Showing posts with label Aqidah. Show all posts
Showing posts with label Aqidah. Show all posts

Seakan Akan UntukTerakhir Kalinya

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
“Apabila kamu mengerjakan shalat, lakukanlah shalatmu itu seakan-akan terakhir kalinya (berpamitan untuk mati)” (HR. Imam Ahmad & Ibnu Majah).

Setiap kejadian bisa menghasilkan makna bagi orang yang mau merenunginya. Termasuk kejadian jatuhnya pesawat Sukhoi di Bogor yang menimbulkan kematian bagi seluruh penumpangnya. Beberapa menit sebelum kejadian tersebut, para penumpang itu begitu bergembira dan bahkan berfoto beragam gaya, samasekali tak menyangka kalau sebentar lagi akan menuju alam baqa. 

Seandainya mengetahui itu saat-saat terakhir hidup di dunia ini, besar kemungkinan mereka akan bersedih dan gelisah dan tentunya akan dipenuhi dengan keharuan seluruh keluarga dan Satu hal lagi yang paling penting, yaitu mereka akan bersegera untuk menyempurnakan segala bentuk amal ibadahnya.

Siapapun orangnya jikalau mereka mampu dan mau mengingat diri sedang berada di ujung usia, pastinya tidak akan melewatkan setiap detik didalam kehidupannya dengan sia-sia, kecuali untuk melakukan segala bentuk amal ibadahnya dengan sesempurna dan sesering mungkin. Terutama, menyempurnakan niatnya dengan penuh keikhlasan karena Allah, menjaga bacaannya, serta melaksanakan syarat dan rukun yang lain dengan sebaik baik nya. 

Selain itu mencari rezeki yang halal dimana hal tersebut juga bernilai ibadah serta dimintai pertanggungan jawab, maka siapapun akan menjauhi diri dari hal-hal yang dapat merusak kehalalan rezekinya. Termasuk juga membersihkan rezekinya dengan mengeluarkan hak-hak orang lain. Sebab, ada rasa kuatir kalau apa yang dilakukannya sia-sia atau tidak diterima Allah, bila tidak dilakukan dengan sempurna dan atau menggunakan harta yang tidak halal.

Namun demikian ... 

Tentunya tidak ada sesiapapun yang dapat mengetahui kapan umurnya berada dalam masa terakhir. oleh karenanya, hendaklah kita sesering mungkin mengingat kematian dan selalu ingat bahwa kehidupan saat ini hanyalah persinggahan sementara sebagaimana yang telah disarankan oleh Rasulullah dalam melakukan amal ibadah sangat penting untuk diterapkan dalam kehidupan yang lebih luas. 

Yaitu, berusaha menjalankan hidup seakan-akan sedang berada di saat-saat terakhir, sehingga tidak menjalankannya kecuali yang diridhai Allah Subhanahu Wat'aala

Wallahu A'lam

Tanda - Tanda Orang Murtad

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
Dua Puluh Tanda-Tanda Orang Murtad Dua puluh fenomena manusia yang boleh membatalkan keimanannya pada syahadah dan menjerumus menjadi murtad.

1. Bertawakal dan bergantung selain Allah
2. Mengingkari nikmat Allah
3. Bekerja atau berkhidmat dengan tujuam selain kerana Allah SWT
4. Berhukum dgn hukum manusia, bkn dgn hukum Allah
5. Memfokuskan segala kekuatan kepada selain Allah dgn cara yg tdk dikehendaki-Nya
6. Menjalankan hukum selain dari hukum Allah
7. Benci atau menentangsalah satu kandungan ajaran Islam
8. Mencintai kehidupan dunia melebihi kecintaannya terhadap akhirat (gila dunia)
9. Menghina salah satu isi al-Quran atau as-Sunnah
10. Menghalalkan apa yang diharamkan Allah atau sebaliknya
11. Tdk beriman dgn seluruh sumber - sumber hukum dr al-Quran dan as-Sunnah
12. Mengangkat orang - orang kafir dan munafik sebagai pemimpin
13. Tdk beradab dalam pergaulan
14. Rasa takut dan lemah hati dalam menegakkan tauhid
15. Menyatakan kewujudan pertentangan di dalam al-Quran
16. Tdk mengetahui makrifat Allah
17. Tdk mengenal Rasullullah dan menolak kebenarannya
18. Mengkafirkan orang yang mengucap dua kalimah syahadah
19. Mengerjakan suatu ibadat bukan karena Allah
20. Melakukan dengan riak (ingin pujian manusia)

disadur dari Status Facebook Ali Mustofa

Sihir Dan Perdukunan

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
Segala puji hanya kepunyaan Allah, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan umat, Nabi besar Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang tiada lagi Nabi sesudahnya.

Akhir-akhir ini banyak sekali tukang-tukang ramal yang mengaku dirinya sebagai tabib, dan mengobati orang sakit dengan jalan sihir atau perdukunan. Mereka kini banyak menyebar di berbagai negeri; orang-orang awam yang tidak mengerti sudah banyak menjadi korban pemerasan mereka.

Maka atas dasar nasihat (loyalitas) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kepada hamba-hambaNya, saya ingin menjelaskan tentang betapa besar bahayanya terhadap Islam dan umat Islam adanya ketergantungan kepada selain Allah dan bahwa hal tersebut bertolak belakang dengan perintah Allah dan RasulNya.

Dengan memohon pertolongan Allah Ta’ala saya katakan bahwa berobat dibolehkan menurut kesepakatan para ulama. Seorang muslim jika sakit hendaklah berusaha mendatangi dokter yang ahli, baik penyakit dalam, pembedahan, saraf, maupun penyakit luar untuk diperiksa apa penyakit yang dideritanya. Kemudian diobati sesuai dengan obat-obat yang dibolehkan oleh syara’, sebagaimana yang dikenal dalam ilmu kedokteran.

Dilihat dari segi sebab dan akibat yang biasa berlaku, hal ini tidak bertentangan dengan ajaran tawakkal kepada Allah dalam Islam. Karena Allah Ta’ala telah menurunkan penyakit dan menurunkan pula obatnya. Ada di antaranya yang sudah diketahui oleh manusia dan ada yang belum diketahui. Akan tetapi Allah Ta’ala tidak menjadikan penyembuhannya dari sesuatu yang telah diharamkan kepada mereka.

Oleh karena itu tidak dibenarkan bagi orang yang sakit, mendatangi dukun-dukun yang mendakwakan dirinya mengetahui hal-hal ghaib, untuk mengetahui penyakit yang dideritanya. Tidak diperbolehkan pula mempercayai atau membenarkan apa yang mereka katakan, karena sesuatu yang mereka katakan mengenai hal-hal yang ghaib itu hanya didasarkan atas perkiraan belaka, atau dengan cara mendatangkan jin-jin untuk meminta pertolongan kepada jin-jin tersebut sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Dengan cara demikian dukun-dukun tersebut telah melakukan perbuatan-perbuatan kufur dan sesat.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan dalam berbagai haditsnya sebagai berikut :

“Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab ‘Shahih Muslim’, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Barangsiapa mendatangi ‘arraaf’ (tukang ramal)) kepadanya, tidak akan diterima shalatnya selama empat puluh hari.”

“Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:‘Barangsiapa yang mendatangi kahin (dukun)) dan membenarkan apa yang ia katakan, sungguh ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Abu Daud).

“Dikeluarkan oleh empat Ahlus Sunan dan dishahihkan oleh Al-Hakim dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan lafazh: ‘Barangsiapa mendatangi tukang ramal atau dukun dan membenarkan apa yang ia katakan, sungguh ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

“Dari Imran bin Hushain radhiallahu anhu, ia berkata: ‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Bukan termasuk golongan kami yang melakukan atau meminta tathayyur (menentukan nasib sial berdasarkan tanda-tanda benda,burung dan lain-lain),yang meramal atau yang meminta diramalkan, yang menyihir atau meminta disihirkan dan barangsiapa mendatangi peramal dan membenarkan apa yang ia katakan, maka sesungguhnya ia telah kafir terhadap wahyu yang diturunkan kepada Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.”(HR. Al-Bazzaar,dengan sanad jayyid).

Hadits-hadits yang mulia di atas menunjukkan larangan mendatangi peramal, dukun dan sebangsanya, larangan bertanya kepada mereka tentang hal-hal yang ghaib, larangan mempercayai atau membenarkan apa yang mereka katakan, dan ancaman bagi mereka yang melakukannya.

Oleh karena itu, kepada para penguasa dan mereka yang mempunyai pengaruh di negerinya masing-masing, wajib mencegah segala bentuk praktek tukang ramal, dukun dan sebangsanya, dan melarang orang-orang mendatangi mereka.

Kepada yang berwenang supaya melarang mereka melakukan praktek-praktek di pasar-pasar, mall-mall atau di tempat-tempat lainnya, dan secara tegas menolak segala yang mereka lakukan. Dan hendaknya tidak tertipu oleh pengakuan segelintir orang tentang kebenaran apa yang mereka lakukan. Karena orang-orang tersebut tidak mengetahui perkara yang dilakukan oleh dukun-dukun tersebut, bahkan kebanyakan mereka adalah orang-orang awam yang tidak mengerti hukum, dan larangan terhadap perbuatan yang mereka lakukan.

Rasulullah ‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang umatnya mendatangi para peramal, dukun dan tukang tenung. Melarang bertanya serta membenarkan apa yang mereka katakan. Karena hal itu mengandung kemungkaran dan bahaya besar, juga berakibat negatif yang sangat besar pula. Sebab mereka itu adalah orang-orang yang melakukan dusta dan dosa.

Hadits-hadits Rasulullah tersebut di atas membuktikan tentang kekufuran para dukun dan peramal. Karena mereka mengaku mengetahui hal-hal yang ghaib, dan mereka tidak akan sampai pada maksud yang diinginkan melainkan dengan cara berbakti, tunduk, taat, dan menyembah jin-jin. Padahal ini merupakan perbuatan kufur dan syirik kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Orang yang membenarkan mereka atas pengakuannya mengetahui hal-hal yang ghaib dan mereka meyakininya, maka hukumnya sama seperti mereka. Dan setiap orang yang menerima perkara ini dari orang yang melakukannya, sesungguhnya Rasulullah ‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berlepas diri dari mereka.

Seorang muslim tidak boleh tunduk dan percaya terhadap dugaan dan sangkaan bahwa cara seperti yang dilakukan itu sebagai suatu cara pengobatan, semisal tulisan-tulisan azimat yang mereka buat, atau menuangkan cairan timah, dan lain-lain cerita bohong yang mereka lakukan.

Semua ini adalah praktek-praktek perdukunan dan penipuan terhadap manusia, maka barangsiapa yang rela menerima praktek-praktek tersebut tanpa menunjukkan sikap penolakannya, sesungguhnya ia telah menolong dalam perbuatan bathil dan kufur.

