita. Atau salah satu dari keyakinan ini mungkin telah masuk dan merasuk serta mempengaruhi setiap keyakinan dan fikiran kita selama satu atau lebih kejadian serta pengalaman traumatis.

Perhatikan bahwa beberapa orang yang berada dalam kategori ini  mungkin secara tidak sadar melakukan apa saja untuk membuatnya tampak seolah-olah apapun serba salah. Misalnya, seseorang dengan rendah diri dan tidak memiliki keyakinan akan senantiasa banyak mengurung diri dan menjauhkan diri dari kehidupan. yang pada dasarnya hal ini justru membuat rasa takut , bersalah , rendah diri semakin mendalam. Seseorang yang menghadapi rasa malu , takut , bersalah , rendah diri seharusnya memberikan dan atau melakukan sesuatu yang positif untuk menutupi sebuah keyakinan bahwa mereka benar-benar buruk.

Pengabaian - Selalu perlu dimasukkan, bergabung segala sesuatu untuk menghindari perasaan yang lebih dalam.
Arogansi - sangat rendah hati, menyembunyikan keyakinan mereka lebih dalam bahwa tidak ada yang bisa menandingi mereka.
Rusak - Menyajikan diri mereka sebagai selalu besar, hindari berbicara tentang masalah mereka.
Rendah diri - Macho, menguasai, harus membuktikan mereka lebih baik daripada yang lain.
Penolakan - Menyajikan diri mereka sebagai seseorang yang sangat diinginkan, namun menolak orang lain dengan mudah.
Malu - Terlalu bagus dan banyak melakukan hal baik , tidak berdiam diri atas kejadian yang menimpa dirinya dan tetap percaya diri.

Dengan menjelajahi keyakinan yang mendalam di balik ketakutan dalam menjalani kehidupan anda dapat mengubah hidup menjadi lebih baik. Meskipun Anda mungkin menemukan bahwa Anda memiliki lebih dari satu sikap di atas  karena biasanya satu akan lebih menonjol dari yang lain. Terutama jika ini adalah baru bagi Anda, kami sangat menyarankan untuk langkah  pertama adalah fokus pada eksplorasi tantangan inti yang paling menonjol dalam diri. Untuk mengatasi hal ini, Anda kemudian dapat merancang niat untuk secara bertahap beralih dari ketakutan yang tertanam atau dan merubahnya menjadi kepercayaan / keyakinan.

Pengabaian - saya layak mencintai dan dicintai. Saya dapat menemukan cara untuk aman berbagi diri dengan orang lain.
Arogansi - saya bisa belajar dari sekeliling saya. Aku bisa melihat kebaikan di setiap orang yang kutemui.
Rusak - saya utuh dan lengkap seperti saya. Aku dapat memilih untuk mencintai semua tentang aku.
Rendah diri - Saya orang, baik yang berharga. Saya bisa membuat kontribusi yang berarti untuk dunia.
Penolakan - saya orang, menarik menarik. Orang dapat menikmati untuk mengenal saya.
Malu - saya bisa bersikap lembut dengan diriku sendiri. Aku bisa memegang niat terbaik untuk semua yang mendalam di hati saya.

Pada akar permasalahan dari sikap dan perilaku adalah kurangnya penerimaan dan perasaan mendalam yang terputus. Pemutusan ini dapat berasal dari diri kita sendiri, dari orang lain, dari alam spiritual kita, atau dari kombinasi hal tersebut. dan yang harus dilakukan adalah menggabungkan dua niat pemberdayaan untuk mengubah keyakinan inti yang paling dasar, sehingga kita memiliki keseimbangan dalam sikap dan perilaku, tidak lebih dan tidak kurang. (^_^ biasa aja kaliee)

Maksud di atas hanyalah saran yang mungkin atau mungkin bisa untuk digunakan. Dengan mengembangkan pernyataan Anda sendiri yang lebih kuat dengan pengalaman pribadi Anda, Anda dapat mengubah ketakutan Anda pada tingkat yang lebih dalam. Sisihkan waktu untuk mengeksplorasi tantangan ini. Mengubah kata-kata setiap kali Anda menemukan sesuatu yang lebih sesuai. Anda mungkin juga mengundang teman-teman dekat atau anggota keluarga untuk memberikan saran. Pertimbangkan untuk menulis satu set niat hidup, dan meninjau mereka sesering mungkin untuk membantu anda tetap berada di jalur (Muhasabah)

Setelah Anda telah mengembangkan niat Anda, menumbuhkan kesadaran tentang bagaimana dan kapan tantangan inti Anda dipicu. Perhatikan ketika Anda mengatakan kepada diri sendiri bahwa setiap kali cerita lama yang sama terjadi, anda akan langsung dapat mengingatkan diri Anda dari tujuan Anda lebih dalam dan terbuka untuk bergeser dari sikap dan perilaku yang sebelumnya, melemahkan citra diri ke dalam cara baru yang lebih lengkap. Anda terus-menerus dapat memilih transformasi dengan mengingat untuk mengakui rasa takut sebagai undangan untuk pertumbuhan.

Ini tidak berarti bahwa Anda menghindari atau menekan perasaan namun lebih kepada bekerja untuk menerima dan memahami seluruh bagian diri anda kedalam orang lain, membuka pintu untuk transformasi dan memungkinkan anda lebih mudah dan alami untuk mengakses esensi keindahan sikap dan perilaku anda lebih dalam. Hal ini, pada gilirannya, dapat membantu Anda untuk menjalani kehidupan yang jauh lebih penuh dan lebih kaya pengalaman, yang pada nantinya Anda dapat menemukan beberapa ide pemberdayaan , pengembangan penerimaan dan pemahaman  berdasarkan pengalaman anda sendiri.

Jangan heran jika setelah terobosan signifikan dalam mengubah keyakinan inti, Anda akhirnya menemukan masalah yang sama dan kemudian anda telah menemukan jalan keluarnya sehingga tidak canggung lagi , tidak ada kekhawatiran dan ketakutan terjebak pada lembah rendah diri dan malu atau arogan dan sombong, karena anda telah mengetahui batasan - batasan tersebut, melalui pengalaman sendiri. 

Dengan mengidentifikasi dan memilih untuk mengubah keyakinan yang asal mulanya adalah ketakutan yang mendalam pada akhirnya kita akan merasa lebih hidup dan lebih terhubung dengan diri kita dan dengan orang di sekitar kita. Hal ini kemudian mengilhami kita untuk berpartisipasi lebih penuh dan efektif dalam membangun masa depan yang cerah bagi semua.

Setelah Saya Selidiki Sangat Sayang Sekali Serta Serba Salah Sekaligus Semerawut Seandainya Semua Selalu Simpulkan Setiap Segala Sesuatu Sekiranya Sikap Seseorang Sedikit Sekali Sesuai Sertamerta ....... 
Sebab Siapapun Sering Silap 

Ah.... jadi gak nyambung kalo gitu bersambung pada sikap dan perilaku selanjutnya , semoga artikel selanjutnya lebih mudah dimengerti dan saya lebih mudah memberikan tulisan yang menjabarkan tentang sikap dan perilaku yang lebih baik. karena sikap dan perilaku saya belum baik.

Thaharah | Tayammum

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
Tayammum (تيمم) mengacu pada tindakan mensucikan diri tanpa menggunakan air dalam Islam, yaitu dengan menggunakan pasir atau debu, Tayammum dilakukan sebagai pengganti wudhu atau mandi wajib. bertayammum adalah salah satu bentuk kemudahan dalam Islam untuk diperbolehkannya bagi seseorang yang hendak melaksanakan sholat untuk bersuci dengan tanah yang suci ketika dia tidak mendapatkan air untuk berwudhu.

Hal yang membolehkan tayammum antara lain adalah sebagai berikut :
  1. Tidak adanya air yang cukup untuk wudhu atau mandi
  2. Tidak mampu menggunakan air, seperti orang lemah, orang yang dipenjara, atau takut binatang buas
  3. Sakit atau memperlambat sembuh dari sakit bila menggunakan air
  4. Jumlah air sedikit dan lebih dibutuhkan untuk menyambung hidup (minum).
  5. Tidak adanya alat untuk menimba/mendapatkan air, meski airnya ada dalam sumur misalnya.
  6. Takut habisnya waktu salat sedangkan untuk mendapatkan air sangat jauh.
  7. Kondisi yang sangat dingin dengan persyaratan tertentu
Rukun dan sunnah tayammum

Rukun tayammum ada empat, yaitu niat, mengusap muka, mengusap kedua tangan sampai siku, dan tertib. Dalam bertayammum tidak cukup berniat menghilangkan hadats saja, sebab tayammum tidak menghilangkan hadats. Dalam tayammum, harus berniat untuk diperbolehkan salat.

Sedangkan sunnah tayamum ada tiga, yaitu membaca basmalah; mendahulukan anggota kanan dari yang kiri; dan berurutan. Sedangkan yang membatalkan tayamum juga ada tiga, yaitu semua hal yang membatalkan wudhu, melihat air, dan riddah.

Bagaimana Cara Bertayammum?

Cara bertayammum yang sesuai dengan sunah Rasullullah shollAllahu ‘alaihi wa sallam adalah sebagai berikut :

1. Niat di dalam hati.
Seseorang yang akan melakukan tayammum wajib berniat di dalam hati terlebih dahulu. Berdasarkan sabda Rasulullah shollAllahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya semua amal itu tergantung niatnya, dan seseorang mendapat balasan sesuai dengan yang diniatkannya.” (HR. Bukhori dan Muslim)

2. Membaca Bismillah.

Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Huroiroh rodhiyAllahu ‘anhu, bahwa Nabi shollAllahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada sholat bagi orang yang tidak berwudhu, dan tidak ada wudhu bagi orang yang tidak menyebut nama Allah.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, Imam Ahmad, dihasankan oleh Syaikh Al Albani)

3. Menepukkan kedua tangan ke tanah yang suci, cukup sekali tepukan. Kemudian mengusap telapak tangan ke muka. Setelah itu mengusap telapak tangan yang satu dengan yang lain secara bergantian, dimulai dari ujung-ujung jari hingga pergelangan tangan.

Hal ini berdasarkan hadits Ammar rodhiyAllahu ‘anhu, “Rasulullah pernah mengutusku untuk suatu keperluan. Ketika itu saya sedang junub dan tidak mendapatkan air. Maka saya berguling-guling di tanah sebagaimana berguling-gulingnya seekor binatang. Lalu saya mendatangi Nabi shollAllahu ‘alaihi wa sallam. Saya ceritakan kejadian itu kepada beliau. Kemudian beliau berkata, “Sebenarnya cukup bagimu untuk menepukkan telapak tangan demikian.” Kemudian beliau menepukkan kedua telapak tangannya ke tanah sekali tepukan, lalu beliau tiup. Setelah itu beliau usapkan ke muka dan kedua telapak tangan beliau.” (HR. Bukhori dan Muslim)

Wallahu A'lam

Sufi Kurus

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
Seorang lelaki tinggi, besar dan kuat ingin memecah batu besar. Ia mulai memukul. Satu, dua, sampai sepuluh kali, batu belum pecah. Dipukul tigapuluh kali sampai lima puluh kali, batu belum pecah juga. Dipukul seratus kali, batu juga belum pecah.

