Belajar Hidup Bahagia Dengan Ibadah

Posted by "membaca Al Quran 1 komentar
Dalam kajian para ahli filsafat manusia menjadi salah satu obyek kajian tersendiri, yang diantaranya membahas tentang tujuan hidup manusia. adalah sebuah nama Aristoteles, seorang filusuf dari Yunani yang sudah tak asing lagi kita dengar dan kita ketahui sedikit atau banyak. 

Konsep tujuan hidup manusia menurut Aristoteles dalam karyanya Ethika Nicomachea. “Tujuan hidup manusia adalah kebahagiaan. Orang yang sudah bahagia tidak memerlukan apa-apa lagi pada satu sisi, dan pada sisi lain tidak masuk akal jika ia masih ingin mencari sesuatu yang lain. Hidup manusia akan semakin bermutu manakala semakin dapat mencapai apa yang menjadi tujuan hidupnya. Dengan mencapai tujuan hidup, manusia akan mencapai dirinya secara penuh, sehingga mencapai mutu yang terbuka bagi dirinya”.

Secara sederhana pernyataan filsuf legendaris tersebut sejalan dengan fitrah manusia. Dimana manusia lebih cenderung mencari kebahagiaan dan cenderung menghindari kesedihan atau kesusahaan. Jika memang mencari kebahagiaan adalah fitrah dan tujuan hidup manusia. Lantas pertanyaannya kebahagiaan seperti apa? Kemudian apakah semata-mata hanya mencari kebahagiaan?

Banyak orang menafsirkan dan memaknai kebahagiaan disini. Salah satu yang sering dianggap dapat mewujudkan kebahagiaan secara mutlak adalah jika mendapatkan kekuasaan, harta, dan wanita. Karena itu tak jarang kita melihat sekian banyak orang berlomba-lomba mendapatkan ketiga hal  tersebut yang pada akhirnya akan terjebak dalam gaya hidup hedonis bahkan menjadi hamba dunia.

Islam mempunyai konsep yang lebih sempurna dan jelas tentang tujuan hidup manusia ini. Allah swt berfirman dalam Al Quran “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (Adz Dzariaat : 56).

Ini adalah hal yang paling mendasar dalam konsep Islam tentang tujuan hidup manusia. Tidak lain manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah swt. Sebagai Sang Pencipta maka Allah mempunyai hak yang absolut terhadap hambanya.

Menurut Ibnu Abas dalam tafsir Ibnu Katsir, kalimat “Liya’buduun” dalam ayat tersebut bermakna “ menghinakan diri kepada Allah dan mengagungkan-Nya”. Dengan begitu ibadah disini mempunyai cakupan arti yang luas. Tidak hanya sebatas ibadah yang kita kenal. Yaitu, shalat, zakat, shaum, dan haji. Secara sederhana dapat kita pahami, segala sesuatu yang diniatkan lillahi ta’la dan tidak melanggar syariat maka ia bernilai ibadah, insya Allah.

Yang perlu kita ketahui kemudian di sini adalah bahwasanya ibadah tidak hanya bekerja secara sepihak. Akan tetapi mempunyai timbal balik bagi manusia itu sendiri. Ibadah bukan hanya semata-mata kewajiban kita sebagai seorang hamba kepada Sang Penciptanya. Ibadah mempunyai efek psikis yang menjadi tujuan hidup dalam kacamata filsafat, yaitu kebahagiaan.

Jika kita benar-benar telah ikhlas dan benar-benar memahami hakikat ibadah itu sendiri. Kita akan merasakan kebahagiaan setiap kali kita selesai menunaikan ibadah. Artinya ibadah apapun itu bukan semata-mata gerak tubuh dalam ritual khusus Juga bukan semata menunaikan kewajiban melainkan kebutuhan seorang hamba akan kenyamanan bagi yang menunaikannya. 

Wallahu a’lam bis showab.

Terjadi Proses Pendangkalan Ajaran Agama

Posted by "membaca Al Quran 1 komentar
Jakarta Menteri Agama H Suryadharma Ali menyatakan prihatin atas tayangan prihatin atas tayangan televisi yang umumnya ‘kurang mendidik’. Tayangan televisi yang sebelumnya diisi oleh para pakar Islam, seperti KH Quraish Shihab, sudah tersingkir dan kalah oleh kiai-kiai atau ustadz yang lucu-lucu. Bahkan, pada bulan Ramadhan, tayangan televisi menampilkan “badut-badut” yang menjadi banyak tertawaan orang.