Oleh karena itu tidak dibenarkan seorang muslim pergi kepada para dukun, tukang tenung, tukang sihir dan semisalnya, lalu menanyakan kepada mereka hal-hal yang berhubungan dengan jodoh, pernikahan anak atau saudaranya, atau yang menyangkut hubungan suami istri dan keluarga, tentang cinta, kesetiaan, perselisihan atau perpecahan yang terjadi dan lain sebagainya. Sebab semua itu berhubungan dengan hal-hal ghaib yang tidak diketahui hakikatnya oleh siapa pun kecuali oleh Allah Subhanahhu wa Ta’ala.

Sihir sebagai salah satu perbuatan kufur yang diharamkan oleh Allah, dijelaskan di dalam surat Al-Baqarah ayat 102 tentang kisah dua Malaikat:

Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syetan-syetan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan:”Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir’. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarkan ayat (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di Akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.”(Al-Baqarah:102)

Ayat yang mulia ini juga menunjukkan bahwa orang-orang yang mempelajari ilmu sihir, sesungguhnya mereka mempelajari hal-hal yang hanya mendatangkan mudharat bagi diri mereka sendiri, dan tidak pula mendatangkan sesuatu kebaikan di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ini merupakan ancaman berat yang menunjukkan betapa besar kerugian yang diderita oleh mereka di dunia ini dan di Akhirat nanti. Mereka sesungguhnya telah memperjualbelikan diri mereka dengan harga yang sangat murah, itulah sebabnya Allah berfirman :

“Dan alangkah buruknya perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir itu, seandainya mereka mengetahui.”

Kita memohon kepada Allah kesejahteraan dan keselamatan dari kejahatan sihir dan semua jenis praktek perdukunan serta tukang sihir dan tukang ramal. Kita memohon pula kepadaNya agar kaum muslimin terpelihara dari kejahatan mereka. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan pertolongan kepada kaum muslimin agar senantiasa berhati-hati terhadap mereka, dan melaksanakan hukum Allah dengan segala sangsi-sangsinya kepada mereka, sehingga manusia menjadi aman dari kejahatan dan segala praktek keji yang mereka lakukan.

Syirik Merusak Iman

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Tinggalkanlah tujuh dosa yang akan membinasakan. Sahabat bertanya, ‘Yaa Rasulullah, apakah dosa-dosa itu? Jawab Nabi SAW, ‘Syirik mempersekutukan Allah Swt, melakukan sihir, membunuh jiwa manusia yang telah diharamkan Allah Swt kecuali dengan hak, makan riba, makan harta anak yatim, lari dari perang jihad, menuduh zina pada wanita mu’minat,’ (HR Bukhari Muslim)

Dalam hadis di atas, Abu Hurairah menyebut tujuh dosa yang membinasakan. Dikatakan membinasakan karena dari dosa tersebut bukan hanya merusak keimanan diri sendiri, namun juga ada hak-hak muslim yang dirusak oleh si pembuat dosa. Dosa pertama yang tersebut dalam hadits di atas ialah dosa yang takkan terampuni, yakni syirik (mempersekutukan Allah).

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa selain syirik bagi siapa yang ia kehendakiNya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (An Nisaa: 48)

Firman Allah Swt dalam QS An-Nisaa di atas mengisyaratkan bahwa Allah membuka pintu ampunan selebar-lebarnya bagi pendosa apapun namun tidak untuk dosa syirik. 

Karena 

Pertama, syirik adalah bentuk kedurhakaan seorang makhluq kepada khaliq. 

Kedua, syirik sudah termasuk dalam kategori dosa tertinggi dari dosa apapun menurut Quran dan sunnah yang ganjarannnya adalah neraka, apabila si musyrik tidak menyadari dan bertaubat dari dosa-dosa syiriknya.

Sejalan dengan perihal syirik, dari Abdullah bin Mas’ud r.a Rasulullah Saw bersabda, “Siapa yang mati dalam keadaan menyekutukan Allah dengan sesuatu, niscaya akan memasuki neraka,” (HR Bukhari Muslim)

MUI : Ulama Tidak Lagi Didengar Masyarakat

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), KH Usman Fathan, menyatakan suara ulama sudah tidak lagi didengar umat. Sehingga, penyakit masyarakat (Pekat) berupa pelacuran, narkoba, asusila dan lainnya kian memprihatinkan.

"Para ulama selalu menyampaikan syiar Islam di berbagai masjid. Mereka mengajak umat melaksanakan kebaikan sesuai nilai-nilai kitab suci Alqur'an. Tetapi, ulama tidak lagi didengar masyarakat," ujarnya di Pangkalpinang, Jumat, menanggapi maraknya penyakit masyarakat di daerah itu.

Usman menjelaskan bahwa setiap waktu ulama keliling menyampaikan pesan-pesan Islam ke berbagai masjid dengan mengajak umat supaya menjauhi perilaku yang menyimpang dengan nilai Islam. Tetapi, orang yang datang ke masjid itu tidak seberapa. Orangnya itu ke itu saja.

Namun demikian, masyarakat terutama kalangan generasi muda lebih memilih keluar malam atau menonton tayangan-tayangan asusila di media massa elektronik berupa film porno, sadis, kekerasan, eksploitasi dan sejenisnya.

"Akhirnya masyarakat terpengaruh tayangan media elektronik televisi yang selalu menampilkan adegan dan pakaian porno tidak menutup aurat atau hanya memakai celana minim hingga di atas lutut dan asesoris yang vulgar tanpa menutupi aurat," ujarnya.

Sumber : Republika dot co dot id

Spirit Of Islam

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
A page dedicated to Islamic Tasawwuf and Sulook. Tasawwuf is to the Shariah like the spirit is to the body, or the meanings are to a word. It is a practice, not mere words. Zikr-Allah is performed to achieve spiritual purification and a lot more.

To struggle according to our individual capacity for purification and strengthening of our spirits through Zikr, as taught to us by spiritual teachers in the light of the Shariah. To invite and encourage individuals to purify their hearts through Zikr according to the way of our spiritual teachers, the Quran and the Hadith. To spread a positive word about Islamic Tasawwaf. To reject false practices associated with Islamic Tasawwaf.

Islamic Tasawwuf is an undeniable reality about which little is known in present times. It is to Islam like spirit is to a body or meanings are to a word. Islamic Tasawwuf is termed as تزکیہ in the Quran and as احسان in the Hadith. Tasawwuf, Ihsan, Sulook or Tazkiah are the different names for the same Truth. Islamic Tasawwuf comprises practices of Zikr-Allah and Meditations to achieve spiritual purification. Tasawwuf is the spirit of Deen-e-Islam.

This page is an effort to spread this light once again in the world of Islam, and outside it. It is being maintained by extremely humble servants of the Silsila-e-Awaisiah.


Perlombaan Yang Bisa Dimenangkan Oleh Semua Orang

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
Begitu dahsyat perlombaan merebut hati manusia, sehingga tidak sedikit yang mengalami kekalahan dan kesengsaraan. Seperti kekalahan dalam merebut hati rakyat dan atau masyarakat dalam pemilihan umum, Pemilihan Kepada Desa dan berbagai macam perlombaan lainnya, baik yang berhadiah pangkat , jabatan , harta benda maupun cinta dari seorang wanita, karena tidaklah mungkin semuanya menang.

Namun, tidak demikian dengan perlombaan menuju ampunan Allah.

Bila penduduk dunia ini berlomba menuju ampunan Allah, setiap jengkal bumi ini akan damai. Akan jauh dari pelanggaran, kekalahan, kesengsaraan, dan sejenisnya. Sebab, semakin banyak manusia berpartisipasi dalam menuju ampunan Allah, semakin tercipta rasa persaudaraan antar sesama manusia. Semakin banyak manusia yang merasa dirinya sama dengan orang lain sebagai makhluk Allah.

Semua akan merasa tak punya ilmu, kecuali hanya setetes saja.

Dengan cara demikian, akan hilang kebencian antar sesama, tidak akan timbul keinginan untuk menganiaya orang lain, akan damai dan tentram semua apa yang ada dibumi, tidak akan akan ada pembunuhan. Sebab, setiap orang yang berlomba menuju ampunan Allah Subhanahu Wata'ala faham bahwa kebencian, menganiaya orang lain, membunuh, dan kejahatan lainnya, merupakan sikap dan perbuatan yang menjauhkan diri dari

ampunan Allah Subhanahu Wata'ala

Juga, tak ada kekalahan dalam berlomba menuju ampunan Allah Subhanahu Wata'ala. Kalau melakukan dengan benar, semua akan meraih kemenangan, Apalagi Allah Subhanahu Wata'ala berjanji mengampuni hamba-hambaNya, tanpa membeda-bedakan, status , pangkat , jenis kelamin , jabatan , status sosial bagi mereka yang benar-benar mencari ampunanNya.

Maka 

“Berlomba-lombalah kamu sekalian menuju ampunan Tuhanmu dan surga yang seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan para Rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikanNya kepada yang dikehendakiNya” 

(QS. Al Hadid: 21).

Pembagian Aqidah Tauhid

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
Walaupun masalah qadha' dan qadar menjadi ajang perselisihan di kalangan umat Islam, tetapi Allah telah membukakan hati para hambaNya yang beriman, yaitu para Salaf Shalih yang mereka itu senantiasa menempuh jalan kebenaran dalam pemahaman dan pendapat. Menurut mereka qadha' dan qadar adalah termasuk rububiyah Allah atas makhlukNya. Maka masalah ini termasuk ke dalam salah satu di antara tiga macam tauhid menurut pembagian ulama :

Tauhid Al-Uluhiyyah,
mengesakan Allah dalam ibadah, yakni beribadah hanya kepada Allah dan karenaNya semata.

Tauhid Ar-Rububiyyah,
mengesakan Allah dalam perbuatan-Nya, yakni mengimani dan meyakini bahwa hanya Allah yang mencipta, menguasai dan mengatur alam semesta ini.

Tauhid Al-Asma' was-Sifat,
mengesakan Allah dalam asma dan sifat-Nya, artinya mengimani bahwa tidak ada makhluk yang serupa dengan Allah, dalam dzat, asma maupun sifat.

Iman kepada qadar adalah termasuk tauhid ar-rububiyah. Oleh karena itu Imam Ahmad berkata: "Qadar adalah kekuasaan Allah". Karena, tak syak lagi, qadar (takdir) termasuk qudrat dan kekuasaanNya yang menyeluruh. Di samping itu, qadar adalah rahasia Allah yang- tersembunyi, tak ada seorangpun yang dapat mengetahui kecuali Dia, tertulis pada Lauh Mahfuzh dan tak ada seorangpun yang dapat melihatnya. Kita tidak tahu takdir baik atau buruk yang telah ditentukan untuk kita maupun untuk makhluk lainnya, kecuali setelah terjadi atau berdasarkan nash yang benar.