Akhirnya dia putus asa. Dia bersandar di batu besar itu.

Tiba-tiba seorang sufi tua, kurus krempeng datang, dan bermaksud membantu. Lelaki tinggi besar dan kuat itu pesimis, tapi dia tetap mempersilahkan sufi tua kurus itu memecah batu.

Sufi tua kurus mulai memukul, satu, dua, tiga, empat, dan ...lima.

Tiba-tiba batu pun pecah. Lelaki tinggi besar kuat terheran-heran dan menyebut sufi tadi sebagai seorang wali.

"Anda luar biasa, bisa memecah batu besar itu. Anda hebat... anda wali Allah," kata lelaki kuat itu.

"Ah bukan. Memang batu itu baru bisa pecah jika dipukul 105 kali. Anda kurang bersabar, dan kurang optimis," kata si sufi.

Pemimpin Sudah Kerja Jangan Dihujat

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
Jangan Salahkan Pemimpin dan Wakil Rakyat dan Jangan menghujat karena mereka sebenarnya sudah mewakili semua kepentingan rakyat :

  1. Rakyat mau kaya sudah diwakili mereka , 
  2. Rakyat mau mobil mewah sudah diwakili mereka , 
  3. Rakyat mau rumah mewah sdah diwakili mereka. 
  4. Rakyat mau gaji / penghasilan gede sudah diwakili mereka. 
  5. Rakyat mau tempat kerja nyaman sudah diwakili mereka, 
  6. Rakyat mau jalan jalan ke Luar negeri sudah diwakili mereka.
Apa yang rakyat mau semua sudah diwakili mereka , Jadi semua sudah terwakili, kenapa anggota MPR, DPR dan Petinggi negara masih dibilang. “ENGGA KERJA SIH dan MINIM PRESTASI..?"



Amal Yang Tiada Putusnya

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
Segala puji hanya milik Allah Yang mempunyai segala apa yang ada di langit maupun di bumi. Bagi-Nya segala pujian di dunia maupun di akherat dan Dialah Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui. Sesungguhnya manusia diciptakan di alam kehidupan ini bertujuan untuk beramal, kemudian nanti akan dibangkitkan di hari kiamat untuk dibalas berdasarkan apa yang telah mereka amalkan. Maka manusia tidak diciptakan sia-sia, juga tidak ditelantarkan begitu saja. Orang yang beruntung adalah orang yang telah memberikan kebaikan untuk dirinya yang akan dia dapatkan simpanannya di sisi Allah. Dan orang yang celaka adalah orang yang yang memberikan keburukan untuk dirinya yang akan mengakibatkan kesengsaraan.

Lihatlah kepada amal-amalmu, dan mawas dirilah sebelum datang ajalmu, karena kematian menandakan terputusnya amalan dan merupakan permulaan menuai balasan. Kematian begitu dekat namun kita tak mengetahui bilakah datangnya. Dan perhitungan amal sangat teliti namun kita tak mengetahui tiba saatnya. Rambut beruban telah memberikan tanda peringatan akan kematian, maka bersiaplah menghadapinya. Kematian teman karib seseorang menandakan dekatnya kematian dirinya. Ingatlah kematian, beramallah untuk menghadapi masa sesudahnya yang pasti kita akan datang menemuinya dan menetap di sana. Jangan sampai dilalaikan dengan sesuatu yang kita sukai tapi akan kita tinggalkan. Jangan tertipu dengan mimpi-mimpi yang berlarutan lalu menjadi lalai dengan kedatangan ajal. Berapa banyak orang yang mengharapkan sesuatu tapi tidak pernah dia perolehi. Berapa banyak orang yang kita temui di waktu pagi, tetapi tak menemui waktu petangnya. Berapa banyak orang ketika datang ajalnya berangan untuk ditunda beberapa saat lagi agar dia dapat memperbaiki kesalahannya serta melakukan apa yang telah dia lupakan.

Sebenarnya seseorang itu terhenti amalnya tatkala datang kematiannya, Tetapi ada beberapa amalan yang dilakukan pada saat hidupnya dan manfaatnya terus-menerus kepadanya, maka pahalanya akan terus mengalir kepada pelakunya :

إذا مات ابن آدم إنقطع عنه عمله إلا من ثلاث, صدقة جارية أو علم ينتفع به أو ولد صالح يدعوا له  - رواه مسلم 

Artinya : Apabila seorang putra adam (manusia) meninggal dunia, maka terputuslah darinya seluruh amalnya, kecuali 3 hal

1. Sodaqoh Jariyah
2. Ilmu yang bermanfaat
3. Do’a Anak Sholeh terhadap orang tuanya. (H.R Muslim)

Ketika seorang manusia telah benar benar menuju kehidupan yang abadi, artinya ia sudah berada di akhirat ia sudah tidak bias lagi berbuat apa apa, maksud berbuat apa apa ialah ia tidak bias lagi melakukan amal kebaikan yang dapat menambah pahalanya.

Karena menurut hadits ini semua hal pasti akan terputus dari orang yang meninggal, bahkan ada dalam alquran di ceritakan bahwasannya ada golongan orang yang menyesal ketika sudah berada di akhirat, ia ingin kembali lagi ke dunia untuk melakukan ibadah, karena semasa hidupnya ia belum membawa bekal yang cukup sebagai pertanggung jawaban di akhirat yang akan menambah point timabangan kebaikannya.

Tetapi sejalan dengan hadits ini juga, justru meskipun seseorang sudah meninggal dunia, tapi ada beberapa amalan yang akan memberikannya pahala tambahan meskipun sudah meninggal dunia, ia sejatinya sudah di akhirat dan tidak bias lagi melakukan apa apa, tetapi ia tetap mendapat kucuran pahala tambahan, karena ketika di dunia, ia mengerjakan suatu perbuatan yang memebrikan ia pahala yang abadi.

1. Shodaqoh Jariyah

Shodaqoh Jariyah menurut hemat ana, menberikan sesuatu kepada orang lain dengan ikhlas, kemudian sesuatu yang ia berikan berupa hal yang tahan lama. contohnya kita memberikan harta berupa tanah waqaf, atau mendirikan mesjid untuk kepentingan umum. apabila orang yang bershodaqoh jariyah ini meninggal, maka selama harta yang ia shodaqohkan masih di gunakan oleh orang lain, maka meskipun ia telah meninggal maka ia tetap mendapat kucuran pahala. Bahkan pahalanya akan terus mengalir selama amalan kebaikan itu masih dapat dimanfaatkan.

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman : “Harta dan anak-anak shaleh adalah perhiasan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi shaleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”. (QS Al Kahfi : 46)

2. Ilmu yang bermanfaat

Artiinya yang bermanfaat itu ilmu yang di amalkan, ketika seorang telah mendapatkan ilmu, ia amalkan ilmunya salah satunya dengan mengajarkan ilmunya kepada orang lain. Hal ini menganjurkan kita untuk mempelajari ilmu dan mengajarkannya, menyiarkannya dan menyebarluaskan kitab-kitabnya agar bisa mengambil manfaat sebelum dan sesudah kematian dia. Manfaat ilmu akan tetap ada selama di permukaan bumi ini masih ada seorang muslim yang sampai kepadanya ilmu tersebut. 

Berapa banyak ulama yang meninggal semenjak ribuan tahun yang lalu tetapi ilmunya masih ada dan dimanfaatkan melalui kitab-kitab yang telah dikarangnya lalu dipakai dari generasi ke generasi sesudahnya dengan perantara para muridnya kemudian para pencari ilmu setelah mereka. Dan setiap kali kaum muslimin menyebutkan nama dia, mereka selalu mendoakan kebaikan dan mendoakan agar Allah merahmati dia. Ini adalah fadhilah dari Allah yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki. Berapa banyak generasi yang diselamatkan Allah dari kesesatan dengan jasa seorang alim, maka alim itu mendapatkan seperti pahala orang yang mengikutinya sampai hari kiamat.

3. Anak Yang Shaleh / Shalehah

Anak shalih baik laki-laki maupun perempuan, anak kandung maupun cucu, akan terus mengalir kemanfaatan mereka untuk para orang tua berkat doa baik yang diterima Allah untuk ibu bapak mereka., bahkan doa yang diucapkan orang yang pernah mendapatkan kebaikan dari anak-anak tersebut. Seringkali orang yang mendapatkan kebaikan dari seseorang dia mengatakan : “Semoga Allah merahmati orang tuamu dan mengampuni mereka”.

Disini juga menunjukkan anjuran untuk menikah, dengan tujuan untuk mendapatkan anak yang shalih, dan melarang dari membenci banyaknya anak. Sebagian manusia kadang terpengaruh dengan propaganda-propaganda sesat sampai dia membenci banyaknya anak dan berusaha untuk membatasi kelahiran atau bahkan mengajak orang lain melakukan hal yang sama. Ini disebebkan kebodohan mereka terhadap ilmu agama dan lemahnya pengetahuan mereka tentang hasil yang akan didapatkan nanti, serta disebabkan karena lemahnya iman. Dalam hadits tadi juga terdapat anjuran untuk mendidik anak agar menjadi shalih dan menumbuhkan mereka dalam ajaran Islam dan dalam keshalihan agar mereka menjadi generasi yang shalih buat orang tua mereka yang nantinya mendoakan kebaikan kepada mereka setelah meninggal.

Maka berusahalah  untuk mengerahkan semua dengan sebaik baiknya dan melakukan amalan yang bermanfaat yang akan terus ada manfaatnya dan mengalir pahalanya setelah wafatmu.
Ya Allah... Hamba memohon kepadaMU baik itu dalam senang ataupun dalam susah ampunilah dosa saya dan kedua orang tua saya, yang telah membina saya mulai dari alamrahim sampai sekarang ini Dan ampunilah segala dosa kami kaum muslimin dan muslimat.. baik yang masih hidup atau pun yang sudah duluan dari kami, Aamiin

Wallahu A'lam

AKU INGIN MENGENALMU

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
Tanpa penjajakan yang saat ini sedang marak orang lain lakukan. Cukuplah aku mengenalmu melalui murabbi, keluarga, ataupun lingkungan dakwah yang kita lalui bersama. Sejatinya aku tak akan pernah bisa mengenalmu, karena pernikahan adalah proses pengenalan yang berkesinambungan. Pernikahan bukanlah akhir tujuan perkenalan, namun awal sesungguhnya dari perkenalan. Aku memang tak mengenalmu, namun aku akan berusaha mengenalmu semampuku, setelah kita telah dinyatakan halal untuk saling mengenal.


Tanpa pertukaran cincin terlebih dahulu seperti yang orang lain bilang tunangan. Cukuplah aku mengenalkan diri dan keluargaku pada keluargamu. Hingga tercipta keharmonisan awal yang sejatinya tercipta karena menghormati kesucian pernikahan. Aku memang tak sanggup memberikan banyak harta untuk melamarmu, namun di jalan dakwah yang akan ku jalani denganmu, aku berjanji untuk berusaha mencari harta semampuku. Harta yang halal untuk kita bersama.