“Ini jelas sudah terjadi proses pendangkalan ajaran agama yang sangat masif,” ucap Menag ketika membuka “Silaturahim Nasional dan Halaqah Kebangsaan: Penguatan Peran Kiai di Tengah Pusaran Masalah Keumatan, Keagamaan, dan Kebangsaan” yang diikuti para kiai se Indonesia di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta, Jumat (18/5).

Hadir Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Mejelis Silaturahim Kyai dan Pengasuh Pondok Pesantren se-Indonesia (DPP MSKP3I) yang juga Pimpinan Pondok Pesantren As-Shiddiqiyah KH Noer Muhammad Iskandar, SQ.

Menurut Menag, pada bulan Ramadhan, seharusnya stasiun televisi menyiarkan hal-hal yang dapat meningkatkan keimanan dan keagamaan. “Bulan Ramadhan adalah bulan berkah dan bulan ampunan yang seharusnya diisi dengan tadarus. Ini harus diperkuat dengan tayangan telvisi yang bernuansa Islami, bukan menampilkan ‘badut-badut’,” ucap Menag.

Menag mengharapkan tayangan televisi menampilkan nuansa Islami yang diisi oleh para pakar dan ulama sesuai bidangnya, seperti ahli tafsir, ahli hadits, ahli fiqih dan lain-lain. “Sekarang ini tayangan dakwah di televisi lebih banyak ditonton oleh umat Islam dibandingkan tabligh akbar atau ‘istighasah’ yang jumlahnya terbatas pada satu lokasi.”

Menag mengatakan, keberadaan rumah ibadah umat Islam beberapa tahun ini bertambah hanya 54 persen. Kalah besar dengan pertambahan rumah ibadah agama lain, seperti Katolik 133 persen, Protestan 153 persen, Hindu 300 persen dan Buddha 400 persen. “Jadi walaupun penduduk Indonesia ini mayoritas beragama Islam, tetapi pertumbuhan rumah ibadahnya hanya 54 persen,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Mejelis Silaturahim Kyai dan Pengasuh Pondok Pesantren se-Indonesia (DPP MSKP3I) KH Noer Muhammad Iskandar, SQ mengatakan, kiai dan pengasuh pondok pesantren mempunyai peran yang strategis tidak hanya dalam kehidupan beragama, tapi juga dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Dalam kehidupan beragama, kata KH Noer, kiai dan pengasuh pesantren sebagai penerus perjuangan penyebar Islam di tanah air memiliki peran yang sangat strategis. Berkat kiprah para kiai dan pengasuh pondok pesantren tumbuh dan berkembangnya ajaran Islam ditentukan. Dalam kehidupan bermasyarakat kiai dan pengasuh pondok pesantren menjadi rujukan utama masyarakat dalam kegiatan sosial maupun perekonomian.

“Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara peran kiai dan pengasuh pondok pesantren pun diakui, sejak masa perjuangan melawan penjajah, perjuangan mencpai kemerdekaan maupun perjuangan mengisi kemerdekaan,” papar KH Noer.

Tujuan halaqah ini, kata KH Noer, kiai dan pengasuh pondok pesantren berperan aktif dan strategis dalam kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Maksudnya, menyamakan persepsi dan pemahaman kalangan kiai dan pengasuh pondok pesantren mengenai peran dirinya dalam menghadapi berbagai tantangan di tengah kehidupan beragama, bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Selain itu, menumbuhkan kesadaran kalangan kiai dan pengasuh pondok pesantren mengenai kemampuan dirinya dalam menjalankan perannya dalam berbagai aspek kehidupan nyata seperti upaya pemberantasan korupsi, deradikalisasi agama maupun dalam menyikapi munculnya berbagai aliran keagamaan.

Sumber Kementrian Agama RI

Seputar Kisah Isra Mikraj

Posted by "membaca Al Quran 1 komentar
Isra mikraj bukan hanya sebentuk cerita yang selesai begitu saja tanpa makna tersisa dengan kembalinya Nabi Muhamad Saw ke bumi. Kisah ini masih banyak menyimpan nilai-nilai yang perlu digali, direnungkan, diteladani kemudian diaktualisasikan dalam ranah nyata sebagai gerakan sadar sejarah dan kebangkitan peradaban umat Islam, khususnya terkait dengan nasib masjid al-Aqsha (tempat berakhirnya Isra) dan penderitaan saudara kita di Palestina yang hari demi semakin menderita akibat kekejaman penjajahan bangsa Israel.