Tauhid itu ada tiga macam, seperti yang tersebut di atas dan tidak ada istilah Tauhid Mulkiyah ataupun Tauhid Hakimiyah karena istilah ini adalah istilah yang baru. Apabila yang dimaksud dengan Hakimiyah itu adalah kekuasaan Allah, maka hal ini sudah masuk ke dalam kandungan Tauhid Rububiyah. Apabila yang dikehendaki dengan hal ini adalah pelaksanaan hukum Allah di muka bumi, maka hal ini sudah masuk ke dalam Tauhid Uluhiyah, karena hukum itu milik Allah dan tidak boleh kita beribadah melainkan hanya kepada Allah semata. Lihatlah firman Allah pada surat Yusuf ayat 40

Wallahu A'lam

Hancurnya Kehidupan, Kembalilah Ke Jalan

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
Apa yang salah terhadap bangsa ini? Mengapa mengalami nasib yang begitu nestapa? Tak henti-henti terus menerus dirundung malang. Berbagai peristiwa yang sangat menyedihkan selalu menghentak kesadaran. Tetapi, tak ada kesadaran kolektif yang mau mengakhiri mengakhiri semuanya, Sepertinya mereka menikmati kehidupan yang serba menyedihkan.

Betapa Indonesia bangsa besar. Dengan jumlah penduduk 240 juta. Mayoritas hampir 90 persen beragama Islam. Selalu menjadi kebanggaan dengan jumlah itu. Muslim terbesar di dunia. Penduduknya terus tumbuh selalu menjadi perhatian dunia. Karena posisinya yang dipandang sangat strategis dan memiliki sumber daya alam, yang seakan tak pernah habisnya.

Seorang yang baru pulang dari umrah, bertutur bahwa pesawat apa saja yang mendarat di bandara internasional Jeddah, selalu ada orang Indonesia. Puluhan ribu orang pergi umrah setiap bulannya. Orang pergi haji, harus inden sampai delapan tahun. Padahal, orang Indonesia pergi haji tak kurang dari 250 ribu, setiap tahunnya. Kalau shalat di Madinah, kanan-kiri, depan-belakang, pasti ada orang Indonesia. Begitu luar biasa banyaknya orang Indonesia yang melakukan ibadah ke tanah suci, Makkah dan Madinah.

Mestinya semakin banyak orang yang jalan hidupnya sesuai dengan Islam, dan menjadikan al-Qur’an sebagai jalan hidup mereka. Menjelang perayaan maulud Nabi Shallahu alaihi wassalam, begitu banyak yang menyelenggarakan perayaan maulud. Mulai dari Istana sampai ke masjid dan mushala di kampung, semuanya menyelenggarakan perayaan maulud. Adakah umat ini yang menyatakan cinta kepada baginda Nabi Shallahu alaihi wassalam, dan mengikuti jejak beliau?

Betapa rusaknya kehidupan ini orang tua dengan sangat tega membunuh anaknya sendiri. Anak membunuh orang tuanya sendiri. Orang tua membuang bayi yang baru dilahirkannya. Orang tua kandung menzinahi anak sendiri, sampai hamil. Berbuat zina dan selingkuh menjadi kegemaran. Bukan nista. Kantor-kantor dan pabrik-pabrik yang memperkerjakan perempuan-laki, berlangsungnya dan terus menerus berbuatan fakhisah (dosa besar), tak lagi merasa bersalah dan malu. Sering perempuan diperkosa diangkot dan kendaraan umum. Minimal dilecehkan secara seksual. Tak ada lagi tempat yang aman di negeri ini bagi perempuan.

Belakangan sering terjadi bunuh diri. Anak, orang dewasa, laki dan perempuan, melakukan bunuh diri. Dengan berbagai cara. Mengakhiri hidup dengan sangat nista. Bunuh diri. Dengan berbagai alasan. Mereka tak dapat lagi berpikir rasional menghadapi kehidupan. Sebagian besar motivasinya karena ekonomi, dan keluarga yang pecah.

Kehidupan sekarang ini, di manapun berlangsung tipu-menipu dan saling peras memeras. Di semua tingkatan lapisan dari atas sampai bawah. oknum dokter memeras dan menipu pesien. Banyak pasien miskin, yang melahirkan di rumah sakit, tak mampu membayar, akhirnya bayinya disandera. Oknum hakim dan jaksa memeras tersangka. Oknum polisi memeras maling dan penjahat. Para pengacara dan advokat memeras kliennya yang berperkara.

Pengadilan korupsi hanya menjadi tempat “theater” sandiwara mengelabuhi mata rakyat. Secara telanjang. Para politisi “busuk” dengan sangat canggih, membonsai aparat penegak hukum, semacam KPK, dan membuatnya menjadi lumpuh. Tak dapat lagi yang dapat menjangkau para penjahat di negeri yang sudah menghabiskan uang rakyat, bertriliun-triliun. Akhirnya rakyat menjadi masa bodoh. Tak lagi tertarik dengan kehidupan ini, karena kebusukan sudah menjadi sistem kehidupan.

Kehancuran sudah didepan mata. Masihkah tidak peduli? Masihkan menutup mata dengan segala penyimpangan dan penyelewengan ini? Masihkah tidak mau mengubah jalan hidup ini? Masihkan akan selalu bergelimang dengan dosa dan durhaka?

Wallahu’alam.Sumber Voa-islam

Taqwa Lebih Mulia

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
Setiap insan yang hidup di dunia ini membawa beragam identitas dan atau tanda pengenal yang mana hal tersebut adalah tergantung dan terserah pada pribadi setiap insan. Ada identitas berdasarkan jenis kelamin laki-laki atau perempuan, budaya, warga negara, suku, etnis, warna kulit, status ekonomi kaya dan miskin, dan berbagai identitas lain. 

Namun ada identitas yang bisa memayungi semua identitas tersebut, yang tak terhalang batas negara, batas budaya, batas kekayaan, dan batas-batas lain, itulah identitas muslim. Inilah identitas yang sangat penting dipelihara, karena bisa mempersatukan hati manusia dari berbagai identitas yang nampakya saling bertolak belakang seperti jenis kelamin, budaya, negara, dan lain-lain.

Namun hal tersebut nampaknya dan seringkali enggan dipelihara. Sebahagian orang lebih suka menonjolkan identitas yang ada dan atau melekat dalam dirinya baik sebagai orang kaya atau orang miskin, baik sebagai wanita dan pria dan berbagai identitas yang lain. Sebahagian yang lain menonjolkan diri dengan identitas sebagai keturunan yang hebat atau keturunan yang lemah. Bahkan, tak jarang didapati antar sesama mereka saling mencela, berkata kotor, membiarkan tak terbantu, tak mau bersaudara, dan sejenisnya. Padahal inilah perilaku-perilaku yang merusak identitas yang penting dalam menuju ketakwaan kepada Allah Subhanahu Wata'ala.

Rasulullah mengingatkan bahwa antara muslim yang satu dengan yang lainnya bersaudara. 

”Seorang muslim atas muslim lainnya haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya” (HR. Imam Muslim)

”Orang muslim tidak halal menakut-nakuti orang Muslim lainnya” (HR. Imam Ahmad & Abu Daud). 

”Orang muslim tidak halal melihat orang muslim lainnya dengan pandangan yang menyakitinya” (HR. Imam Ahmad).

Bahkan Rasulullah sendiri tak pernah mengatakan sukunya lebih hebat dari suku-suku lain. Tidak juga Rasulullah mengagung-agungkan bangsa Arab bahkan hal tersebut dilarang terlebih mengagungkan nenek moyang mereka dengan menyebut secara berlebihan. Katanya, seorang Arab tidak lebih baik daripada orang yang non-Arab. Demikian juga yang non-Arab tidak lebih baik dari orang Arab. Yang membuat lebih baik adalah kesalihannya dan atau ketaqwaannya (al ayat).

Mengenai Pengertian Taqwa Insya Allah akan kami catatkan dalam posting selanjutnya.

Wallahu A'lam

Mengenal Dan Mengimani Keberadaan Allah

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Sifat Wajib Allah SWT diterangkan di dalam Kitab Suci Al quran memang tidak langsung apa adanya akan tetapi tersebar di berbagai surah dalam Alquran.Mungkin diantara kita masih ada yang ingat ketika masih dibangku SD, Guru Agama menyuruh untuk menghafal Sifat Wajib bagi Allah yang berjumlah 20, dan kemudian setelah kita dewasa bertanya - tanya, karena tidak menemukan ke-20 sifat itu secara tertulis di dalam Alquran.

Setiap muslim harus meyakini bahwa Allah memiliki semua sifat yang mulia. Seorang muslim juga harus meyakini bahwa Allah mustahil bersifat yang menunjukan kekurangan dan kelemahan. Allah mustahil memiliki sifat yang tidak sempurna, yang menunjukan kelemahan dan kekurangan. Baik Secara Tersirat maupun Tersurat sifat sifat Allah SWT tersebut adalah seperti diterangkan dalam alquran. 

1. Sifat Wajib bagi Allah SWT yang pertama Adalah WUJUD :

Wujud artinya “ada” , maka mustahil Allah bersifat “tiada”. Firman Allah dalam Al-Qur’an ( Qs As-Sajadah : 4 )

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ مَا لَكُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلا شَفِيعٍ أَفَلا تَتَذَكَّرُونَ

“Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. tidak ada bagi kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan?”

Pertanyaan yang muncul dalam benak kita setelah membaca ayat diatas adalah bagaimana kita dapat meyakini wujud Allah swt...? Bila Anda melihat atau menyaksikan pesawat terbang melintas di udara, maka dengan yakin Anda mengatakan bahwa pasti ada pilot yang mengendalikan pesawat meskipun Anda tidak melihat nya. Karena jika yang mengendalikan pesawat itu tidak ada, mustahil pesawat itu dapat terbang dan melalui rutenya dengan selamat. lalu apa kaitannya dengan wujud Allah? 

Jawabnya adalah ketika kita melihat matahari, bulan, bintang dan planet bergerak teratur, malam dan siang berganti dengan keteraturan yang amat detil. Mungkinkah mereka ada dan bergerak sendiri? Tidak diragukan lagi bahwa semuanya telah diciptakan dan diatur oleh Allah swt. mustahil matahari, bulan, bintang-bintang, planet, siang, dan malam menjadi ada dan bertahan dengan pergerakannya yang amat teratur. Dengan demikian pula tidak akan ada makhluk yang sangat tergantung dengan mereka semua.