Tanpa terlalu banyak kemeriahan yang mendekati kenikmatan dunia. Cukuplah rasa bahagia yang menyelimuti keluarga, sanak saudara, beberapa kolega, serta kita berdua khususnya, menjadi keriangan tersendiri dalam haru yang tercipta karena telah sah-nya untuk menjalani biduk rumah tangga. Aku memang tak mampu untuk memberikan kebahagiaan berlimpah di hari pernikahan kita, namun aku berjanji akan selalu membuatmu bahagia di hari-hari setelah pernikahan kita nantinya. Sejatinya pernikahan bukanlah akhir dari perjalanan hidup kita, namun gerbang awal untuk membuka salah satu jalan menuju ridha-Nya.


Tanpa banyak kata yang membalut kebohongan belaka. Cukuplah rayuan dan candaan ringan untuk menghiasi pernikahan kita. Aku memang tak pandai merangkai kata romantis untuk selalu menyenangkanmu, namun aku tahu bagaimana memposisikan kedudukanmu. Kau bukan berada di atas kepala hingga selalu haus akan sanjung puja, bukan pula berada di bawah kaki untuk diinjak dan dihina. Kau adalah tulang rusuk kiriku, dekat dihatiku untuk selalu kucinta. Aku tidak berani berjanji untuk mencintaimu sepenuhnya, namun aku berani berjanji untuk selalu belajar mencintaimu sepenuhnya. Cinta sejati yang membuat kita semakin mencintai-Nya.


Tanpa banyak terpengaruh hal-hal yang menimbulkan perselisihan antara kita berdua. Cukuplah atas nama Allah segala tingkah polah kita, disertai Al-Qur’an penerang jalan hidup kita, dan Al-Hadits pengiring liku hidup kita. Aku memang tak bisa membuatmu bahagia selalu, namun aku berjanji untuk selalu ada dalam setiap suasana dan kondisi perasaanmu. Aku ingin menyediakan pundak dalam kesedihanmu, menjadi obat penenang dalam kegundahanmu, serta melebarkan pangkuan di saat kelemahanmu.

Tanpa ego yang menaungi diri masing-masing, kita berdua membicarakan persetujuan dalam perencanaan. Cukuplah kita berdua yang tahu akan keinginan dan kemampuan kita. Melaluimu, terlahirlah para jundi kecil pelengkap hidup kita. Yang menjadikanku pondasi bangunan pemikiran mereka, serta menjadikanmu madrasah berilmu yang tak ada habis-habisnya. Kita ciptakan generasi terbaik bangsa yang kan mengukir sejarah peradaban, setidaknya yang kan mampu membuat kita bangga, karena telah memiliki penerus dakwah seperti mereka.


Aku tak sempurna. Kau pun tak sempurna. Ketidaksempurnaanmu menjadi pelengkap ketidaksempurnaanku, hingga kita terlihat sempurna, meski hanya bagi kita berdua. Biarlah Allah yang Maha sempurna, yang berhak menilai kesempurnaan kita.

Bimbingan Ruhani l Seberapa sering anda mengingat Nya

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
Pada saat susah, di uji , diberikan cobaan, Musibah dan apapun itu sebutannya, kebanyakan orang sering mencari bimbingan rohani sebagai cara untuk mendapatkan bantuan untuk memohon kepada-Nya dari apa yang menurut mereka mengganggu dalam kehidupan (ketenangan dan ketentraman). maka Berlomba - lombalah kita bertaubat dan memohon ampunan kepada-Nya. Namun dilain waktu kita kembali ingkar akan keberadaan dan kekuasaan serta rahmat-Nya. cobalah anda ingat dari bangun tidur hingga kembali tidur , berapa kali anda bersyukur akan karunianya, Bernafas , berjalan , menikmati hidangan , diberi kemudahan dan sebagainya.


Jangan Mau Menjadi Budak (Surah Az Zumar ,Al Baqarah, Al A'raaf)

"Menciptakan Dan Memerintah Adalah Haq Allah" Langkah yang lebih baik, ketika anda mencari bantuan spiritual atau penasehat spiritual adalah bahwa anda menemukan seseorang yang akan mencerminkan kembali kepada anda kedalam sebuah koneksi batin sendiri kehadiran Ilahi.

Ketika mencari seorang penasihat rohani yang dapat memberikan bermanfaat adalah dengan memastikan bahwa anda memilih seseorang yang anda merasa nyaman dengan seseorang yang anda percaya dan yang hanya memiliki kepentingan terbaik bagi anda. Ingat bahwa jika ada seseorang yang menawarkan konseling spiritual tidak berarti menjadi seorang guru karena hal ini secara murni adalah mencari tujuan dalam menemukan hubungan kepada Sang Pencipta.

Konseling rohani adalah kesempatan bagi konselor / syeikh / guruji / ustadz / kyai untuk berbagi dengan anda apa yang mereka ketahui dengan benar bahwa berkah Ilahi pada dasarnya telah dimiliki oleh setiap orang dalam diri mereka sendiri, sebagai karunia bawaan untuk menemukan kembali koneksi kepada Sumber dari segala sumber Ilahi. Mereka ada untuk mengingatkan anda tentang siapa anda sebenarnya dan untuk memberikan kejelasan tentang kebenaran ini dan untuk membantu memandu anda sepanjang jalan untuk menemukan jati diri.

Jika kemudian ada konselor / syeikh / guruji / ustadz / kyai yang membimbing anda dengan mengarahkan anda kepada urusan kehidupan dan kekuasaan , dengan memperbudak anda kepada segala sesuatu hal yang berkaitan dengan urusan duniawi yang sejatinya adalah urusan Sang Pemilik Jagad Raya, maka sudah pasti dan bisa dipastikan anda menjadi budak dari keinginan. dan anda tidak lagi menjadi hamba-Nya akan tetapi menjadi hamba konselor / syeikh / guruji / ustadz / kyai itu.

Menemukan Jalan Kembali (Al A'raaf , Az Zumar dan Ali Imran)

Salah satu bentuk bimbingan rohani yang disalurkan oleh mereka yang membimbing, bisa berupa nasehat spiritual, yang dikenal sebagai saluran yang akan memasukkan dan memperlihatkan kepada anda kepada sebuah kondisi meditasi (tidak hanya bertapa , semedi , dan dzikr dikegelapan malam akan tetapi juga kepada dzikr mengingat Allah melalui tanda - tanda kekuasaan-Nya yang kemudian akan membawa anda kepada suatu keyakinan) dan atau mulai mengucapkan kata-kata bantuan rohani (dzikir baik lisan maupun qalbu).

Interaksi dengan siapa saja yang meminta bimbingan terlebih dahulu harus dimulai dengan menemukan Sumber Energi murni non fisik yang memang telah dimiliki oleh setiap makhluk. Pengalaman dan energi yang datang melalui setiap saluran berbeda dan akan membawa pengalaman yang berbeda bagi setiap orang dengan cara unik dimana setiap orang bisa menerima bimbingan rohani yang sangat bermanfaat.

Seorang penasehat spiritual bisa memberikan bantuan dan kejelasan dalam seluruh bidang kehidupan Anda. Mereka dapat membantu Anda melihat bahkan di saat-saat kehidupan paling gelap dalam diri Anda,  yang kemudian akan memperdalam keyakinan anda sendiri secara rohani dan menumbuh kembangkan iman. sehingga rohani anda akan bersinar lebih terang.

Hingga kemudian anda dapat merasa utuh dan seimbang serta merasa tenang dan tentram dalam menghadapi setiap permasalahan dalam hidup dan kehidupan.  seseorang yang dapat menawarkan bimbingan rohani murni dan penuh kasih. Mengetahui bahwa anda diberdayakan untuk kembali ke alam Ilahi dan akan terbawa kedalam pengalaman dalam kehidupan sehari hari serta akan mengangkat orang di sekitar Anda.

Hal ini mungkin merupakan proses yang anda mulai setelah anda mencari bimbingan rohani, tetapi jika anda membuat komitmen untuk itu, dengan bantuan seorang penasihat, didasarkan pada pengalaman spiritual, baik melalui bimbingan atau bentuk lain, anda akhirnya akan menemukan sebuah pemberdayaan dan pencerahan yang indah dalam diri anda dengan menemukan kembali koneksi kehadirat Ilahi yang kemudian akan membawa anda kepada sebuah keimanan akan keMaha Besaran dan keMaha Kuasaan Allah Subahanahu Wata'ala.

لاحول و لا قوه الا بالله العلي العظيم

"Cobalah untuk memaknai semua kehidupan dengan mengembalikan setiap kejadian disekitar anda tidak lain dan tidak bukan adalah berasal dari - Nya" nikmat , rahmat , hidayah , adalah berasal darinya, sedangkan apapun musibah , bala' , bencana , fitnah yang terjadi adalah juga darinya (tentunya karena kesalahan diri sendiri)" Al Ayat

Bersambung Insya Allah ......

Wallahu A'lam

Sujud Tilawah

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
''Wajahku bersujud kepada Zat yang telah menciptakannya, membentuknya, dan membuka pendengaran dan penglihatannya dengan daya upaya dan kekuatan-Nya. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling bagus.''

Demikian arti dari doa yang dibaca dalam sujud tilawah, sujud yang dilaksanakan manakala terbaca atau terdengar ayat-ayat yang bertanda khusus dalam Alquran, yaitu ayat-ayat sajadah. Aktivitas sujud, selain untuk mengingat eksistensi diri yang tercipta dari tanah dan akan kembali ke tanah, juga merefleksikan seluruh organ tubuh pada bentuk kesyukuran yang hakiki.

Ayat-ayat sajadah terdiri atas 15 ayat yang tersebar di beberapa surat dalam Alquran. Makna yang terkandung di dalamnya sangatlah esensial. Ia menunjukkan apa yang di langit maupun di bumi seluruhnya bersujud ke haribaan Allah. Begitu pula manusia, merupakan kelaziman baginya untuk tunduk patuh mengabdikan diri kepada-Nya. (QS Ar-Ra’d [13]:15).

Manusia terkadang merasa dirinya paling besar dan hebat saat segala kebutuhannya terpenuhi, kemauannya tercapai, dan omongannya didengar oleh banyak orang. Padahal, telah diingatkan oleh Allah akan jati diri manusia melalui takbir, rukuk, dan sujud dalam shalat. Itu pula yang berlaku pada sujud tilawah. Sujud ini diawali dengan takbir yang menyimbolkan pengakuan akan kebesaran-Nya; diiringi pujian untuk-Nya; dan diakhiri dengan salam. Ibnu Umar RA berkata, ''Adalah Nabi Muhammad SAW yang membacakan Alquran kepada kami. Maka, apabila melewati ayat sajadah, ia bertakbir dan sujud, dan kami pun sujud bersamanya.'' (HR Abu Dawud).

Sujud tilawah hukumnya sunah, tidak dibebankan kewajiban atas pelaksanaannya. Pahala terkandung di dalamnya saat dikerjakan, dan tiada berdosa saat ditinggalkan. Berkata Umar bin Khathab RA, ''Hai manusia, kita melewati ayat sujud. Barang siapa bersujud, ia mendapat pahala, dan barang siapa tidak bersujud, ia tidak berdosa.''