Di sisi lain, seyogyanya Isra Mikraj tidak hanya dimaknai bahwa Nabi Kita pernah melakukan perjalanan yang sanggup mengguncang iman seseorang, lalu diperlihatkan tentang betapa agung dan luar biasanya kekuasaan Allah Swt. Lebih dari itu, kalau kita jeli membaca dan merenungkan rentetan momen-momen yang terjadi di tengah-tengah antara Isra dan Mikraj, maka kejadian ini sebetulnya mengandung hikmah dan isyarat Tuhan tentang posisi dan potensi sesungguhnya Nabi Muhamad dan umatnya: betapa Nabi Muhamad dipersiapkan Allah Swt sebagai pemimpin seluruh umat dan pewaris terakhir kenabian dan umatnya di jadikan sebagai umat terbaik.

Perjalanan Isra: dari masjid al-Haram (di Mekah) ke masjid al-Aqsha (di Palestina), kemudian saat di masjid al-Aqsa Nabi didaulat menjadi imam shalat jama\'ah yang makmumnya terdiri dari para Nabi terdahulu, semua ini menunjukan ada proses peralihan estafet kepemimpinan sekaligus pengakuan sadar bahwa Nabi Muhamad merupakan pemegang tongkat kepemimpinan dari generasi terdahulu dan generasi yang akan datang. Shalat jama\'ah ini juga menunjukan bahwa misi dakwah para nabi itu satu yaitu: sama-sama mengajak beriman kepada Allah Swt yang Maha Esa. Kejadian ini juga sebagai tanda bahwa Islam adalah agama samawi penutup. Karena Islam ditahbiskan sebagai agama terakhir, maka sebagai konsekuensi logisnya nilai-nilai Islam dijamin akan selalu relevan dan kompatibel dengan kemajuan zaman.

Awal Mula Isra

Perjalanan spiritual ini terjadi pada saat Nabi dan umat Islam sedang mengalami tekanan psikologis dan fisik yang luar biasa sakit. Selama tiga tahun (mulai 7 Muharam tahun ke-7 - semenjak diangkat jadi Nabi- sampai tahun ke-10) Nabi dan pengikutnya diembargo oleh kaum musyrik Mekah, baik secara ekonomi, maupun sosial-politik. Masa gembira karena berakhirnya embargo tak berlangsung lama, karena enam bulan kemudian, tepatnya bulan Rajab, pamannya, Abu Thalib, pembela setia dan selalu menjaga bahkan memperkuat daya tawar politik Nabi di hadapan kaum musyrikin, wafat. Lima puluh hari kemudian, tepatnya bulan Ramadhan, istri tercintanya Sayidah Khadijah yang selalu setia mensuport, melayani dan mendengar keluh kesah Nabi dengan penuh kasih sayang juga wafat. Lengkaplah sudah kesedihan Nabi. Dua pelindung utamanya telah tiada hampir dalam waktu yang bersamaan. Maka umat Islam menamakan tahun ini sebagai tahun penuh duka (amul huzni).

Tapi kekuatan iman dan keyakinannya akan pertolongan Allah Swt. tidak membuat musibah di atas menggoyahkan perjuangan dakwahnya. Beliau tetap survive! Masih pada tahun kesepuluh dari pengangkatannya sebagai Nabi, tepatnya bulan Syawal, Nabi bersama Zaid bin Haritsah membuat keputusan berani pergi ke Thaif untuk mencari lahan dakwah baru. Tapi tak ada satupun yang mau masuk Islam! Bahkan secara terencana, Nabi dilempari batu dan terluka parah, kedua kakinya berlumuran darah, begitu juga Zaid bin Haritsah, kepalanya berdarah akibat lemparan batu. Tapi yang lebih menyakitkan Nabi adalah sumpah serapah dan caci-maki yang kebablasan dari penduduk Thaif. Nabi akhirnya bersimpuh, mengadu pada Allah Swt, bahwa dirinya begitu lemah tak berdaya:

(Ya Allah, kepadaMu juga aku mengadukan kelemahan kekuatanku, kekurangan siasatku dan kehinaanku di hadapan manusia. Engkau Yang Paling Pengasih, Engkau adalah Tuhannya orang-orang lemah, Engkaulah Tuhanku, kepada siapa hendak Kau serahkan diriku? Kepada orang jauh yang bermuka masam kepadaku, ataukah musuh yang akan menguasai urusanku? Aku tidak peduli asalkan Engkau tidak murka kepadaku, sebab sungguh teramat luas rahmat yang Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung dengan DzatMu yang menyinari segala kegelapan dan yang karenanya urusan dunia dan akhirat menjadi baik, agar Engkau tidak menurunkan kemarahanMu kepadaku atau murka kepadaku. Engkaulah yang berhak menegurku hingga Engkau ridha. Tidak ada daya dan kekuatan selain denganMu)