Firman Allah Swt QS Al A'raaf :54

إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلا لَهُ الْخَلْقُ وَالأمْرُ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ (٥٤

“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta alam”

Firman Allah Swt QS Lukman : 25

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لا يَعْلَمُونَ (٢٥

“dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" tentu mereka akan menjawab: "Allah". Katakanlah : "Segala puji bagi Allah"; tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.”


Firman Allah Swt QS Al Hajj : 18

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَسْجُدُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الأرْضِ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ وَالنُّجُومُ وَالْجِبَالُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ وَكَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ وَكَثِيرٌ حَقَّ عَلَيْهِ الْعَذَابُ وَمَنْ يُهِنِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ مُكْرِمٍ إِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ (١٨

“Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia? dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. dan Barangsiapa yang dihinakan Allah Maka tidak seorangpun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki”

Wujud adanya Allah Swt dapat dapat dibuktikan melalui 4 macam :

Dalil Fitrah.

Bukti fitrah tentang wujud Allah adalah bahwa iman kepada sang Pencipta merupakan fitrah setiap makhluk, tanpa terlebih dahulu berpikir atau belajar. Tidak akan berpaling dari tuntutan fitrah ini, kecuali orang yang di dalam hatinya terdapat sesuatu yang dapat memalingkannya.

Firman Allah Subhanahu Wata'ala

“Dan ingatlah ketika Tuhanmu menurunkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): ‘Bukankah Aku ini Tuhanmu’ Mereka menjawab: ‘ (Betul Engkau Tuhan kami) kami mempersaksikannya (Kami lakukan yang demikian itu) agar kalian pada hari kiamat tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya kami bani Adam adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan-Mu) atau agar kamu tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu sedangkan kami ini adalah anak-anak keturunan yang datang setelah mereka.’” (QS. Al A’raf: 172-173).

Dalil Indrawi

Bukti indera tentang wujud Allah sebenarnya sudah sering kita rasakan dan kita alami. Kita dapat mendengar dan menyaksikan terkabulnya doa orang-orang yang berdoa serta pertolongan-Nya yang diberikan kepada orang-orang yang mendapatkan musibah. Tanda-tanda para Nabi yang disebut mu’jizat, yang dapat disaksikan atau didengar banyak orang merupakan bukti yang jelas tentang keberadaan Allah Swt, karena hal-hal itu berada di luar kemampuan manusia. Allah melakukannya sebagai pemerkuat dan penolong bagi para Rasul. Adanya langit, bumi dan isinya adalah bukti nyata yang dapat kita rasakan dengan indera kita.

Dalil ‘Aqli (dalil akal pikiran)

Bukti akal tentang adanya Allah swt adalah proses terjadinya semua makhluk, bahwa semua makhluk, yang terdahulu maupun yang akan datang, pasti ada yang menciptakan. Tidak mungkin makhluk menciptakan dirinya sendiri, dan tidak mungkin pula tercipta secara kebetulan. Tidak mungkin wujud itu ada dengan sendirinya, karena segala sesuatu tidak akan dapat menciptakan dirinya sendiri.
Firman Allah Swt :( Qs Ath Thuur 35-37)

أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ (٣٥
" Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?"

أَمْ خَلَقُوا السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ بَل لا يُوقِنُونَ (٣٦)
"ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu?; sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan)."

أَمْ عِنْدَهُمْ خَزَائِنُ رَبِّكَ أَمْ هُمُ الْمُسَيْطِرُونَ (٣٧)
" ataukah di sisi mereka ada perbendaharaan Tuhanmu atau merekakah yang berkuasa?"

Dalil Naqli (Dalil Syara’)

Bukti syara’ tentang wujud Allah bahwa seluruh kitab langit berbicara tentang itu. Seluruh hukum yang mengandung kemaslahatan manusia yang dibawa kitab-kitab tersebut merupakan dalil bahwa kitab-kitab itu datang dari Rabb yang Maha Bijaksana dan Mengetahui segala kemaslahatan makhluknya. Berita-berita alam semesta yang dapat disaksikan oleh realitas akan kebenarannya yang didatangkan kitab-kitab itu juga merupakan dalil atau bukti bahwa kitab-kitab itu datang dari Rabb yang Maha Kuasa untuk mewujudkan apa yang diberitakan itu.

Firman Allah Subhanahu Wata'ala

أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلافًا كَثِيرًا (٨٢)

"Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya."

Setelah kita mengenal dan mengimani keberadaan Allah sebagaimana telah dijelaskan diatas, maka perlu kita kenali Allah swt sebagai Rabb yang telah menciptakan, memiliki dan mengatur semua makhluknya, Dialah satu-satunya pencipta yang mengadakan sesuatu dari ketiadaan,

Allah pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya:”Jadilah”. Lalu jadilah ia. (QS. Al Baqarah:117) Dialah Allah Swt satu-satunya pemilik sebagaimana Dia Allah Swt adalah satu-satunya pencipta, demikian juga Dia Allah Swt yang mengatur segala sesuatu.

Wallahu'alam

Yang berhak disembah hanya Allah

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
Yang berhak disembah hanya Allah SWT semata, dan ibadah digunakan atas dua hal;

Pengertian ibadah Pertama: menyembah, yaitu merendahkan diri kepada Allah Subhanahu Wata'ala dengan melakukan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya karena rasa cinta dan mengagungkan-Nya. Kedua: Yang disembah dengannya, yaitu meliputi segala sesuatu yang dicintai dan diridhahi oleh Allah Subhanahu Wata'ala berupa perkataan dan perbuatan, yang nampak dan tersembunyi seperti, doa, zikir, shalat, cinta, dan yang semisalnya. Maka melakukan shalat misalnya adalah merupakan ibadah kepada Allah Subhanahu Wata'ala. Maka kita hanya menyembah Allah Subhanahu Wata'ala semata dengan merendahkan diri kepada-Nya, karena cinta dan mengagungkan-Nya, dan kita tidak menyembahnya kecuali dengan cara yang telah disyari'atkan-Nya.

Hikmah Dari Penciptaan Jin dan Manusia Allah Subhanahu Wata'ala tidak menciptakan jin dan manusia sebagai suatu yang sia-sia dan tidak berguna. Dia juga tidak menciptakan mereka untuk makan, minum, senda gurau dan bermain serta tertawa. Dia menciptakan mereka tidak lain adalah untuk suatu perkara yang besar, untuk menyembah Allah Subhanahu Wata'ala, mengesakan, mengagungkan, membesarkan, dan mentaati-Nya, dengan melakukan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, berhenti pada batas-batas-Nya (dengan tidak melanggar larangan-Nya) dan meninggalkan ibadah kepada selain-Nya. Sebagaimana firman-Nya:

وَمَاخَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنسَ إِلاَّلِيَعْبُدُونِ
 Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (QS. Az-Zariyat :56)


Ibadah kepada Allah Subhanahu Wata'ala dibangun di atas dua pondasi yang besar yaitu: cinta yang sempurna kepada Allah Subhanahu Wata'ala dan ketundukan yang sempurna pada-Nya. Dan keduanya juga dibangun di atas dua dasar yang besar, yaitu : Merasa diawasi oleh Allah Subhanahu Wata'ala, dan mengingat nikmat, karunia, kebaikan, dan rahmat-Nya yang mengharuskan kita mencintai-Nya, Mengoreksi cacat dalam diri dan perbuatan yang menyebabkan kehinaan dan ketundukan yang sempurna kepada Allah Subhanahu Wata'ala

Pintu terdekat yang memasukkan hamba kepada Rabb-nya adalah pintu iftiqar (menghinakan diri) kepada Rabb-nya. Maka, dia tidak melihat dirinya kecuali seorang yang merugi, dan dia tidak melihat adanya kondisi, kedudukan, dan sebab pada dirinya yang dia bergantung padanya, tidak pula ada perantara yang bisa membantunya. Akan tetapi dia merasa sangat membutuhkan kepada Rabb-nya, dan jika dia meninggalkan hal tersebut diri darinya niscara dia rugi dan binasa. Firman Allah Subhanahu Wata'ala :

وَمَابِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللهِ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْئَرُونَ {53} ثُمَّ إِذَا كَشَفَ الضُّرَّ عَنكُمْ إِذَا فَرِيقٌ مِّنكُم بِرَبِّهِمْ يُشْرِكُونَ {54} لِيَكْفُرُوا بِمَآءَاتَيْنَاهُمْ فَتَمَتَّعُوا فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ {55

Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan. Kemudian apabila Dia telah menghilangkan kemudharatan itu daripada kamu, tiba-tiba sebahagian daripada kamu mempersekutukan Rabbnya dengan (yang lain), biarlah mereka mengingkari nikmat yang telah Kami berikan kepada mereka; maka bersenang-senaglah kamu. Kelak kamu akan mengetahui (akibatnya). (QS. An-Nahl :53-55)


Orang yang paling sempurna dalam beribadah kepada Allah adalah para Nabi dan Rasul, karena mereka adalah orang yang paling tahu tentang Allah Subhanahu Wata'ala dan yang paling mengagungkan-Nya dibanding selain mereka, lalu Alah Subhanahu Wata'ala tambahkan kemuliaan mereka dengan menjadikannya sebagai rasul yang diutus kepada manusia, sehingga mereka memperoleh kemuliaan risalah dan kemulian khusus dalam beribadah.

Kemudian setelah mereka adalah para siddiqin yang sempurna dalam beriman kepada Allah dan para utusan-Nya serta istiqamah diatasnya, kemudian para syuhada dan orang-orang yang shaleh. Sebagaimana firman-Nya :

وَمَن يُطِعِ اللهَ وَالرَّسُولَ فَأُوْلاَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَآءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُوْلاَئِكَ رَفِيقًا

"Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.(QS. An-Nisa :69)"


Hak AllahSubhanahu Wata'ala terhadap penduduk langit dan bumi adalah agar mereka menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun, dengan cara ditaati maka tidak didurhakai, diingat maka tidak dilupakan, disyukuri maka tidak dikufuri. Maka siapakah yang tidak muncul darinya sesuatu yang menyelisihi apa yang dia diciptakan dengannya, baik karena lemah, bodoh, atau karena berlebihan dan karena kekurangan (dalam menjalankan perintah atau meninggalkan larangan).

Oleh karena itu seandainya Allah Subhanahu Wata'ala mau menyiksa penduduk langit dan bumi, niscaya Dia menyiksanya dan Dia tidak berbuat zalim kepada mereka, dan jika Dia memberikan rahmat-Nya niscaya rahmat-Nya lebih baik daripada amal perbuatan mereka sendiri.