Hanya saja, saat esensi sujud tilawah dipahami dengan baik, maka akan muncul keterpanggilan untuk sujud. Pemahaman merupakan tolok ukur dari seluruh pekerjaan. Baik tidaknya pekerjaan maupun ibadah seseorang tergantung seberapa dalam ia memahaminya. Pemahaman pula yang menumbuhkan keyakinan dan optimisme dalam sujud.

Sujud adalah manifestasi penyerahan diri kepada sang Khalik secara totalitas tanpa tendensi apa pun; sarana mengingat kekuasaan-Nya; pelebur segala macam penyakit hati: riya', sombong, dan dengki; penghapus segala hal pembeda dalam diri manusia: gelar, pangkat, dan keturunan. Seluruhnya sama, hanya takwa yang menjadikan seseorang istimewa di hadapan Allah SWT.

Wallahu A'lam

Bekas Sujud

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
Diriwayatkan dari Rabi'ah bin Ka'b bahwa ia berkata, "Aku menginap bersama Nabi SAW dan membantu beliau untuk menyiapkan air wudhunya dan kebutuhan lainnya." Kemudian, Rasulullah bersabda, "Mintalah sesuatu kepadaku." Aku menjawab, "Aku mohon agar bisa menemanimu di surga." Beliau menjawab, "Bukan lainnya?" Aku berkata, "Hanya itu saja. Lalu, Nabi SAW bersabda, "Bantulah aku untuk dirimu dengan memperbanyak sujud." (HR Ahmad, Muslim, An Nasai, dan Abu Daud).

Hadis ini menganjurkan kita untuk memperbanyak sujud, ruku, dan mendirikan shalat wajib ditambah dengan tathawwu' (shalat sunat) bila kita ingin masuk surga.

Sujud merupakan ibadah istimewa dalam Islam, karena merupakan salah satu rukun shalat dengan cara meletakkan tujuh anggota badan di atas tanah (muka, dua telapak tangan, dua lutut, dan dua ujung kaki). Posisi demikian mencerminkan sikap merendah di hadapan keagungan Ilahi. Allah menegaskan, "Sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan)." (QS Al-'Alaq: 19).

Sujud akan menanamkan ketawadhuan dalam diri kepada sesama manusia dan memancarkan sinar keimanan dan kelembutan melalui wajahnya. Inilah bekas sujud yang diharapkan sebagai amalan penolong masuk surga.

Mi'dan bin Abi Tholhah berkata, "Aku bertemu Tsauban, budak Rasulullah SAW." Lalu, dia bertanya, "Beritahukan kepadaku amalan yang bila aku lakukan maka Allah akan memasukkanku dengannya ke dalam surga." Tsauban diam. Lalu, aku tanya lagi, tapi dia masih diam dan aku tanyakan yang ketiga maka ia menjawab, "Aku telah menanyakan hal itu kepada Rasulullah SAW, beliau bersabda, "Kamu harus memperbanyak sujud karena sesungguhnya tidaklah kamu sujud sekali kecuali Allah akan mengangkatmu satu derajat dan menghapuskan dengannya satu dosa." (HR Muslim, Turmudzi, dan an-Nasa'i).

Kita dianjurkan untuk memperpanjang sujud bila shalat munfaridah (sendiri) karena Rasulullah menyindir orang-orang yang sujudnya cepat, dengan ungkapan bahwa mereka mematuk seperti ayam jago mematuk butiran makanan.

Sujud yang serius akan meninggalkan bekas di wajah orang Mukmin. "Kamu lihat mereka ruku dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud." (QS Al-Fath 29).

Bekas sujud inilah yang akan ditampakkan setiap Muslim via wajahnya. Di antara bekas sujud yang terpancar di setiap muka Muslim adalah ketundukan kepada keagungan Allah, ketawadhuan terhadap sesama insan, kelembutan, senyuman, menundukkan pandangan mata, membasahi bibir dengan zikrullah, sikap kasih sayang kepada anak yatim, fakir, dan miskin.

Sejalan dengan ini, dalam hadis Qudsi disebutkan bahwa Rasulullah berkata, "Aku hanyalah menerima shalat dari orang yang tawadhu terhadap keagungan-Ku, tidak sombong terhadap makhluk-Ku, tidak terus-menerus mendurhakai-Ku, selalu menggunakan siangnya untuk zikir kepada-Ku, mengasihi anak yatim, janda-janda, fakir, dan menyayangi orang yang tertimpa musibah. (HR Al-Bazzar).

Tanda hitam di dahi Muslim adalah salah satu ciri bahwa dia sering melakukan shalat. Namun, bekas sujud yang dikehendaki Allah adalah sikap tawadhu, kelembutan, kepedulian, dan kasih sayang yang dipancarkan wajah setiap Muslim. 

Wallahu a'lam.

Tinggalkan Yang Tidak Bermanfaat

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ

مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Di antara tanda kebaikan keIslaman seseorang: jika dia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.” (diriwayatkan oleh at-Tirmidzi)

Di antara tanda kebaikan keislaman seseorang; jika dia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya. meninggalkan perkara-perkara yang tidak bermanfaat, merupakan sebagian dari hal-hal yang bisa mendatangkan baiknya keislaman seseorang, Kapankah keislaman seseorang dianggap baik? Para ulama berbeda pendapat :

1. Sebagian memandang bahwa kebaikan Islam seseorang dicapai dengan mengerjakan kewajiban-kewajiban dan menjauhi larangan-larangan. Dan ini adalah tingkatan golongan yang pertengahan, yang disitir oleh Allah subhanahu wa ta'ala dalam firman-Nya,

ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِيْنَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ
 ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللهِ

“Kemudian kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri, di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah.” (QS. Fathir: 32)

Orang yang baik keislamannya adalah golongan pertengahan yang mengerjakan kewajiban-kewajiban dan sebagian yang sunah, serta meninggalkan semua hal-hal yang diharamkan.

2. Pendapat kedua mengatakan: Kebaikan Islam seseorang artinya: jika ia telah mencapai tingkatan ihsan yang disebutkan dalam hadits,

قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ الإِحْسَانِ, قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ, فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

Jibril bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Apakah ihsan itu?” Beliau menjawab: “Kamu beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Seandainya engkau tidak mampu, ketahuilah bahwasanya Dia itu melihatmu.” (HR. Muslim no: 93)

3. Pendapat ketiga memandang bahwa kebaikan keislaman itu bertingkat-tingkat, masing-masing orang berbeda-beda tingkatannya. Besarnya pahala dan keutamaan seseorang tergantung tingkatan kebaikan keislaman dia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 إِذَا أَحْسَنَ أَحَدُكُمْ إِسْلاَمَهُ فَكُلُّ حَسَنَةٍ يَعْمَلُهَا تُكْتَبُ لَهُ
 بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ

“Jika Islam salah seorang dari kalian baik, maka setiap amal kebaikan yang ia lakukan akan dicatat (pahalanya) sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipat.” (HR. Bukhari no: 42)

Keterangan para ulama ahli penelitian (tahqiq) mengatakan bahwa kebaikan keislaman itu bertingkat-tingkat, tidak hanya satu level saja (menguatkan pendapat ketiga). Hal lain yang perlu dikemukakan di sini adalah bahwasanya agama Islam telah menghimpun segala macam bentuk kebaikan.

Sesuatu yang tidak bermanfaat bagi seorang muslim, bisa berbentuk perkataan bisa juga berbentuk perbuatan. Jadi setiap perkataan dan perbuatan yang tidak ada manfaatnya baik itu untuk kepentingan ukhrawi seorang muslim ataupun untuk kepentingan duniawinya, seharusnya dia tinggalkan agar keislamannya menjadi baik

Bagaimana kita bisa mengetahui apakah sesuatu itu termasuk bermanfaat bagi kita atau tidak? Apakah standar dan patokan yang kita gunakan untuk menentukan suatu perbuatan itu termasuk bermanfaat bagi seorang muslim atau tidak?

Ketahuilah bahwa standar yang harus kita gunakan dalam masalah ini adalah syariat dan bukan hawa nafsu. Mengapa ? Karena Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan “meninggalkan suatu hal yang tidak bermanfaat” sebagai tanda dari kebaikan keislaman seseorang. Ini menunjukkan bahwa patokan yang harus kita gunakan dalam menilai bermanfaat tidaknya suatu perbuatan adalah syariat Islam. Hal ini perlu ditekankan karena banyak orang yang salah paham dalam memahami hadits ini, sehingga dia meninggalkan hal-hal yang diwajibkan syariat atau disunahkan, dengan alasan bahwa hal-hal itu tidak bermanfaat baginya 

Adapun sekarang, maka terlebih dahulu akan kita datangkan contoh hal-hal yang tidak bermanfaat bagi seorang muslim, antara lain :

1. Maksiat atau hal-hal yang diharamkan oleh Allah ta’ala. Dan ini hukumnya wajib untuk ditinggalkan oleh setiap manusia. Karena dia bukan hanya tidak bermanfaat, tapi juga membahayakan diri sendiri, serta membahayakan orang lain baik di dunia maupun di akhirat. Di antara bahaya yang ditimbulkan maksiat di dunia adalah: mengerasnya hati dan menghitam, hingga cahaya yang ada di dalamnya padam. Akibatnya, dia pun menjadi buta jadi tidak bisa membedakan mana yang haq dan mana yang batil.

 إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيْئَةً نُكْتَتُ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةً سَوْدَاءَ, فَإِنْ هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ صَقلَ قَلْبُهُ, وَإِنْ زَادَ زِيْدَ فِيْهَا حَتَّى تَعْلُو قَلْبُهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ اللهُ كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوْبِهِمْ مَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

“Jika seorang hamba berbuat sebuah dosa, maka akan ditorehkan sebuah noktah hitam di dalam hatinya. Tapi jika ia meninggalkannya dan beristigfar niscaya hatinya akan dibersihkan dari noktah hitam itu. Sebaliknya jika ia terus berbuat dosa, noktah-noktah hitam akan terus bertambah hingga menutup hatinya. Itulah dinding penutup yang Allah sebutkan dalam ayat (Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka kerjakan itu menutup hati mereka)” (QS.al-Muthaffifin: 14) (HR Tirmidzi dan Ibn Majah serta dihasankan oleh Syaikh Al Albani). Adapun di akhirat, maka orang yang gemar berbuat maksiat, diancam oleh Allah untuk dimasukkan ke dalam neraka, na’udzubillah min dzalik.

2. Hal-hal yang dimakruhkan dalam agama kita, juga berlebih-lebihan dalam mengerjakan hal-hal yang diperbolehkan agama, yang sama sekali tidak mengandung manfaat, malah justru terkadang menghalangi seseorang dari berbuat amal kebajikan. Di antara yang harus mendapat porsi terbesar dari perhatian kita adalah masalah lisan. Imam an-Nawawi menasihatkan, “Ketahuilah, seyogianya setiap muslim berusaha untuk selalu menjaga lisannya dari segala macam bentuk ucapan, kecuali ucapan yang mengandung maslahat. Jikalau dalam suatu ucapan, maslahat untuk mengucapkannya dan maslahat untuk meninggalkannya adalah sebanding, maka yang disunnahkan adalah meninggalkan ucapan tersebut. Sebab perkataan yang diperbolehkan terkadang membawa kepada perkataan yang diharamkan atau yang dimakruhkan. Dan hal itu sering sekali terjadi. Padahal keselamatan dari hal-hal yang diharamkan atau dimakruhkan adalah sebuah mutiara yang tidak ternilai harganya.