Untuk menghibur, meyakinkan kebenaran visi Nabi dakwah selama ini dan mengingatkan kembali bahwa beliau tidak sendiri dalam berjuang: ada Allah Swt dibelakang Nabi, di perjalankanlah beliau sampai menuju Sidratul Muntaha. Di dalam perjalanan itu Nabi disambut hangat oleh penduduk langit ditunjukan kebesarannya, bahwa kalau di bumi beliau dicaci-maki, maka sebaliknya penduduk langit gegap-gempita menyambutnya. Diperlihatkan pada Nabi betapa segenap jagad raya ini tak ada apa-apanya dihadapan Allah Rabul \'alamin.

Menurut saya, demi memperkuat keyakinan keimanan sampai pada tahap tertinggi, kejadian Isra Mikraj adalah keniscayaan bagi seseorang yang dipersiapkan akan dijadikan pemimpin seluruh alam. Dengan kejadian ini Nabi tidak hanya iman kepada Allah secara teori tapi juga disertai data empiris. Maka penghayatan dan pengakuan keimanan Nabi pada al-Khaliq adalah yang tertinggi diantara makhluk Allah Swt.

Sementara bagi muslimin hikmahnya adalah bahwa kejadian ini sebagai ujian atas keteguhan iman mereka: percayakan mereka dengan kejadian Isra dan Mikraj? Mungkinkah Mekah-Palestina (-+1500 k.m) plus ke Sidratul Muntaha ditempuh dalam sepenggal malam? Padahal masa itu Mekah-Palestina kalau ditempuh dengan menggunakan onta tidak kurang dari satu bulan lamanya. Menanggapi kejadian ini, menurut Ibnu Katsir, sikap orang Islam terbelah dua, ada yang kembali murtad, dan ada yang malah semakin tebal imannya.

Pro Kontra Seputar Isra Mikraj

Detail kejadian seputar Isra Mikraj, baik menyangkut tanggal, bulan dan apakah diperjalankannya Nabi dengan jasadnya atau hanya ruhnya saja dan kejadian lainnya memang masih menyisakan pro-kontra. Tapi dalam konteks keimanan, asal kita masih percaya bahwa pernah ada prosesi Isra, maka perdebatan ini tidak menggangu keimanan kita. Artinya yang paling penting adalah memetik substansi dan makna yang bisa kita terapkan dalam hidup kita. Beberapa isu yang akan diangkat di sini hanya sebagai pengayaan wacana dan pengetahuan saja.

Betulkah Isra terjadi pada bulan Rajab tanggal 27?

Menurut Ibn Ishaq, Isra terjadi tahun ke-10 (dari sejak diangkat jadi Nabi). Menurut az-Zuhri dan \'Urwah kejadianya setahun sebelum Nabi hijrah ke Madinah. Menurut Ismail as-Sudi terjadinya enam bulan sebelum hijrah. Sedang menurut al-Hafidz Abd. Ghani bin Surur al-Muqadasi Isra Mikraj terjadi pada tanggal 27 bulan rajab. Dan pendapat terakhir ini yang diambil oleh umat Islam sekarang dan dirayakan.

Apakah Isra dan Mikraj Nabi dilakukan dengan ruh saja atau sekaligus dengan jasad?

Mayoritas ulama berpendapat bahwa Isra Mikraj dilakukan dengan tubuh dan ruh Nabi. Justru disinilah letak mukjizatnya. Selain itu kalimat bi\'abdihi yang terdapat dalam surat al-Isra semakin mengukuhkan bahwa kejadian itu dilakukan dengan ruh dan jasa Nabi. Karena dalam al-Qur\'an dan leksikal Arab kata abdun, selalu menunjuk pada ruh dan jasad secara bersamaan.

Kenapa harus ke Baitul Maqdis dulu, tidak langsung saja dari Haram ke Sidratul Muntaha?