Dari Mu'azd bin Jabal r.a, ia berkata, "Saya membonceng Nabi SAW di atas keledai yang dinamakan 'afir, lalu 'Beliau SAW bersabda, 'Wahai Mu'adz, tahukah kamu apa hak Allah Subhanahu Wata'ala terhadap hamba dan apa hak hamba kepada Allah Subhanahu Wata'ala? Saya menjawab. 'Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.' Beliau bersabda,: 'Sesungguhnya hak Allah Subhanahu Wata'ala terhadap hamba adalah bahwa mereka menyembah Allah Subhanahu Wata'ala dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan hak hamba terhadap Allah Subhanahu Wata'ala adalah bahwa Dia tidak akan menyiksa orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun. Saya bertanya, 'Wahai Rasulullah, bolehlah saya memberitahukan kepada manusia?' Beliau menjawab, 'Jangan engkau beritakan kepada mereka, maka mereka menjadi enggan beramal (Muttafaqun 'alaih). Wallahu A'lam

Bersambung Ke Catatan Selanjutnya

Allah Yang Maha Esa

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
Allāh (الله) adalah kata dalam bahasa Arab yang merujuk pada nama Tuhan. Perkataan tuhan dalam bahasa Arab adalah Ilah sebagaiman dalam dua kalimah sahadah Islam. Kata Allah ini lebih banyak dikenal sebagai sebutan tuhan oleh penganut agama Islam. Kata ini sendiri di kalangan para penutur bahasa Arab, adalah kata yang umum untuk menyebut tuhan "Tuhan" dalam bahasa Arab adalah Ilah, terlepas dari agama mereka, termasuk penganut Yahudi dan Kristen Arab. Konsekuensinya, kata ini digunakan dalam terjemahan kitab suci agama Kristen dan Yahudi yang berbahasa Arab, sebagaimana pula terjemahan Alkitab dalam bahasa Indonesia dan Turki.

Kata "Allah" disebutkan lebih dari 2679 kali dalam Al-Qur'an. Sedangkan kata "Tuhan" dalam bahasa Arab adalah Ilah (إله) disebut ulang sebanyak 111 kali dalam bentuk mufrad, ilahaini dalam bentuk tatsniyah 2 kali dan aalihah dalam bentuk jama' disebut ulang sebanyak 34 kali.

Beberapa cendikiawan , ahli filsafat , baik dari dalam islam sendiri maupun dari luar islam mengemukakan dan atau mengeluarkan sebuah teori dan atau hasil penelitian dengan mencoba menganalisa etimologi dari kata "Allah". Salah satunya mengatakan bahwa kata Allāh (الله) berasal dari gabungan dari kata al- (sang) dan ʾilāh (tuhan) sehingga berarti "Sang Tuhan". Namun teori ini menyalahi bahasa dan kaidah bahasa Arab. Bentuk ma'rifat dari ilah adalah al-ilah, bukan Allah. Dengan demikian kata al-ilah dikenal dalam bahasa Arab. Penggunaan kata tersebut misalnya oleh Abul A'la al-Maududi dalam Mushthalahatul Arba'ah fil Qur'an dan Syaikh Abdul Qadir Syaibah Hamad dalam al-Adyan wal Furuq wal Dzahibul Mu'ashirah.

Kedua penulis tersebut bukannya menggunakan kata Allah, melainkan al-ilah sebagai bentuk ma'rifat dari ilah. Dalam bahasa Arab pun dikenal kaidah, setiap isim (kata benda atau kata sifat) nakiroh (umum) yang mempunyai bentuk mutsanna (dua) dan jamak, maka isim ma'rifat kata itupun mempunyai bentuk mutsanna dan jamak. Hal ini tidak berlaku untuk kata Allah, kata ini tidak mempunyai bentuk ma'rifat mutsanna dan jamak. Sedangkan kata ilah mempunyai bentuk ma'rifat baik mutsanna (yaitu al-ilahani atau al-ilahaini) maupun jamak (yaitu al-alihah). Dengan demikian kata al-ilah dan Allah adalah dua kata yang berlainan.

Teori lain mengatakan kata ini berasal dari kata bahasa Aram Alāhā. Cendekiawan muslim kadang-kadang menerjemahkan Allah menjadi "God" dalam bahasa Inggris. Namun demikian, sebagian yang lain mengatakan bahwa Allah tidak untuk diterjemahkan, dengan berargumen bahwa kata tersebut khusus dan agung sehingga mesti dijaga, tidak memiliki bentuk jamak dan gender (berbeda dengan God yang memiliki bentuk jamak Gods dan bentuk feminin Goddess dalam bahasa inggris). Isu ini menjadi penting dalam upaya penerjemahan Al-Qur'an.

Kata Allāh selalu ditulis tanpa alif untuk mengucapkan vowel ā. Ini disebabkan karena ejaan Arab masa lalu berawalan tanpa alif untuk mengeja ā. Akan tetapi, untuk diucapkan secara vokal, alif kecil (hamzah) selalu ditambahkan di atas tanda saddah untuk menegaskan prononsiasi tersebut. Dalam Islam, Allah adalah satu-satunya Tuhan (tanpa sekutu), Sang Pencipta, Hakim dari seluruh makhluk, Maha Kuasa, Maha Penyayang, Maha Pemurah dan Tuhan dari Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yakub, Musa, Dawud, Sulaiman, Isa dan Muhammad. " Al-Qur'an menyatakan 29:46, Muslim mempercayai dan menyetujui, bahwa Muhammad dan pengikutnya menyembah Tuhan yang sama dengan yang disembah Yahudi, dan Nasrani 

"Katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri" Al 'Ankabuut : 46

Allah yang menurunkan Al-Qur'an adalah Tuhan Sang Pencipta yang ada dalam kisah Ibrahim dan Al-Qur'an menggambarkan Allah lebih berkuasa dan jauh dibandingkan dengan Yahweh, dan juga merupakan Tuhan universal, tidak seperti Yahweh yang lebih dekat dengan bangsa Israel.

Berdasarkan keterangan : Allaahu ismun li dzaatil wajibul wujuud artinya : Allah adalah sebuah nama kepada yang pasti ada keberadaan (eksistensi) nya. Jadi jelaslah Allah itu adalah sebuah nama kepada sesuatu yang wajib untuk dilayani dengan sebenar-benarnya, karena berdasarkan keterangan : Allaahu ismun li dzaati ma'budi bi haqq artinya : Allaah itu adalah sebuah nama kepada sesuatu yang wajib dilayani (ma'budi) dengan sebenar-benarnya pelayanan (ibadah).

Dalam Islam disebutkan ada 99 nama untuk Allah (Asmaaul Husna), diambil dari nama-nama yang digunakan Al-Qur'an untuk merujuk kepada Allah. Di antara nama-nama tersebut adalah : Al Malikul Mulk (Raja diRaja, Maha Raja) Al Hayy (Maha Hidup) Al Muhyii (Maha Memberi Kehidupan).

Para Imam yang empat dalam mazhab Sunni dan Para Imamah yang tiga dalam Syiah telah sepakat bahwa Allah Subhanahu wa ta'alla berada di atas 'Arsy dan tidak ada satu pun dari makhluk yang serupa dengan-Nya.

"Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy" Al A'raaf : 54

Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu , Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan , dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia" Al Ikhlash : 1 - 4

Wallahu A'lam 

Hilangkan Kebencian Dan Permusuhan

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
" Hilangkan Kebencian Dan Permusuhan Dengan Kejujuran Dan Persatuan "

"Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka, Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia"

Menjelang pengujung tahun diterima umat Islam Indonesia, Jamaah Syiah Indonesia teraniaya di Sampang Madura. Pesantrennya hangus terbakar, jamaah dan pemimpinnya mengungsi ke tempat aman. Kekerasan yang bermula dari konflik pribadi kakak-adik (Tajul Muluk dan Roisul Hukama) berakhir dengan duka dan rasa malu yang harus ditanggung seluruh umat Islam.


Perseteruan aliran dalam Islam antara Sunni dan Syiah sudah berlangsung lama dalam sejarah Islam. Bermula dari permusuhan Ali ibn Abi Thalib dengan Muawiyah pada abad I Hijriah, lahirlah dua aliran yang sejatinya mengaku sama-sama muslim tetapi menempuh cara berbeda dalam beberapa hal.

Hubungan mereka tidak selalu berdarah-darah. Bahkan dalam beberapa kasus, relasi Sunni-Syiah sangat mesra. Memang Syiah di Iran dengan Sunni di Arab Saudi (dan di beberapa wilayah Timur Tengah) mencolok permusuhannya. Dalam konteks Indonesia, Sunni-Syiah berjalan akur dan tidak terlibat konflik serius. Bahkan dalam banyak hal, dua komunitas itu (khususnya Sunni-nahdliyin) memiliki kesamaan dalam kultur keagamaan, seperti shalawatan, dibaan dan sebagainya.

Sejauh dapat diteliti, Syiah di Indonesia (baik Lembaga Komunikasi Ahlul Bait / LKAB maupun IJABI) menampakkan wajah moderat dan tidak tidak ofensif dalam berdakwah. Tetapi tidak menutup kemungkinan, terdapat beberapa yang menjurus radikal. Kejadian di Sampang mestinya tidak terjadi, bila masing-masing pihak sadar bahwa kebaikan tidak boleh diperjuangkan dengan kekerasan, sekali pun atas nama membela akidah , karena pada dasarnya kekerasan islam / perang yang terjadi didalam sejarah umat islam adalah dikarenakan membela diri. 

Pada saat menurunkan agama Islam, Allah telah mengingatkan Rasul-Nya, yang bertugas menyebarkan agama ini kepada umat sejagad dengan pesan pendek yang sungguh indah bila dapat terwujud, wa ma arsalnaka illa rahmatan lil ’alamin. ’’Aku (Allah) tidak mengutusmu kecuali untuk menebar kasih sayang kepada seluruh alam.’’ Di samping misi menyempurnakan akhlak manusia.

Pesan Keagungan Akhlak ini telah dibaca ribuan kali oleh umat Islam, para kiai, ustad, bahkan dengan tangis dan linangan air mata. Tetapi sadarkah bahwa ayat dan hadis itu juga telah dilecehkan oleh umatnya sendiri. Sekelompok umat Islam setiap hari berdakwah dan isinya caci maki dan sumpah kepada sesama umat Islam. Kata kafir, bid’ah, thagut, ahli neraka dan sejenisnya. Islam mengajarkan umatnya untuk mengajak kepada kebaikan dengan cara yang baik, bukan paksaan apalagi kekerasan. Kepalan tangan dan teriakan ala demonstran, bukan cara yang baik.

Akidah Islam wajib dipertahankan tapi dengan akhlak terpuji. Rasakan bedanya antara berjuang dengan akhlak dan berjuang asal berjuang. Kalau mau jujur, tantangan yang dihadapi para dai saat ini belum seberapa dibandingkan dengan cobaan yang dihadapi Nabi Muhammad shallallahu Alaihi Wasallam. jangankan dengan saudara seiman seperti syiah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam ketika mengajak orang yang jelas-jelas kafir, jahat, dan suka menyakiti, tetap dengan cara santun dan lemah lembut.