Pengalaman membuktikan bahwa perkataan yang baik, indah dan yang telah dipertimbangkan secara bijak, atau mencukupkan diri dengan diam, akan mendatangkan kewibawaan dan kedudukan dalam kepribadian seorang muslim. Sebaliknya, banyak bicara dan gemar ikut campur perkara yang tidak bermanfaat, akan menodai kepribadian seorang muslim, mengurangi kewibawaan dan menjatuhkan kedudukannya di mata orang lain.

Imam Ibnu Hibban berpetuah, “Orang yang berakal seharusnya lebih banyak mempergunakan kedua telinganya daripada mulutnya. Dia perlu menyadari bahwa dia diberi telinga dua buah, sedangkan diberi mulut hanya satu; adalah supaya dia lebih banyak mendengar daripada berbicara. Sering kali seseorang menyesal di kemudian hari akibat perkataan yang ia ucapkan, sementara diamnya dia tidak akan pernah membawa penyesalan. Perlu diketahui pula bahwa menarik diri dari perkataan yang belum diucapkan adalah lebih mudah daripada mencabut perkataan yang telah terlanjur diucapkan. Karena biasanya jika seseorang tengah berbicara, maka kata-katanyalah yang akan menguasai dirinya, sebaliknya jika tidak berbicara, maka ia mampu untuk mengontrol kata-katanya (terus siapa yang akan bicara.....? kalau diam semua.....?) 

3. Menyibukkan diri mengurusi kesalahan orang lain, dan lupa untuk membenahi diri sendiri. Padahal salah satu prinsip agama Islam adalah, bahwa setiap muslim sebelum ia menyibukkan diri dengan kekurangan orang lain, hendaknya ia berusaha dengan sungguh-sungguh untuk membenahi diri, berupaya merealisasikan keselamatan dan menjauhkan segala hal yang akan membinasakan dirinya. Sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta'ala,

وَالْعَصْرِ . إِنَّ الإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ . إِلاَّ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَعَمِلُوْا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

“Demi masa * Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian * Kecuali orang-orang yang beriman, mengerjakan amal shalih, nasihat-menasihati untuk menetapi kebenaran, serta nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-Ashr: 1-3)

Dalam untaian ayat-ayat ini, Allah subhanahu wa ta'ala telah menerangkan karakteristik golongan orang-orang yang selamat dari kerugian. Di antara karakteristik mereka; merealisasikan keimanan dan amal shalih dalam diri mereka sendiri terlebih dahulu, sebelum mendakwahi orang lain untuk berpegang kepada al-haq dan bersabar.

Di sisi lain Allah subhanahu wa ta'ala telah mencela Bani Israil, dikarenakan mereka menyelisihi prinsip ini,

أَتَأْمُرُوْنَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُوْنَ الْكِتَابَ أَفَلاَ تَعْقِلُوْنَ

“Mengapa kalian suruh orang lain mengerjakan kebaikan, sedang kalian melupakan diri kewajiban mu sendiri, padahal kalian membaca al-Kitab. Maka tidakkah kalian berpikir?” (QS. Al-Baqarah: 44)

Oleh sebab itu, hendaknya kita senantiasa berusaha membenahi diri sendiri sebelum berusaha membenahi orang lain. Jikalau telah beristiqamah dalam kebaikan, lantas kita berusaha untuk memadukan antara penerapan ajaran agama Allah dalam diri sendiri dengan usaha untuk mendakwahi orang lain, di saat itulah kita benar-benar berada di atas petunjuk , dan niscaya Allah akan menjadikan kita bermanfaat untuk umat. Itulah karakteristik para da’i sunnah dengan perkataan dan perilakunya.

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلاً مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ


“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shalih dan berkata, ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri’. “ (QS. Fushilat: 33)

Telah disinggung di awal makalah ini, di saat kita menerangkan tentang standar atau patokan apa yang harus kita gunakan dalam menilai bermanfaat tidaknya suatu perbuatan, kita peringatkan di sana tentang kekeliruan yang dialami oleh sebagian orang tatkala mereka meninggalkan hal-hal yang diwajibkan agama dengan alasan hal itu tidak berguna baginya. Maka di sini kita akan membawakan berbagai contoh dari perintah-perintah agama yang ditinggalkan oleh sebagian orang.

Sebagian orang meninggalkan amar ma’ruf menyuruh kepada kebaikan dan nahi munkar mencegah dari kemungkaran, dengan alasan hal tersebut tidak bermanfaat baginya. Ini jelas-jelas merupakan kekeliruan yang nyata, sebab amar ma’ruf dan nahi munkar merupakan perkara yang amat penting bagi seorang muslim. Allah berfirman,

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُوْنَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ

“Dan hendaklah ada di antara kalian, segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar.” (QS. Ali Imran: 104).

Setiap yang diperintahkan Allah adalah penting dan bermanfaat bagi manusia.

Dan di antara bentuk nasihat yang sering kali diabaikan, bahkan diperangi oleh banyak orang, adalah menerangkan kesalahan dan kesesatan kepada umat, dengan tujuan agar umat tidak terjerumus ke dalam kesalahan dan kesesatan mereka.Kemudian, dalam mengingkari suatu kesalahan dan membantah orang yang terjatuh ke dalamnya, kita perlu memperhatikan norma-norma yang telah digariskan oleh agama kita. Di antara norma-norma tersebut:

4. Pengingkaran itu harus dilakukan dengan penuh rasa ikhlas dan niat yang tulus semata-mata dalam rangka membela kebenaran. Di antara konsekuensi ikhlas dalam masalah ini, adalah berharap agar orang yang terjatuh ke dalam kesalahan mendapatkan hidayah dan kembali kepada al-haq. Maka hendaknya ia menempuh segala cara yang dapat dilakukan, agar orang yang berbuat kesalahan hatinya mendekat, bukan malah menjadikannya semakin menjauh. Dan hendaknya pengingkaran tersebut juga diiringi dengan doa kepada Allah agar mendapat petunjuk-Nya. Apalagi jika ia termasuk golongan ahlus sunnah, ataupun kaum muslimin lainnya. Dahulu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mendoakan sebagian orang kafir agar mendapatkan petunjuk, bagaimana halnya jika orang yang bersalah berasal dari kaum muslimin yang bertauhid (tentunya lebih berhak untuk didoakan).

5. Hendaknya bantahan tersebut dilakukan oleh seorang alim yang telah mumpuni ilmunya; mengetahui secara detail segala sudut pandang dalam materi bantahan, entah yang berkaitan dengan dalil-dalil syariat yang menjelaskannya serta keterangan para ulama, maupun tingkat kesalahan lawan serta sumber munculnya syubhat dalam dirinya plus mengetahui keterangan-keterangan para ulama yang membantah syubhat tersebut.

Hendaklah orang yang membantah juga memiliki kriteria: kemampuan untuk mengemukakan dalil-dalil yang kuat tatkala menerangkan kebenaran dan mematahkan syubhat. Memiliki ungkapan-ungkapan yang cermat, agar tidak nampak atau dipahami dari perkataannya, kesimpulan yang tidak sesuai dengan apa yang dia inginkan. Jika tidak memenuhi kriteria itu, maka justru yang akan timbul adalah besarnya kerusakan.

6. Hendaklah tatkala membantah, ia memperhatikan: perbedaan tingkat kesalahan, perbedaan kedudukan orang yang bersalah baik dalam bidang keagamaan maupun sosial, juga memperhatikan perbedaan motivasi pelanggaran; apakah karena tidak tahu, atau hawa nafsu dan keinginan untuk berbuat bid’ah, atau mungkin cara penyampaiannya yang keliru dan salah ucap, atau karena terpengaruh dengan seorang guru dan lingkungan masyarakatnya, atau karena ta’wil, atau karena tujuan-tujuan lain di saat ia melakukan pelanggaran terhadap syariat. Barang siapa yang tidak mempedulikan atau memperhatikan perbedaan-perbedaan ini, niscaya ia akan terjerumus ke dalam sikap ghuluw (berlebih-lebihan) atau sebaliknya (kelalaian), yang mana akan berakibat tidak bergunanya perkataan dia atau paling tidak sedikit manfaatnya.

7. Hendaklah ia senantiasa berusaha mewujudkan maslahat yang disyariatkan dari bantahan tersebut. Jika bantahan tersebut justru mengakibatkan kerusakan yang lebih besar dibanding dengan kesalahan yang hendak dibantah, maka tidak disyariatkan untuk membantah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menerangkan (suatu kaedah penting), “Tidak dibenarkan menghindari kerusakan kecil dengan melakukan kerusakan yang lebih besar, juga tidak dibenarkan mencegah kerugian yang ringan dengan melakukan kerugian yang lebih berat. Karena syariat Islam datang dengan tujuan merealisasikan maslahat dan menyempurnakannya, juga melenyapkan kerusakan dan menguranginya sedapat mungkin.

Pendek kata, jika tidak mungkin untuk memadukan antara dua kebaikan, maka syariat Islam mengajarkan untuk memilih yang terbaik. Begitu pula halnya dengan dua kerusakan, jika tidak dapat dihindarkan kedua-duanya, maka kerusakan terbesarlah yang harus dihindarkan”

Jadi, menghindarkan masyarakat dari mendengarkan kebatilan, adalah lebih baik daripada mendengarkannya kemudian mendengarkan bantahannya. Para salaf senantiasa mempertimbangkan norma ini dalam bantahan-bantahan mereka. Banyak sekali kita dapatkan kitab-kitab mereka yang bertemakan bantahan, mereka hanya menyebutkan dalil-dalil yang menjelaskan al-haq, yang merupakan kebalikan dari kesalahan tersebut, tanpa meyebutkan kesalahan itu. Tentu ini membuktikan akan tingkat pemahaman mereka yang belum dicapai oleh sebagian orang yang hidup di zaman ini.

Pembahasan yang baru saja diutarakan yang berkaitan dengan menyebarkan bantahan di negeri yang belum terjangkiti kesalahan, sama halnya dengan pembahasan tentang menyebarkan bantahan di tengah-tengah sekelompok orang yang tidak mengetahui kesalahan itu, walaupun ia tinggal di negeri yang sama.