Ini menujukan bahwa Baitul Maqdis sangat penting posisinya dalam agama Islam. Ia adalah kiblat pertama umat Islam. Kurang lebih 13 tahun lamanya Nabi Shalat menghadap Baitul Maqdis. Ia adalah salah satu dari 3 masjid yang wajib dikunjungi ketika kita bernazar untuk menziarahinya. Pahala beribadah di sana sama dengan 500x lipat beribadah ditempat lain (selain masjid al-Haram dan masjid Madinah). Masjid al-Aqsha juga adalah tempat para nabi dikuburkan, sehingga Imam Syafi\'i, suatu ketika pernah berkata, "saya sangat suka beri\'tikaf di masjid ini, lebih dari masjid manapun," kemudian ketika ditanyakan alasannya, beliau menjawab, "disinilah tempat berkumpul dan dikuburkannya beberapa Nabi."

Bagaimana hukum orang yang tidak mempercayai Isra Mikraj?

Ulama dalam hal ini membedakan antara hukum tidak mempercayai Isra dan hukum tidak mempercayai Mikraj. Bagi orang yang tidak mempercayai Isra, hukumnya kafir karena kejadian itu sudah di nash dalam al-Qur\'an dengan sangat gamblang dan tak menerima lagi kemungkinan takwil (qat\'iyu ats-tsubut wa ad-dilalah). Sementara orang yang tidak mempercayai Mikraj hukumnya fasik. Kenapa? Karena kejadian mikraj hanya berdasarkan pada al-Qur\'an (an-Najm:13-18) yang tidak tegas dilalahnya (qat\'iyu ats-tsubut wa zdhani ad-dilalah) dan berdasarkan hadis-hadis sahih tapi tidak sampai pada derajat mutawatir.

Hikmah Isra Mikraj Dalam Konteks Kekinian

Pertama, setiap kita memperingati Isra Mikraj hendaknya jangan hanya diposisikan sebagai telah terjadinya sebuah kisah luar biasa belaka, tetapi mesti diletakan dalam konteks perenungan untuk diambil hikmah dan semangatnya, kemudian dijadikan sebagai pemicu kebangkitan peradaban umat Islam.

Kedua, Peringatan Kejadian ini hendaknya memicu semangat persatuan, konsolidasi dan solidaritas umat Islam diseluruh dunia, khususnya untuk membantu rakyat Palestina terlepas dari penderitaan yang sekarang ini memasuki babak baru yang sangat menyedihkan dan memalukan, yaitu perang saudara antara Hamas dan Fatah. Tidak ada yang menguntungkan dari pertikaian ini kecuali membuat rakyat Palestina makin menderita. Pada saat yang sama dibelahan dunia Islam lain perang saudara di Irak, Afganistan, Sudan dan lainnya juga masih panas berkecamuk. Masih belum cukupkah bagi kita untuk segera bangun dan bangkit mengejar ketertinggalan hampir disemua bidang ini?

Ketiga, Hal penting lain dari Isra Mikraj adalah diwajibkannya menunaikan shalat lima waktu dalam sehari semalam. Tidak seperti puasa, haji, zakat dan ibadah lainnya yang kesemuanya diwajibkan dibumi melalui wahyu via Malaikat Jibril, shalat diwajibkan langsung oleh Allah Swt saat Nabi masih dilangit. Ini menunjukan betapa posisi shalat punya nilai khusus dimata Allah Swt. Shalat adalah media mikraj muslim pada Allh Swt. Maka tak heran shalat yang baik, yang berkualitas, yang dibarengi kebersihan jiwa akan sanggup menciptakan kondisi sosial yang kondusif, karena bisa mencegah berbagai bentuk kemunkaran. Jadi Islam saja, shalat saja tidak cukup untuk mencegah kemunkaran, korupsi, nepotisme, kekerasan, tapi harus dibarengi perenungan, kebersihan jiwa, aktualisasi dan keikhlasan. Intinya, tekad setiap individu muslim untuk berusaha menciptakan shalat berkualitas sangatlah penting dalam sistem tarbiyah kejiwaan kita. Karena efek jangka panjangnya dapat mengontrol perilaku sosial umat Islam.

Dari tetangga sebelah 

Wallahu 'alam bi as-Ashawab

Tanda Tanda Kemenangan Makin Dekat

Posted by "membaca Al Quran 1 komentar
Kemenangan semakin dekat!!! Allohu akbar!! Kemenangan semakin dekat!!! Allohu akbar!! Tanda Kemenangan Islam Semakin Dekat. semoga Ummat semakin cerdas dan kemenangan Islam semakin dekat.. insya Allah ini adalah abad kemenangan Islam...