Nabi Muhammad memiliki ghirah agar seluruh umatnya selamat. Semua orang diajakke jalan yang lurus. Ia tidak suka kepada sahabat yang suka membentak ketika berdakwah. Abu Sufyan, musuh besar Nabi Muhammad luluh hatinya dan akhirnya memeluk Islam karena keagungan akhlak Rasulullah.

Semangat juang dan sifat dasar dakwah Nabi Muhammad yang lembut dan penuh kasih sayang kepada siapa pun adalah perilaku berdakwah yang patut diteladani. Islam tak pernah mengajarkan umatnya untuk menggunakan paksaan atau kekerasaan dalam berdakwah. Nabi Muhammad SAW adalah teladan paripurna bagi para dai yang hidup sekarang ini.

Mungkinkah Aliran-Aliran Islam Bersatu ?

Barangkali pembaca sekalian akan merasakan apa yang penulis rasakan, yaitu sedih melihat kaum muslimin sekarang ini terpecah-belah dalam berbagai kelompok dan golongan. Ada yang menempuh jalur politik, yang dari situ, terpecahlah menjadi berbagai partai belabel Islam dengan ciri khasnya masing-masing. Di sisi lain, ada yang menempuh jalur pemikiran liberal. Ada yang menempuh jalur kulturalisasi dengan tradisi leluhur secara mentah-mentah. Ada yang menempuh jalur penegakan khilafah Islamiyyah. Ada pula yang melalui jalur terorisme dan pengebomam, sebagaimana yang baru marak akhir-akhir ini. Barangkali, di antara pembaca ada yang bertanya, “Mana di antara kelompok-kelompok Islam itu yang benar? Mengapa mereka berjalan dengan cara-caranya sendiri. Mengapa langkah mereka tidak sama, padahal mereka sama-sama Islam? Mengapa sesama Islam tidak bersatu? Mungkinkah umat Islam akan bersatu?

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ

 قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ 

لَكُمْ آَيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

“Berpeganglah kalian semua pada tali (agama) Allah dan janganlah kalian berpecah belah. Ingatlah nikmat yang Allah curahkan kepada kalian ketika kalian dulu bermusuhan, lalu Allah lembutkan hati-hati kalian. Kemudian, dengan nikmatNya kalian menjadi bersaudara. (Ingatlah pula) dulu kalian di tepi jurang neraka, lalu Allah selamatkan kalian. Demikianlah, Allah jelaskan ayat-ayatNya kepada kalian, mudah-mudahan kalian mendapat petunjuk.” (Q.S. Ali Imron: 103)

Jika kita membaca ayat yang mulia di atas, niscaya kita akan mengetahui bahwa persatuan adalah hal yang diperintahkan Allah ta’ala. Sebaliknya, permusuhan dan perselisihan adalah hal yang Allah larang. Ini karena permusuhan dan perselisihan adalah penyebab utama kekalahan dan kehancuran kaum muslimin. Kemudian, ketahuilah bahwa permusuhan yang paling besar bahayanya adalah permusuhan dalam masalah agama. Perhatikanlah, Allah menyertakan kedua sebab akibat (perselisihan-kehancuran) dalam satu ayat karena pada umumnya persilangan pendapat itu muncul karena kelalaian dalam menaati Allah dan rasulNya. Allah ta’ala berfirman

وأطيعوا الله ورسوله ولا تنازعوا فتفشلوا وتذهب ريحكم

Taatilah Allah dan Rasul-Nya. Janganlah kamu berbantah-bantahan yang menyebabkan kamu gentar dan hilang kekuatanmu” (Q.S. Al-Anfal: 46)

Dalam ayat di atas, secara gamblang Allah jelaskan bahwa saling berbantah-bantahan adalah sumber timbulnya kegentaran kaum muslimin dan hilangnya kekuatan mereka, yang hal ini tentunya merupakan sebab kelemahan kaum muslimin. Bagaimana mungkin negeri kaum muslimin akan dipandang hebat oleh negara-negara kafir jika kekuatan kaum muslimin hilang ? Maka, jalan untuk mengembalikan kekuatan kaum muslimin adalah dengan meninggalkan sikap saling bermusuhan, menjauhi bantah-bantahan, dan berusaha untuk bersatu.

Maka, betapa sedih hati ini di kala kita berusaha menyeru kepada persatuan, dengan mendakwahkan dan menyebarkan sunnah, serta memberi peringatan kepada umat segala bahaya baik yang dekat maupun yang agak jauh, di saat itu pula muncul kata-kata, Jangan memecah belah barisan kaum muslimin dari dalam…! Jangan melempar debu dari luar…! Jangan membangkitkan perselisihan di antara kaum muslimin…! Kita menjalin kerja sama dalam masalah-masalah yang kita sepakati dan saling toleran terhadap masalah-masalah yang masih kita perselisihkan. 

Kenapa juga harus berselisih.....?!

Jalani saja apa yang saudara dapatkan, perbedaan apapun yang ada kesemuanya adalah ujian , maka ..... berlomba-lombalah berbuat kebajikan. kelak Allah Subhanahu Wata'ala yang akan menjelaskan tentang semua yang kita perselisihkan (Al Ayat)

Bersambung ..... Insya allah ......

Tidak Semua Bisa Teori

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
Secara umum, teori adalah sebuah sistem konsep abstrak yang mengindikasikan adanya hubungan diantara konsep-konsep tertentu yang membantu kita memahami sebuah fenomena. Sehingga bisa dikatakan bahwa suatu teori adalah suatu kerangka kerja konseptual untuk mengatur pengetahuan dan menyediakan suatu cetak biru untuk melakukan beberapa tindakan selanjutnya.

Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah. Labovitz dan Hagedorn mendefinisikan teori sebagai ide pemikiran “pemikiran teoritis” yang mereka definisikan sebagai “Yang Ditentukan / Ketentuan” bagaimana dan mengapa variable-variabel dan pernyataan hubungan dapat saling berhubungan

Teori adalah sarana pokok untuk menyatakan hubungan sistematik dalam gejala social maupun natural yang dijadikan pencermatan dan merupakan abstarksi dari pengertian atau hubungan dari proposisi atau dalil sebagai sebuah set dari proposisi yang mengandung suatu pandangan sistematis dari fenomena yang sudah didefinisikan secara luas sesuai dengan hubungan unsur-unsur dalam proporsi tersebut secara jelas yang  menghubungankan antar variable, sehingga didapatkan pandangan yang sistematik dari fenomena yang diterangkan variabel-variabel tersebut dengan jelas.

Kata teori memiliki arti yang berbeda-beda pada bidang-bidang pengetahuan yang berbeda pula tergantung pada metodologi dan konteks diskusi. Secara umum, teori merupakan analisis hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain pada sekumpulan fakta-fakta . Selain itu, berbeda dengan teorema, pernyataan teori umumnya hanya diterima secara "sementara" dan bukan merupakan pernyataan akhir yang konklusif. Hal ini mengindikasikan bahwa teori berasal dari penarikan kesimpulan yang memiliki potensi kesalahan, berbeda dengan penarikan kesimpulan pada pembuktian matematika.

Sedangkan secara lebih spesifik di dalam ilmu sosial, terdapat pula teori sosial. Neuman mendefiniskan teori sosial adalah sebagai sebuah sistem dari keterkaitan abstraksi atau ide-ide yang meringkas dan mengorganisasikan pengetahuan tentang dunia sosial atau yang biasa disebut dengan idiologi

Sudah tidak asing dan bukan rahasia lagi jika kebanyakan orang berpendapat dan atau berpandangan bahwa Teori semua orang bisa yang mana kebanyakan mereka kemudian akan meremehkan teori dan atau menyepelekannya, hingga kemudian mereka akan banyak menyangkal dan atau berpikir serta berucap dan kemudian melaksanakan apa yang telah mereka anggap benar tersebut, biasanya mereka akan lebih banyak mengesampingkan standart dari apa yang seharusnya mereka ketahui terlebih dahulu. 

"Ah Teori.....!!" itulah kata yang sering mereka ungkapkan, padahal sejatinya didalam lubuk hati yang paling dalam mereka secara tidak langsung telah mengakui kelemahan mereka sendiri serta mengakui ketidaktahuan dan atau ketidakmampuan mereka dalam berteori dan berpedoman pada standart yang ada, yang kemudian akan membawa mereka kedalam suatu teori buta atau perbuatan tanpa dasar. Nah... inilah yang kita sebut kemudian dengan teori buta.

Setiap orang , setiap individu dan atau setiap kelompok dalam setiap kegiatan kehidupan pasti akan mengikuti dan atau menjalani serta atau membaca serta menemukan teori baik sadar atau tanpa sadar. dalam hidup kita selalu dan akan selalu memerlukan teori , membaca teori , menjalankan / mempraktekkan teori , karena hidup dan kehidupan adalah tentang menemukan teori dan atau menjalankan teori (ilmu pengetahuan). 

Setiap orang akan selalu belajar dan kemudian mendapatkan pengalaman < ini adalah apa yang kita sebut teori, hanya saja kemudian "Beberapa orang yang kemudian membaca apa yang telah orang lain dapatkan dan kemudian bukukan , menyebut catatan pengalaman dan atau perjalanan yang dibukukan dengan teori. padahal sejatinya teori adalah sebuah proses dari belajar tentang suatu permasalahan , tantangan , halangan , kesulitan maupun kemudahan serta kebahagiaan kedalam pengalaman yang tertulis atau tidak tertulis"

Suatu jalan keluar yang tentunya akan berbeda pada tiap - tiap orang "atas segala sesuatu baik mudah ataupun sulit baik senang maupun susah , baik sedih maupun bahagia" adalah apa yang disebut dengan teori. dan teori ini tidaklah sama jika digunakan pada individu yang berbeda , tempat yang berbeda , situasi serta kondisi yang berbeda, karena itulah kemudian ketika suatu teori digunakan akan menghasilkan sesuatu yang berbeda pula, dimana ada kalanya berhasil dan ada kalanya tidak berhasil atau dengan kata lain ada kalanya benar ada kalanya salah, yang pada hakekatnya adalah benar ....! 

Yang menjadikan suatu teori tidak berhasil dan atau salah adalah lebih kepada penempatan kondisi , lokasi dan atau keadaan , dimana setiap masa / waktu , setiap kondisi , setiap keadaan , setiap lingkungan akan membutuhkan dan atau memerlukan teori yang berbeda.