Di antara permasalahan yang dapat kita pahami dari hadits ini, bahwa masing-masing dari kita berkewajiban untuk menyibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat, jangan sampai menyia-nyiakan hal-hal yang penting, baik itu berkenaan dengan perkara agama maupun perkara dunia. Mari kita berusaha keras semampunya untuk menggapai ridha Allah, dan meraih tujuan yang digariskan-Nya, sambil terus memohon pertolongan dari-Nya dan meminta taufik serta kebenaran. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

 اَلْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ
 وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ, اِحْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلاَ تَعْجَزْ

“Mu’min yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah dari mu’min yang lemah, dan masing-masing memiliki kebaikan. Bersungguh-sungguhlah dalam mengerjakan hal-hal yang bermanfaat bagimu, mohonlah pertolongan dari Allah dan janganlah bersikap lemah.” (HR. Muslim)

Beberapa Pelajaran yang Dapat Dipetik dari Hadits Ini :
  1. Dorongan untuk mempergunakan waktu di dalam hal-hal yang mendatangkan manfaat bagi seorang hamba di dunia dan akhirat.
  2. Hasungan untuk menjauhi perkara-perkara yang tidak ada artinya, serta menyibukkan diri dengan hal-hal yang mulia.
  3. Dorongan untuk menundukkan diri sendiri dan meluruskannya, dengan cara menjauhkannya dari hal-hal yang bisa mencorengkan noda di atasnya, berupa tingkah laku yang rendah dan hina.
  4. Campur tangan dalam perkara-perkara yang tidak bermanfaat akan mengakibatkan timbulnya perpecahan dan permusuhan antar umat. 
Wallahu A'lam

Imam Dan Makmum Dalam Sholat

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
Jika Imam Batal, Bagaimana Nasib Makmum?

Sudah maklum adanya bahwa shalat dapat dikerjakan secara berjamaah dan sendirian (munfaridan). Shalat berjama’ah mainimal terdiri dai dua orang. Satu berlaku sebagai imam yang berdiri di depan dan satunya lagi sebagai makmum berdiri dibelakang. Tidak ada batasan maksimal bagi makmum.Shalat dianggap sah jika memenuhi sejumlah persyaratan (syuruthus shihah), rukun, dan terhindar dari hal-hal yang membatalkan shalat, seperti tiba-tiba terkena najis, atau menanggung hadats dan lain sebagainya,

Jika seseorang ditengah-tengah shalatnya melakukan atau terkena beberapa hal yang membatalkan shalat, maka shalatnya menjadi batal. Jika ia sholat sendirian ataupun jika menjadi makmum maka orang tersebut harus mengulanginya lagi dari awal. Masalahnya adalah bagaimanakah jika kebetulan yang mengalami (batal) shalat tersebut adalah seorang imam? Apakah hal itu menjadikan batal pula shalat makmum? Lantas apakah shalat tersebut harus diteruskan tanpa Imam? Atau bagaimana?

Shalat makmum tidaklah menjadi batal karena batalnya sholat sang imam. Oleh karena itu ketika hal itu terjadi, makmum tidak boleh membatalkan sholatnya. Jika demikian maka makmum mempunyai dua langkah pilihan. Pertama makmum dapat meneruskan shalatnya dengan niat mufaraqah dari imam. Artinya makmum menerukan sholatnya secara sendirian (munfaridan) terpisah dari imam yang telah batal shalatnya. Kedua, makmum menyempurnakan shalat sampai selesai secara berjama’ah. Kalau mengambil alternatif terakhir kedua yang dipilih, maka harus ada istikhlaf.

Istikhlaf adalah penunjukkan pengganti imam dengan imam lain, yang karna satu sebab imam pertama tidak bisa menyempurnakan shalatnya. Istikhlaf pernah terjadi pada zaman Rasulullah saw sebagaimana diterangkan dalam kitab-kitab hadits.

Proses terjadinya istikhlaf mempunyai dua kemungkinan: imam menunjuk pengganti atau para makmum menunjuk pengganti. Dapat pula seseorang dengan inisiatif sendiri maju menjadi imam. Penunjukan khalifah oleh makmum dilakukan dengan isyarat, tanpa menimbulkan perbuatan yang membatalkan shalat. Dan harus dilakukan secepatnya, langsung setelah imam batal.

Istikhlaf ini sebaiknya dilakukan dari pihak makmum. Jika imam menunjuk pengganti dan makmum menunjuk pengganti yang lain, maka pilihan makmum lebih diutamakan. Bukankah hak rakyat menentukan pemimpinnya? Disinilah nilai demokrasi yang tertanam dalam fiqih. Istikhlaf selain shalat jum’at hukumnya sunah, karena shalat berjama’ah lebih utama daripada sendirian. Dalam shalat Jum’at istikhlaf menjadi wajib hukumnya karena shalat jum’at tidak sah jika tidak dilakukan secara berjama’ah.

Sumber: KH.MA. Sahal Mahfudh. Dialaog Problematika Umat. Surabaya: Khalista & LTN PBNU

Wudlu Zahir Dan Batin

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
Seorang ahli ibadah bernama Isam bin Yusuf, dia sangat warak dan sangat khusyuk solatnya. Namun dia selalu khawatir kalau-kalau ibadahnya kurang khusyuk dan selalu bertanya kepada orang yang dianggapnya lebih ibadahnya, demi untuk memperbaiki dirinya yang selalu dirasakan kurang khusyuk. 


Pada suatu hari, Isam menghadiri majlis seorang abid bernama Hatim Al-Isam dan bertanya : "Wahai Aba Abdurrahman, bagaimanakah caranya tuan solat?" 

Hatim berkata : "Apabila masuk waktu solat aku berwudhu' zahir dan batin."

Isam bertanya, "Bagaimana wudhu' zahir dan batin itu?" 

Hatim berkata, "Wudhu' zahir sebagaimana biasa, yaitu membasuh semua anggota wudhu' dengan air. Sementara wudhu' batin ialah membasuh anggota dengan tujuh perkara :

1. Bertaubat

2. Menyesali dosa yang dilakukan

3. Tidak tergila-gilakan dunia

4. Tidak mencari / mengharap pujian orang (riya')

5. Tinggalkan sifat berbangga

6. Tinggalkan sifat khianat dan menipu

7. Meninggalkan sifat dengki

Seterusnya Hatim berkata, "Kemudian aku pergi ke masjid, aku kemaskan semua anggotaku dan menghadap kiblat. Aku berdiri dengan penuh kewaspadaan dan aku bayangkan Allah ada di hadapanku, syurga di sebelah kananku, neraka di sebelah kiriku, malaikat maut berada di belakangku, dan aku bayangkan pula bahwa aku seolah-olah berdiri di atas titian 'Sirratul Mustaqim' dan aku menganggap bahwa sholatku kali ini adalah sholat terakhirku, kemudian aku berniat dan bertakbir dengan baik.

Setiap bacaan dan doa dalam solat kufaham maknanya, kemudian aku ruku' dan sujud dengan tawadhu', aku bertasyahhud dengan penuh pengharapan dan aku memberi salam dengan ikhlas. Beginilah aku bersolat selama 30 tahun." 

Apabila Isam mendengar, menangislah dia kerana membayangkan ibadahnya yang kurang baik bila dibandingkan dengan Hatim.

Semoga kita semua bisa mencapai derajat shalat yang demikian , Aamiin  Allahumma Aamiin

Wallahu A'lam 


Sifat-Sifat Allah

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
Sebagai Sang Khalik, Allah swt memiliki sifat-sifat yang tentunya tidak sama dengan sifat yang dimiliki oleh manusia ataupun makhluk lainnya. Mengenal sifat-sifat Allah dapat meningkatkan keimanan kita. Seseorang yang mengaku mengenal dan meyakini Allah itu ada namun ia tidak mengenal sifat Allah, maka ia perlu lebih mendekatkan diri kepada Allah swt. Sifat-sifat Allah yang wajib kita imani ada 20, diantaranya:


Wujud

Sifat Allah yang pertama yaitu Wujud. Wujud artinya ada. Umat muslim yang beriman meyakini bahwa Allah swt ada. Untuk itulah kita tidak boleh meragukan atau mempertanyakan keberadaanNya. Keimanan seseorang akan membuatnya dapat berpikir dengan akal sehat bahwa alam semesta beserta isinya ada karna Allah yang menciptakannya.
“Sesungguhnya Rabb kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Rabb semesta alam. “ (QS. Al-A’raf: 54)

Qidam

Qidam berarti dahulu atau awal. Sifat Allah ini menandakan bahwa Allah swt sebagai Pencipta lebih dulu ada daripada semesta alam dan isinya yang Ia ciptakan.
“Dialah yang Awal dan yang Akhir, yang Zhahir dan yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. “ (QS. Al-Hadid: 3)

Baqa’

Sifat Allah Baqa’ yaitu kekal. Manusia, hewan ,tumbuhan, dan makhluk lainnya selain Allah akan mati dan hancur. Kita akan kembali kepadaNya dan itu pasti. Hanya Allah lah yang kekal.
“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Rabb-mu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. “ (QS. Ar-Rahman: 26-27)

Mukhalafatu lil hawadits

Sifat Allah ini artinya adalah Allah berbeda dengan ciptaanNya. Itulah keistimewaan dan Keagungan Allah swt. “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. “ (QS. Asy-Syura: 11)

Qiyamuhu binafsihi

Sifat Allah selanjutnya yaitu Qiyamuhu binafsihi, yang artinya Allah berdiri sendiri. Allah menciptakan alam semesta, membuat takdir, menghadirkan surga dan neraka, dan lain sebagainya, tanpa bantuan makhluk apapun. Berbeda dengan manusia yang sangat lemah, pastinya membutuhkan satu sama lain.
“ALLAH, tidak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya. “ (QS. Ali-Imran: 2)

Wahdaniyyah

Sifat Allah Wahdaniyyah yaitu esa atau tunggal. Hal ini sesuai dengan kalimat syahadat, Asyhadu alaa ilaa ha illallah, Tiada Tuhan selain Allah. “Sekiranya ada di langit dan di bumi ilah-ilah selain ALLAH, tentulah keduanya itu sudah rusak binasa. Maka Maha Suci ALLAH yang mempunyai Arsy daripada apa yang mereka sifatkan. “ (QS. Al-Anbiya: 22)

Qudrat

Qudrat adalah berkuasa. Sifat Allah ini berarti Allah berkuasa atas segala yang ada atau yang telah Ia ciptakan. Kekuasaan Allah sangat berbeda dengan kekuasaan manusia di dunia. Allah memiliki kuasa terhadap hidup dan mati segala makhluk. Kekuasaan Allah itu sungguh besar dan tidak terbatas, sedangkan kekuasaan manusia di dunia dapat hilang atas kuasa Allah swt. “Sesungguhnya ALLAH berkuasa atas segala sesuatu. “ (QS. Al-Baqarah: 20)

Iradat

Iradat berarti berkehendak. Sifat Allah ini menandakan bahwa Allah swt memiliki kehendak atas semua ciptaanNya. Bila Allah telah berkehendak terhadap takdir atau nasib seseorang, maka ia takkan dapat mengelak atau menolaknya. Manusia hanya dapat berusaha dan berdoa, namun Allah lah yang menentukan. Kehendak Allah ini juga atas kemauan Allah tanpa ada campur tangan dari manusia atau makhluk lainnya.
“Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki.” (QS. Hud: 107).