"Dan tidak semuanya bisa berteori dan apalagi menjalankan teori, apa yang kebanyakan orang bisa adalah meniru sebuah teori, dan hasilnya pun tidak sama persis seperti apa yang dikatakan , ditulis , ditemukan (atau dengan kata lain : tidak bisa menjalankan teori)"

Hanya sebagian kecil mereka yang beruntung saja yang bisa menemukan dan atau menjalankan teori, serta meniru sebuah teori,

Demikian halnya dengan Al Quran dan segala macam permasalahan yang ada , dimana didalamnya dijelaskan berbagai kondisi , keadaan dan atau lokasi yang berbeda dengan berbagai macam solusi / pemecahan masalah / jalan keluar yang berbeda, serta setiap masa ada kitabnya , maka biarkanlah masing - masing berbuat sesuai dengan keadaannya, karena Tuhan Mu lebih mengetahui siapa yang benar dijalan-Nya. Tentunya ..........! sesuai dengan aturan - aturan yang telah ditetapkan-Nya. (Al Ayat)

Karena sesungguhnya Al Qur-an adalah benar-benar Firman Allah Yang membedakan antara yang Haq dan Bathil. (Al Ayat)

Al Israa' , Al A'raaf, Ar Ra'd , dan surah yang lain.

Wallahu A'lam

Kesempurnaan Ubudiyah

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
Setiap hamba berbolak-balik di antara tiga perkara: (Pertama) nikmat-nikmat Allah SWT yang datang silih berganti kepadanya, maka kewajibannya adalah memuji dan bersyukur. (Kedua) Dosa  yang dikerjakannya, maka kewajibannya adalah meminta ampun darinya. Dan (ketiga) bala bencana yang ditimpakan Allah SWT kepadanya, maka kewajibannya adalah sabar. Barangsiapa yang melaksanakan tiga kewajiban ini, niscaya ia beruntung di dunia dan di akhirat.

Allah SWT menguji hamba-Nya untuk menguji kesabaran dan ubudiyah mereka, bukan untuk membinasakan dan menyiksa mereka. Maka, hak Allah SWT terhadap hamba-Nya adalah ubudiyah / penyembahan  di waktu susah, sebagaimana kepada-Nya ubudiyah di kala senang. Kepada-Nya ubudiyah pada sesuatu yang dibenci, sebagaimana untuk-Nya ubudiyah pada sesuatu yang disukai. Mayoritas manusia memberikan ubudiyah/penyembahan pada sesuatu yang mereka sukai, dan perkaranya adalah memberikan ubudiyah pada yang dibenci. Mereka saling berbeda dalam hal itu. Berwudhu dengan air dingin pada saat panas yang luar biasa dan menikahi istrinya yang cantik adalah ubudiyah/ibadah. Dan berwudhu dengan air dingin pada saat dingin yang menusuk tulang adalah ibadah. Meninggalkan maksiat yang disenangi nafsu tanpa ada rasa takut kepada manusia adalah ibadah, dan sabar terhadap rasa lapar dan sakit adalah ibadah, akan tetapi terdapat perbedaan di antara dua ibadah.

Maka, barangsiapa yang selalu beribadah kepada Allah SWT di saat senang dan susah, dalam kondisi yang dibenci dan disukai, maka dia termasuk hamba Allah SWT yang tidak ada rasa takut atas mereka dan mereka tidak berduka cita. Musuhnya tidak bisa menguasainya, maka Allah SWT menjaganya. Akan tetapi kadang syetan memperdayanya. Seseorang hamba diberi cobaan dengan lupa, syahwat, dan marah. Dan masuknya syetan  terhadap hamba berawal dari tiga pintu ini. Allah SWT menguasakan (memberikan otoritas) nafsu, keinginan dan syetannya kepada setiap hamba dan mengujinya, apakah dia mentaatinya atau mentaati Rabb-nya.

Allah SWT memiliki perintah-perintah kepada manusia dan nafsu juga memiliki perintah-perintah. Allah SWT menghendaki kesempurnaan iman dan amal shaleh dari manusia, dan nafsu menghendaki kesempurnaan harta dan syahwat. Allah SWT menghendaki amal perbuatan untuk akhirat dari kita dan nafsu menghendaki perbuatan untuk dunia. Iman adalah jalan keselamatan dan lampu lentera yang dengannya dia melihat kebenaran dari yang lainnya dan inilah tempat cobaan.

أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا ءَامَنَّا وَهُمْ لاَيُفْتَنُونَ {2} وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ {3}

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:"Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?  Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS. Al-'Ankabuut:2-3)

وَمَآأُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلاَّ مَارَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَّحِيمٌ {53}

Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Rabbku. Sesungguhnya Rabbku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Yusuf:53)

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلا عَلَى الْخَاشِعِينَ (٤٥

الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلاقُو رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (٤٦

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', yaitu orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.(Qs Al Baqarah : 45 - 46)


Wallahu A'lam

Menjauhi Dosa Besar

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
"Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia" An Nisaa' : 31

Orang-orang yang beriman yang mengetahui fakta ini berbuat dengan sangat hati-hati dengan memperhatikan batas-batas yang ditetapkan Allah, dan mereka menghindari hal-hal yang dilarang. Jika mereka melakukan kesalahan karena kealpaannya, mereka segera berpaling kepada Allah, bertobat, dan memohon ampunan.

Allah memberitahukan kita dalam al-Qur'an tentang hamba-hamba-Nya yang tobatnya akan diterima. Dalam hal ini, jika kita mengetahui perintah Allah, namun dengan sengaja kita melakukan dosa dan berkata, "Tidak apa-apa, apa pun yang terjadi saya akan diampuni." Perkataan ini benar-benar menunjukkan cara berpikir yang salah, karena Allah mengampuni perbuatan dosa hamba-hamba-Nya yang dilakukan karena kealpaan dan ia segera bertobat dan tidak berniat mengulanginya lagi :

"Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah tobat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran ketidaktahuan, yang kemudian mereka bertobat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima tobatnya oleh Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan tidaklah tobat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, ia mengatakan, 'Sesungguhnya saya bertobat sekarang.' Dan tidak pula orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih." (Q.s. an-Nisa': 17-18).

Sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas, menjauhi perbuatan dosa dengan sungguh-sungguh sangatlah penting jika seseorang ingin perbuatan-perbuatan buruknya dihapuskan, dan jika tidak menginginkan penyesalan pada hari pengadilan kelak. Dalam pada itu, seorang beriman yang melakukan suatu dosa, hendaknya secepatnya memohon ampun kepada Allah.

Memang sejak penciptaan manusia pertama ( Adam a.s.) seakan - akan manusia memang cenderung bertabiat untuk berbuat dosa melanggar larangan Allah Subhanahu Wata'ala. karena bisikan iblis,  kecuali para Rasul yang maksum (terjaga dari dosa). Meskipun manusia cenderung berbuat dosa, Islam tidak mengenal dosa turunan. Karena setiap anak Adam lahir dalam keadaan fitrah dan suci. Dan Islam mengajarkan agar manusia selalu bertakwa dengan melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan laranganNya. Tetapi kemudian manusia masih juga berbuat dosa karena kelemahannya, maka Allah Subhanahu Wata'ala memberikan jalan-jalan penghapus dosa, dari mulai istighfar sampai kepada taubat nasuha.

Rasulullah saw. Bersabda, “Setiap anak Adam pasti berbuat dosa, dan sebaik-baik pembuat dosa adalah mereka yang bertaubat.” (HR. Tirmidzi,Hasan)

Bedanya Iblis dari Adam adalah Iblis melanggar perintah Allah Subhanahu Wata'ala dan tidak bertaubat, sedangkan Adam melanggar larangan Allah Subhanahu Wata'ala tapi menyadari dan bertaubat. Demikian nilai dosa itu. Kalau disadari akan menghantarkan manusia kepada ketaatan. Karena pendosa itu jiwanya selalu gelisah dan kegelisahan itu yang menghantarkan dia kembali kepada Allah swt. dengan bertaubat.

Suatu bangsa yang berlumuran dosa bisa menjerumuskannya ke jurang malapetaka sebagaimana terjadi dengan malapetaka yang menimpa bangsa-bangsa terdahulu. Apabila bangsa kita ingin terhindar dari malapetaka, maka segala bentuk dosa harus diupayakan untuk dijauhkan dari kehidupan masyarakat kita.

Dan mudah mudahan Allah Subhanahu Wata'ala segera mengirimkan bantuan dan pertolongan kepada orang - orang yang beriman agar menumpas habis segala bentuk perbuatan dosa dan mengantarkan kita kembali kepada Islam yang di Ridhai Nya.

"Ya Allah Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Allah Rabb kami,, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Allah Rabb kami,, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." 

Aamiin 

Pahala Kejujuran Dan Akibat Dusta

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
Jujur adalah sebuah ungkapan yang acap kali kita dengar dan menjadi pembicaraan. Akan tetapi bisa jadi pembicaraan tersebut hanya mencakup sisi luarnya saja dan belum menyentuh pembahasan inti dari makna jujur itu sendiri. Apalagi perkara kejujuran merupakan perkara yang berkaitan dengan banyak masalah, khususnya bagi mereka yang sedang bermasalah.

Jujur merupakan sifat yang terpuji. Allah menyanjung orang-orang yang mempunyai sifat jujur dan menjanjikan balasan yang berlimpah untuk mereka. Termasuk dalam jujur adalah jujur kepada Allah, jujur dengan sesama dan jujur kepada diri sendiri. Sebagaimana yang terdapat dalam hadits yang shahih bahwa Nabi bersabda,

“Senantiasalah kalian jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebajikan, dan kebajikan membawa kepada surga. Seseorang yang senantiasa jujur dan berusaha untuk selalu jujur, akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang yang selalu jujur. Dan jauhilah kedustaan karena kedustaan itu membawa kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan membawa ke neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta dan selalu berdusta, hingga akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang pendusta”


Definisi Jujur

Jujur bermakna keselarasan antara berita dengan kenyataan yang ada. Jadi, kalau suatu berita sesuai dengan keadaan yang ada, maka dikatakan benar / jujur, tetapi kalau tidak, maka dikatakan dusta. Kejujuran itu ada pada ucapan, juga ada pada perbuatan, sebagaimana seorang yang melakukan suatu perbuatan, tentu sesuai dengan yang ada pada batinnya. Seorang yang berbuat riya’ tidaklah dikatakan sebagai seorang yang jujur karena dia telah menampakkan sesuatu yang berbeda dengan apa yang dia sembunyikan (di dalam batinnya). Demikian juga seorang munafik tidaklah dikatakan sebagai seorang yang jujur karena dia menampakkan dirinya sebagai seorang yang bertauhid, padahal sebaliknya. Hal yang sama berlaku juga pada pelaku bid’ah; secara lahiriah tampak sebagai seorang pengikut Nabi, tetapi hakikatnya dia menyelisihi beliau. Yang jelas, kejujuran merupakan sifat seorang yang beriman, sedangkan lawannya, dusta, merupakan sifat orang yang munafik (pengikut dajjal)

Imam Ibnul Qayyim berkata, Iman asasnya adalah kejujuran (kebenaran) dan nifaq asasnya adalah kedustaan. Maka, tidak akan pernah bertemu antara kedustaan dan keimanan melainkan akan saling bertentangan satu sama lain. Allah mengabarkan bahwa tidak ada yang bermanfaat bagi seorang hamba dan yang mampu menyelamatkannya dari azab, kecuali kejujurannya (kebenarannya).

Allah berfirman, “Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka.Bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadapNya. Itulah keberuntungan yang paling besar.” (QS. al-Maidah: 119)

Keutamaan Jujur

Nabi menganjurkan umatnya untuk selalu jujur karena kejujuran merupakan mukadimah akhlak mulia yang akan mengarahkan pemiliknya kepada akhlak tersebut, sebagaimana dijelaskan oleh Nabi, “Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebajikan.”

Kebajikan adalah segala sesuatu yang meliputi makna kebaikan, ketaatan kepada Allah, dan berbuat bajik kepada sesama. Sifat jujur merupakan alamat keislaman, timbangan keimanan, dasar agama, dan juga tanda kesempurnaan bagi si pemilik sifat tersebut. Baginya kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat. Dengan kejujurannya, seorang hamba akan mencapai derajat orang-orang yang mulia dan selamat dari segala keburukan.

Kejujuran senantiasa mendatangkan berkah, sebagaimana disitir dalam hadist yang diriwayatkan dari Hakim bin Hizam dari Nabi, beliau bersabda, “Penjual dan pembeli diberi kesempatan berfikir selagi mereka belum berpisah. Seandainya mereka jujur serta membuat penjelasan mengenai barang yang diperjualbelikan, mereka akan mendapat berkah dalam jual beli mereka. Sebaliknya, jika mereka menipu dan merahasiakan mengenai apa-apa yang harus diterangkan tentang barang yang diperjualbelikan, maka akan terhapus keberkahannya.”

Dalam kehidupan sehari-hari ( dan ini merupakan bukti yang nyata ) kita dapati seorang yang jujur dalam bermuamalah dengan orang lain, rezekinya lancar-lancar saja, orang lain berlomba-lomba datang untuk bermuamalah dengannya, karena merasa tenang bersamanya dan ikut mendapatkan kemulian dan nama yang baik. dengan begitu sempurnalah baginya kebahagian dunia dan akherat.

Tidaklah kita dapati seorang yang jujur, melainkan orang lain senang dengannya, memujinya. Baik teman maupun lawan merasa tentram dengannya. Berbeda dengan pendusta. Temannya sendiripun tidak merasa aman, apalagi musuh atau lawannya. Alangkah indahnya ucapan seorang yang jujur, dan alangkah buruknya perkataan seorang pendusta.

Orang yang jujur diberi amanah baik berupa harta, hak-hak dan juga rahasia-rahasia. Kalau kemudian melakukan kesalahan atau kekeliruan, kejujurannya ( dengan izin Allah ) akan dapat menyelamatkannya. Sementara pendusta, sebiji sawipun tidak akan dipercaya. Jikapun terkadang diharapkan kejujurannya itupun tidak mendatangkan ketenangan dan kepercayaan.

Barang siapa jujur dalam berbicara, menjawab, memerintah (kepada yang ma’ruf), melarang (dari yang mungkar), membaca, berdzikir, memberi, mengambil, maka ia disisi Allah dan sekalian manusia dikatakan sebagai orang yang jujur, dicintai, dihormati dan dipercaya. Kesaksiaannya merupakan kebenaran, hukumnya adil, muamalahnya mendatangkan manfaat, majlisnya memberikan barakah karena jauh dari riya’ mencari nama. Tidak berharap dengan perbuatannya melainkan kepada Allah, baik dalam shalatnya, zakatnya, puasanya, hajinya, diamnya, dan pembicaraannya semuanya hanya untuk Allah semata, tidak menghendaki dengan kebaikannya tipu daya ataupun khiyanat.

Tidak menuntut balasan ataupun rasa terima kasih kecuali kepada Allah. Menyampaikan kebenaran walaupun pahit dan tidak mempedulikan celaan para pencela dalam kejujurannya. Dan tidaklah seseorang bergaul dengannya melainkan merasa aman dan percaya pada dirinya, terhadap hartanya dan keluarganya. Maka dia adalah penjaga amanah bagi orang yang masih hidup, pemegang wasiat bagi orang yang sudah meninggal dan sebagai pemelihara harta simpanan yang akan ditunaikan kepada orang yang berhak.

Seorang yang beriman dan jujur, tidak berdusta dan tidak mengucapkan kecuali kebaikan. Berapa banyak ayat dan hadist yang menganjurkan untuk jujur dan benar, sebagaimana firman-firman Allah yang berikut, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (QS. at-Taubah: 119)

Nabi bersabda, “Tinggalkan apa yang meragukanmu kepada yang tidak meragukanmu, sesungguhnya kejujuran mendatangkan ketenangan dan kebohongan mendatangkan keraguan.”

Macam-Macam Kejujuran

Jujur dalam niat dan kehendak. Ini kembali kepada keikhlasan. Kalau suatu amal tercampuri dengan kepentingan dunia, maka akan merusakkan kejujuran niat, dan pelakunya bisa dikatakan sebagai pendusta, sebagaimana kisah tiga orang yang dihadapkan kepada Allah, yaitu seorang mujahid, seorang qari’, dan seorang dermawan. Allah menilai ketiganya telah berdusta, bukan pada perbuatan mereka tetapi pada niat dan maksud mereka.

Jujur dalam ucapan. Wajib bagi seorang hamba menjaga lisannya, tidak berkata kecuali dengan benar dan jujur. Benar / jujur dalam ucapan merupakan jenis kejujuran yang paling tampak dan terang di antara macam-macam kejujuran. Jujur dalam tekad dan memenuhi janji. Contohnya seperti ucapan seseorang, “Jikalau Allah memberikan kepadaku harta, aku akan membelanjakan semuanya di jalan Allah.” Maka yang seperti ini adalah tekad. Terkadang benar, tetapi adakalanya juga ragu-ragu atau dusta. Hal ini sebagaimana firman Allah :

“Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah, ‘Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh.’ Maka, setelah Allah memberikan kepada mereka sebagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi kebenaran.” (QS. at-Taubah: 75-76)

Jujur dalam perbuatan, yaitu seimbang antara lahiriah dan batin, hingga tidaklah berbeda antara amal lahir dengan amal batin. Jujur dalam kedudukan agama adalah kedudukan yang paling tinggi, sebagaimana jujur dalam rasa takut dan pengharapan, dalam rasa cinta dan tawakkal. Perkara-perkara ini mempunyai landasan yang kuat, dan akan tampak kalau dipahami hakikat dan tujuannya. Kalau seseorang menjadi sempurna dengan kejujurannya maka akan dikatakan orang ini adalah benar dan jujur, sebagaimana firman Allah,

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. al-Hujurat: 15)

Realisasi perkara-perkara ini membutuhkan kerja keras. Tidak mungkin seseorang manggapai kedudukan ini hingga dia memahami hakikatnya secara sempurna. Setiap kedudukan (kondisi) mempunyai keadaannya sendiri-sendiri. Ada kalanya lemah, ada kalanya pula menjadi kuat. Pada waktu kuat, maka dikatakan sebagai seorang yang jujur. Dan jujur pada setiap kedudukan (kondisi) sangatlah berat. Terkadang pada kondisi tertentu dia jujur, tetapi di tempat lainnya sebaliknya. Salah satu tanda kejujuran adalah menyembunyikan ketaatan dan kesusahan, dan tidak senang orang lain mengetahuinya.

Orang yang selalu berbuat kebenaran dan kejujuran, niscaya ucapan, perbuatan, dan keadaannya selalu menunjukkan hal tersebut. Allah telah memerintahkan Nabi untuk memohon kepada-Nya agar menjadikan setiap langkahnya berada di atas kebenaran sebagaimana firman Allah,

“Dan katakanlah ‘Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi-Mu kekuasaan yang menolong.” (QS. al-Isra’: 80)

Hakikat kejujuran dalam hal ini adalah hak yang telah tertetapkan, dan terhubung kepada Allah. Ia akan sampai kepada-Nya, sehingga balasannya akan didapatkan di dunia dan akhirat. Allah telah menjelaskan tentang orang-orang yang berbuat kebajikan, dan memuji mereka atas apa yang telah diperbuat, baik berupa keimanan, sedekah ataupun kesabaran. Bahwa mereka itu adalah orang-orang jujur dan benar. Allah berfirman,

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintai kepada karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila dia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-Baqarah: 177)

Di sini dijelaskan dengan terang bahwa kebenaran itu tampak dalam amal lahiriah dan ini merupakan kedudukan dalam Islam dan Iman. Kejujuran serta keikhlasan keduanya merupakan realisasi dari keislaman dan keamanan. Orang yang menampakkan keislaman pada dhahir (penampilannya) terbagi menjadi dua: mukmin (orang yang beriman) dan munafik (orang munafik). Yang membedakan diantara keduanya adalah kejujuran dan kebenaran atas keyakinannya.

Lawan dari jujur adalah dusta. Dan dusta termasuk dosa besar, Dusta merupakan tanda dari kemunafikan sebagaimana yang disebutkan dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda,

“Tanda-tanda orang munafik ada tiga perkara, yaitu apabila berbicara dia dusta, apabila berjanji dia mungkiri dan apabila diberi amanah dia mengkhianati.” (HR. Bukhari)

Kedustaan akan mengantarkan kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan akan menjerumuskan ke dalam neraka. Bahaya kedustaan sangatlah besar, dan siksa yang diakibatkannya amatlah dahsyat, maka wajib bagi kita untuk selalu jujur dalam ucapan, perbuatan, dan muamalah kita. Dengan demikian jika kita senantiasa menjauhi kedustaan, niscaya kita akan mendapatkan pahala sebagai orang-orang yang jujur dan selamat dari siksa para pendusta.

“Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah dan mendustakan kebenaran ketika datang kepadanya..? Bukankah di neraka Jahannam tersedia tempat tinggal bagi orang-orang yang kafir ? Dan orang yang membawa kebenaran dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa. Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi Tuhan mereka. Demikianlah balasan orang-orang yang berbuat baik, agar Allah akan menutupi (mengampuni) bagi mereka perbuatan yang paling buruk yang mereka kerjakan dan membalas mereka dengan upah yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. az-Zumar: 32-35)

Waallahu A’lam.

Blogger news

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

About