Ilmu

Ilmu artinya mengetahui. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, meskipun pada hal yang tidak terlihat. Tiada yang luput dari penglihatan Allah. “Katakanlah (kepada mereka): Apakah kamu akan memberitahukan kepada ALLAH tentang agamamu (keyakinanmu), padahal ALLAH mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan ALLAH Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Hujurât: 16)

Hayat

Sifat Allah Hayat atau Hidup. Namun hidupnya Allah tidak seperti manusia, karena Allah yang menghidupkan manusia. Manusia bisa mati, Allah tidak mati, Ia akan hidup terus selama-lamanya.
“Allah tidak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur.” (QS. Al-Baqarah: 255)

Sam’un

Sifat Allah Sam’un atau mendengar. Allah selalu mendengar semua hal yang diucapkan manusia, meskipun ia berbicara dengan halusnya atau tidak terdengar sama sekali. Pendengaran Allah tidak terbatas dan tidak akan pernah sirna. “Dan Allah-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. “ (QS. Al-Maidah: 76)

Basar

Basar artinya melihat. Penglihatan Allah juga tidak terbatas. Ia dapat melihat semua yang kita lakukan meskipun kita melakukan sesuatu secara sembunyi-sembunyi. Allah mampu melihat, naik yang besar maupun yang kecil, yang nyata maupun kasat mata. Sifat Allah ini menandakan bahwa Allah Maha Sempurna. “Sesungguhnya ALLAH mengetahui apa yang ghaib di langit dan di bumi. Dan Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. “ (QS. Al-Hujurat: 18)

Kalam

Kalam artinya berfirman. Sifat Allah ini dapat kita lihat dengan adanya Al Quran sebagai petunjuk yang benar bagi manusia di dunia. Al Quran merupakan firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. “Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung. “ (QS. An-Nisa: 164)

Qadirun

Sifat Allah ini berarti Allah adalah Dzat yang Maha Berkuasa. Allah tidak lemah, Ia berkuasa penuh atas seluruh makhluk dan ciptaanNya. “Sesungguhnya Alllah berkuasa atas segala sesuatu. “ (QS. Al Baqarah: 20).

Muridun

Allah memiliki sifat Muridun, yaitu sebagai Dzat Yang Maha Berkehendak. Ia berkehendak atas nasib dan takdir manusia. “Sesungguhnya Tuhanmu Maha Melaksanakan apa yang Dia kehendaki. “ (QS.Hud: 107).

‘Alimun

Sifat Allah ‘Alimun, yaitu Dzat Yang Maha Mengetahui. Allah mengetahui segala hal yang telah terjadi maupun yang belum terjadi. Allah pun dapat mengetahui isi hati dan pikiran manusia. “Dan Alllah Maha Mengetahui sesuatu. “ (QS. An Nisa’: 176).

Hayyun

Allah adalah Dzat Yang Hidup. Allah tidak akan pernah mati, tidak akan pernah tidur ataupun lengah. “Dan bertakwalah kepada Allah yang hidup kekal dan yang tidak mati. “ (QS. Al Furqon: 58).

Sami’un

Allah adalah Dzat Yang Maha Mendengar. Allah selalu mendengar pembicaraan manusia, permintaan atau doa hambaNya. “Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. “ (QS. Al Baqoroh: 256).

Basirun

Allah adalah Dzat Yang Maha Melihat. Sifat Allah ini tidak terbatas seperti halnya penglihatan manusia. Allah selalu melihat gerak-gerik kita. Oleh karena itu, hendaknya kita selalu berbuat baik. “Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. “ (QS. Al Hujurat: 18).

Mutakallimun

Sifat Allah ini berarti Yang Berbicara. Allah tidak bisu, Ia berbicara atau berfirman melalui ayat-ayat Al Quran. Bila Al Quran menjadi pedoman hidup kita, maka kita telah patuh dan tunduk terhadap Allah swt.

Dari Hati Ke Hati

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
Tak ada musuh yang tak dapat ditaklukkan oleh cinta.
Tak ada penyakit yang tak dapat disembuhkan oleh kasih sayang.
Tak ada permusuhan yang tak dapat dimaafkan oleh ketulusan.
Tak ada kesulitan yang tak dapat dipecahkan oleh ketekunan.
Tak ada batu keras yang tak dapat dipecahkan oleh kesabaran.
Semua itu haruslah berasal dari hati anda.


Bicaralah dengan bahasa hati, maka akan sampai ke hati pula.

Kesuksesan bukan semata-mata betapa keras otot dan betapa tajam otak anda, namun juga betapa lembut hati anda dalam menjalani segala sesuatunya. Anda tak kan dapat menghentikan tangis seorang bayi hanya dengan merengkuhnya dalam lengan yang kuat. Atau, membujuknya dengan berbagai gula-gula dan kata-kata manis. Anda harus mendekapnya hingga ia merasakan detak jantung yang tenang jauh di dalam dada anda.

Mulailah dengan melembutkan hati sebelum memberikannya pada keberhasilan anda

Thaharah | Mandi Besar

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
TATA CARA BERSUCI DARI HAID DAN JUNUB
 

Cara mandi bagi wanita yang sudah selesai haidnya atau telah berjunub adalah sama dengan cara laki-laki mandi junub, hanya bagi wanita tidak wajib atasnya melepas ikatan atau kepangan (jalinan) rambutnya, sebagaimana dijelaskan dalam hadits Ummu Salamah radhiallahu anhaa berikut ini : “Seorang wanita berkata kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam : “Sesungguhnya aku adalah orang yang mengikat rambut kepalaku. Apakah aku (harus) membuka ikatan rambutkau untuk mandi janabat. ” Rasulullah menjawab: “Sungguh cukup bagimu menuang (mengguyur) atas kepalamu tiga tuangan dengan air kemudian engkau siram seluruh badanmu, maka sungguh dengan berbuat demikian engkau telah bersuci.” {HR. Muslim, Ahmad, dan Tirmidzi dan dia berkata hadits ini adalah hasan shahih).


Dalam riwayat lain hadits ini dari jalan Abdurrazaq “Apakah aku harus harus melepaskannya ikatan rambutku untuk mandi janabat?” disunahkan bagi wanita apbila mandi dari haid atau nifas memakai kapas yang ditaruh padanya minyak wangi lalu digunakan untuk membersihkan bekas darah agar tidak meninggalkan bau. Hal ini diterangkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Aisah Radhiallahu anha : “Bahwasanya Asma binti Yazid bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam tentang mandi haid. Maka beliau shallallahu alaihi wasallam bersabda : “hendaklah salah seorang di antara kalian memakai air yang dicampur dengan daun bidara (wewangian), kemudian dia bersuci dengannya lalu berwudhu dan memperbaiki wudhunya. Kemudian dia siramkan air di atas kepalanya. Lalu dia siramkan atasnya air ke seluruh tubuh setelah itu hendaklah dia mengambil kapas (atau kain yang telah diberi minyak wangi) kemudian ia bersuci dengannya.”{HR. Al-Jamaah kecuali Tirmidzi}.

Tidaklah mandi haid atau junub dinamakan mandi syar`i, kecuali dengan dua hal :

1. Niat, karena dengan niat terbedakan dari kebiasan dengan ibadah, dalilnya hadits Umar bin Khaththab radhiallahu anhu: “bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda : “Sesungguhnya amalan itu tergantung dari niatnya.”{HR. Al-Jamaah}

Maknanya adalah bahwasanya sahnya amalan itu dengan niat, amal tanpa niat tidak dianggap syari. Yang perlu diingat bahwa niat adalah amalan hati bukan amalan lisan, jadi tidak perlu diucapkan.

2. Membersihkan seluruh anggota badan (mandi) dalam mengamalkan firman Allah subhanahu wa Taala: “Dan apabila kalian junub maka mandilah.{Al-Maidah :6}

Dan juga firman Allah subhanahu wa Taala : “Mereka bertanya kepadamu tentang haid , katakanlah haid itu kotoran yang menyakitkan maka dari itu jauhkanlah diri kalian dari wanita (istri) yang sedang haid dan janganlah engkau mendekati mereka, sampai mereka bersuci (mandi).”{Al-Baqarah : 222}

Adapun tata cara mandi yang disunnahkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah :
  1. Mencuci kedua tangan sekali, dua kali atau tiga kali.
  2. Lalu mencuci kemaluan dengan tangan kiri, setelah itu tangan bekas menggsok kemaluan tersebut digosokan ke bumi.
  3. Kemudian berwudhu seperti wudhunyaorang yang mau shalat. Boleh mengakhirkan kedua kaki (dalam berwudhu tidak mencuci kaki)sampai mandi selesaibaru kemudian mencuci kedua kaki.
  4. Membasahi kepala sampai pangkal rambutdengan menyela-nyelanya dengan jari-jemari.
  5. Setelah itu menuangkan air di atas kepala sebanyak tiga kali
  6. Kemudian menyiram seluruh tubuh, dimulai dengan bagian kanan tubuh lalu bagian kiri sambil membersihkan kedua ketiak, telinga bagian dalam, pusar dan jari jemari kaki serta menggosok bagian tubuh yang mungkin digosok.
  7. Selesai mandi, mencuci kedua kaki bagi yang mengakhirkannya (tidak mencucinya tatkala berwudhu).
  8. Membersihkan / mengeringkan airyang ada di badan dengan tangan (dan boleh dengan handuk atau lainnya)
Tata cara mandi seperti di atas sesuai dengan hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam : “dari Aisah radhiallahu anha, bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wasallam apabila dari junub beliau mulai dengan mencuci kedua tangannya, lalu beliau mengambil air dengan tangan kanan kemudian dituangkan di atas tangan kiri (yang) beliau gunakan untuk mencuci kemaluannya. Kemudian beliau berwudhu seperti wudhunya orang yang mau shalat. Selesai itu beliau mengambil air (dan menuangkannya di kepalanya) sambil memasukan jari-jemarinya ke pangkal rambutnya hingga beliau mengetahui bahwasanya beliau telah membersihkan kepalanya dengan tiga siraman (air), kemudian menyiram seluruh badannya.”{HR. Bukhari dan Muslim}

Dan juga hadits : “Dari Aisyah radhiallahu anha berkata: Adalah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam apabila mandi janabat beliau meminta air, kemudian beliau ambil dengan telapak tangannya dan dan mulai (mencuci) bagian kanan kepalanya lalu bagian kirinya. Setelah itu beliau mengambil air dengan kedua telapak tangannya lalu beliau balikkan (tumpahkan) di atas kepalanya.”{HR. Bukhari dan Muslim}

Dalam hadits lain : “Dari Maimunah radhiallahu anha berkata : “Aku meletakan air untuk mandi Nabi shallallahu alaihi wasallam. Kemudian beliau menuangkan atas kedua tangannya dan mencucinya dua atau tiga kali, lalu beliau menuangkan dengan tangan kanannya atas tangan kirinya dan mencuci kemaluannya (dengan tangan kiri), setelah itu beliau gosokkan tangan (kirinya) ke tanah.Kemudian beliau berkumur-kumur, memasukanair ke hidung dan menyemburkannya, lalu mencuci kedua wajah dan kedua tangannya, kemudian mencuci kepalnya tiga kali dan menyiram seluruh badannya. Selesai itu beliau menjauh dari tempat mandinya lalu mencuci kedua kakinya. Berkata Maimunah : Maka aku berikan kepadanya secarik kain akan tetapi beliau tidak menginginkannya dan tetaplah beliau mengeringkan air (yang ada pada badannya) dengan tangannya.”{HR. Al-Jamaah}

Cara mandi di atas adalah cara mandi wajib yang sempurna yang seharusnya dilakukan oleh setiap muslim dalam rangka untuk mengikuti Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. dan barang siapa telah membasahi seluruh badannya dengan air dengan mandi besar walaupun hanya sekali berarti dia telah suci. Yang demikian juga telah ada keterangan dari hadits shahih dari Aisyah dan Maimunah radhiallahu anhuma, juga hadits Ummu Salamah radhiallahu anha : “Cukuplah bagimu menuangkan air di atas kepalanya tiga kali tuangan , kemudian engkau siram seluruh badanmu dengan air, dengan berbuat demikian maka sungguh engkau telah bersuci.”{HR. Muslim}

Wallahu alam bish-shawab.

Thaharah | Wudhu dan Hikmahnya

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
Hikmah dan Keajaiban Wudhu. Di dalam ajaran Islam sebenarnya cukup banyak hal-hal yang berkaitan dengan suatu ibadah yang terlihat sederhana dan mudah dilakukan namun memiliki manfaat, hikmah dan hasiat yang luar biasa bagi kesehatan, baik kesehatan jasmanai maupun rohani, contohnya adalah wudhu. Wudhu adalah salah satu syariat Islam. Allah SWT memerintahkan umat Islam untuk membersihkan diri atau berwudhu sebelum mendirikan shalat lima waktu. (QS Al-Maidah ayat 6). Wudhu juga merupakan salah satu syarat diterimanya ibadah shalat oleh Allah SWT, namun terkadang ada sebagian umat Islam yang memandangnya biasa-biasa saja. “Allah tidak akan menerima shalat seseorang di antara kamu, hingga dia berwudhu .” (HR. Bukhari Muslim).

Wudhu dan Kesehatan Jasmani

Wudhu mempunyai manfaatnya sangat besar. Itulah yang dibuktikan oleh para ahli kesehatan dunia. banyak dokter menemukan sesuatu yang menakjubkan dalam wudhu karena mampu merangsang pusat syaraf dalam tubuh manusia. Karena keselarasan air dengan wudhu dan titik-titik syaraf, kondisi tubuh senantiasa akan sehat.

Ulama fikih juga menjelaskan hikmah wudhu sebagai bagian dari upaya untuk memelihara kebersihan fisik dan rohani. Daerah yang dibasuh dengan air wudhu seperti tangan, daerah muka termasuk mulut dan kaki, memang paling banyak bersentuhan dengan benda-benda asing, termasuk kotoran. Oleh karena itu, wajar kalau daerah itu yang harus dibasuh, sebab penyakit kulit umumnya sering menyerang permukaan kulit yang terbuka dan jarang dibersihkan seperti di sela-sela jari tangan, kaki, leher, belakang telinga, dan lainnya. Oleh karena itu kita disyariatkan untuk berwudlu sedikitnya lima kali dalam sehariagar anggota tubuh yang terbuka senantiasa dibasuh atau dibersihkan dengan menggunakan air.

Berbagai penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa munculnya penyakit kulit disebabkan oleh rendahnya kebersihan kulit. Oleh karena itu, orang yang memiliki aktivitas padat (terutama di luar ruangan) disarankan untuk sesering mungkin membasuh atau mencuci anggota badannya yang terbuka, seperti kepala, muka, telinga, hidung, tangan, dan kaki, kecuali bagi mereka yang berada di daerah panas yang jika bagian tubuh terkena air akan mengelupas dan atau bintik - bintik serta gatal.

Mencegah penyakit dengan wudhu bisa kita cermati dan pelajari sejarah hidup Rasulullah SAW, seperti yang diungkapkan Muhammad Husein Haykal dalam bukunya Hayatu Muhammad, sepanjang hidupnya Rasulullah SAW tak pernah menderita penyakit, kecuali saat sakaratul maut hingga wafatnya. Hal ini menunjukkan bahwa wudhu dengan cara yang benar niscaya dapat mencegah berbagai macam penyakit.

Adapun orang-orang yang teratur dalam berwudhu, permukaan rongga hidungnya tampak cemerlang, bersih, dan tidak berdebu. “Sesungguhnya, cara berwudhu yang baik adalah dimulai dengan membasuh tangan, berkumur-kumur, lalu mengambil air dan menghirupnya ke dalam hidung kemudian mengeluarkannya. Langkah ini hendaknya dilakukan sebanyak tiga kali secara bergantian,”

Wudhu dan Kesehatan Rohani

Ulama tasawuf menjelaskan hikmah wudhu dengan menjelaskan bahwa daerah-daerah yang dibasuh air wudhu memang daerah yang paling sering berdosa. Kita tidak tahu apa yang pernah diraba, dipegang, dan dilakukan tangan kita. Banyak pancaindera tersimpul di bagian muka.

Berapa orang yang jadi korban setiap hari dari mulut kita, berapa kali berbohong, memaki, dan membicarakan aib orang lain. Apa saja yang dimakan dan diminum. Apa saja yang baru diintip mata ini, apa yang didengar oleh kuping ini, dan apa saja yang baru dicium hidung ini ? Kemana saja kaki ini gentayangan setiap hari ? Jadi, anggota badan yang dibasuh ketika berwudhu ialah daerah yang paling riskan untuk melakukan dosa.

Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam menyatakan, wajah orang yang berwudhu itu akan senantiasa bercahaya. Rasulullah akan mengenalinya nanti pada hari kiamat karena bekas wudhu. telah nyata bahwa manfaat wudlu sangatlah besar bagi tubuh manusia tidak hanya fisik namun juga metafisik.

Mencuci tangan dengan air seakan-akan membasuh tangan yang telanjur berbuat salah. Membasuh kaki dan lain-lain demikian pula. Mereka memperbuat hikmat-hikmat itu meskipun dalam hadis dan dalil tidak ditemukan. Tujuannya adalah supaya manusia jangan membersihkan lahirnya saja, sementara batinnya masih tetap kotor. Hati yang masih tamak, loba, dan rakus, kendati sudah berwudhu, maka wudhunya lima kali sehari semalam itu berarti tidak berbekas dan tidak diterima oleh Allah SWT, dan shalatnya pun tidak akan mampu menjauhkan dirinya dari perbuatan keji dan mungkar.”


Bersambung Insya Allah

THAHARAH | BERSUCI

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
Fuqaha mendahulukan pembahasan thaharah daripada pembahasan shalat karena thaharah adalah pembuka shalat sekaligus syarat sahnya shalat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مِفْتَاحُ الصَّلَاةِ الطُّهُوْرُ ، وَتَحْرِيْمُهَا التَّكْبِيْرُ ، وَتَحْلِيْلُهَا التَّسْلِيْمُ

Artinya: “Kunci shalat adalah bersuci, pengharamannya adalah takbir dan penghalalannya adalah salam.” [Hadits shahih hasan, dikeluarkan oleh Abu Dawud, at-Tirmidzi dan Ibn Majah dari 'Ali ibn Abi Thalib radhiyallahu 'anhu]
اَلطُّهُوْرُ شَطْرُ الْإِيْمَانِ

Artinya: “Bersuci adalah setengah dari iman.” [Hadits shahih riwayat Muslim]

Secara bahasa, thaharah berarti bersih dari kotoran, baik secara fisik seperti bersih dari air kencing, maupun secara maknawi seperti bersih dari maksiat. Sedangkan secara syar’i, thaharah berarti ‘bersih dari najis, baik secara hakikat yaitu dari khabats (sesuatu yang dianggap kotor dan jijik menurut syara’), maupun secara hukum yaitu dari hadats (sesuatu yang menurut syara’ jika terdapat pada seseorang, ia akan kehilangan kesucian)’. Definisi ini diambil dari kalangan Hanafiyah.

An-Nawawi (dari kalangan Syafi’iyah) mendefinisikan thaharah dengan ‘mengangkat hadats dan menghilangkan najis, atau yang semakna dan memiliki sifat yang sama dengannya’. Definisi ini mencakup tayammum, mandi sunnah, memperbarui wudhu, pembasuhan yang kedua dan ketiga pada hadats dan najis, mengusap telinga, berkumur dan beberapa nafilah lainnya dalam thaharah, termasuk juga bersuci bagi wanita yang keluar darah penyakit dan orang yang tidak dapat menahan kencing.

Kalangan Malikiyah dan Hanabilah mendefinisikan thaharah dengan ‘menghilangkan sesuatu yang menyebabkan terhalangnya shalat, yaitu hadats dan najis dengan air, atau menghilangkan hukumnya dengan tanah’.

Pengertian Thaharah

Dari definisi thaharah di atas, bisa dipahami bahwa thaharah terbagi menjadi dua macam, yaitu bersuci dari hadats (khusus badan) dan bersuci dari khabats (badan, pakaian dan tempat). Bersuci dari hadats terbagi tiga, yaitu :
(1) Hadats besar, dengan mandi,
(2) Hadats kecil, dengan wudhu, 
(3) Pengganti keduanya jika sangat sulit untuk mandi dan berwudhu, yaitu dengan tayammum. Bersuci dari khabats juga terbagi tiga, yaitu dengan membasuh (ghusl), mengusap (mas-h) dan memercikkan air (nadh-h).

Jadi, thaharah mencakup wudhu, mandi, menghilangkan najis, tayammum dan yang berhubungan dengannya. Thaharah sangat penting dalam Islam, baik thaharah secara hakikat yaitu mensucikan pakaian, badan dan tempat shalat dari najis, maupun secara hukum yaitu mensucikan anggota badan dari hadats, dan mensucikan seluruh tubuh dari janabah. Hal ini karena ia merupakan syarat untuk sahnya shalat yang dilakukan lima kali sehari, dan shalat adalah berdiri menghadap Allah ta’ala, melakukannya dalam keadaan suci merupakan sikap ta’zhim (pengagungan) kepada Allah. Islam juga sangat menyukai kebersihan dan kesucian. Allah ta’ala memuji orang-orang yang bersuci :

إِنَّ اللهَ يُحِبُّ التَّوَّابِيْنَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِيْنَ

Artinya: “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang mensucikan diri.” (al-Baqarah ayat 222)

Diwajibkan membersihkan badan, pakaian, dan tempat jika terkena najis, berdasarkan firman Allah ta’ala :

وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ

Artinya: “Dan pakaianmu bersihkanlah.” [al-Muddatstsir ayat 4]

أَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِيْنَ وَالْعَاكِفِيْنَ وَالرُّكَّعِ السُّجُوْدِ

Artinya: “Bersihkanlah (wahai Ibrahim dan Isma’il) rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, i’tikaf, yang ruku’ dan yang sujud.” [al-Baqarah ayat 125]

Jika membersihkan pakaian dan tempat diwajibkan, maka membersihkan badan tentu lebih utama. Diwajibkannya thaharah bagi orang yang diwajibkan shalat, dan itu ada 10 syarat, yaitu :

1. Islam
2. Berakal
3. Baligh
4. Berhentinya Darah Haidh atau Nifas
5. Masuk Waktu Shalat
6. Tidur
7. Lupa
8. Tidak Dipaksa Untuk Tidak Thaharah.
9. Terdapat Air atau Tanah yang Suci
10. Memiliki Kemampuan Untuk Melakukannya

Wallahu A'lam

Blogger news

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

About