Islam sebagaimana yang kita fahami bukan hanya panduan yang mengatur cara hidup yang bersifat individu, melainkan juga sebuah agama yang memberi arah tentang bagaimana kita menata dunia. Oleh karenanya, begitu Rosulullah Muhammad Saw diutus untuk menjadi penyempurna nabi-nabi sebelumnya, Islam secara sangat progresif menebarkan Rahmatnya ke hampir seluruh pelosok dunia (Asia, Afrika dan Eropa-Saat itu benua Amarika dan Australia seolah belum ada denyut nadi peradaban yang cukup signifikan).

Hasilnya Islam telah mampu memposisikan ummatnya sebagai pemimpin di atas umat-umat yang lain, bukan hanya dalam bidang politik, namun juga dalam bidang ilmu pengetahuan. Usia kejayaan Islam ini akhirnya meredup setelah kira-kira 1000 tahun.

Setelah itu barat melanjutkan apa yang telah dicapai oleh kaum muslimin di bidang ilmu pengetahuan, dan mereka sangat berhasil mengembangkannya menjadi produk-produk tekhnologi yang memiliki nilai guna bagi hajat hidup manusia. Maka sejak abad ke 17 barat telah berhasil mengambil alih kendali dunia berada di bawah genggamannya, bahkan pada Abad ke 20 mereka telah berhasil meletakan dasar bagi pengembangan sains dan tekhnologi yang sangat fenomenal.

Pada periode ini kesenjangan penguasaan sains dan tekhnologi sangat terasa antara barat dan Islam. Indikator paling jelas adalah dalam hal penguasaan tekhnologi perang yang sungguh sangat menganga jaraknya. Lihat saja apa yang terjadi di Palestina, Afganistan, Irak, Libiya dll. Negeri-negeri muslim tersebut nyaris tidak bisa melakukan perlawanan yang berarti untuk menghadapi berbagai senjata otomatis yang dimiliki oleh negeri-negeri barat.

Namun kini semua terabalik Sungguh sangat mengerikan apa yang sedang terjadi di barat saat ini. Pada saat Eropa dan Amerika sedang dilanda krisis Ekonomi yang begitu dalam, Dunia Arab sedang bergerak mengakhiri rezim diktator menuju era baru yang jauh lebih baik. Mungkin orang akan melihat Timur-tengah sebagai kawasan yang tidak pernah sepi dari gejolak. Yah, memang begitulah faktanya. Mereka adalah negeri-negeri muslim yang antara penguasa dan rakyatnya tidak memiliki cara pandang yang sama tentang bagaimana mengelola negara. Mereka adalah negeri-negeri yang dalam hadis dikatakan sedang dipimpin oleh “Mulkan jabariyyan”, penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak, dan rakyatnya ingin segera menggantinya dengan model kepemimpinan yang dijanjikan dalam hadis sebagai “Khilafah ‘ala minhajinnubuwah”.

Sejauh ini revolusi di Arab membuahkan hasil yang positif. Tunisia mengawali agenda perubahan ini dengan ditandai kemenangan partai En Nahda, sebuah partai berhaluan Islam yang sebelumnya dikategorikan sebagai organisasi terlarang karena dianggap berhubungan dengan Ikhwanul Muslimin oleh pemerintahan Ben Ali, Kemenangan partai Islam tersebut diteruskan oleh partai Kebebasan dan Keadilan di Mesir (yang juga merupakan partainya Ikhwanul Muslimin). Begitu juga di Libiya, Suriyah, Yordania, Insya Allah tidak lama lagi kita juga akan mendengar kabar baik dari mereka melengkapi keberhasilan saudara mereka di Turki. 

Maka tetaplah pada jalan ini ya Ikhwan, kemenangan itu sudah ada di depan mata…Kejayaan (baru) Islam Semakin dekat. Insya Allah….

Kejujuran Dan Dusta

Posted by "membaca Al Quran 1 komentar
“Wajib atas kalian untuk jujur, sebab jujur membawa kebaikan, dan kebaikan akan menunjukkan jalan ke surga, begitu pula seseorang senantiasa jujur dan memperhatikan kejujuran, sehingga akan termaktub di sisi Allah atas kejujurannya. Sebaliknya, jangan berdusta, sebab dusta akan mengarah kepada kejahatan, dan kejahatan akan membawa ke neraka, seseorang yang senantiasa berdusta, dan memperhatikan kedustaannya, sehingga tercatat di sisi Allah sebagai pendusta” (HR. Bukhari & Muslim).

Sesuatu yang wajib, tentunya berdosa bila tidak dilakukan. Dan jujur adalah wajib. Namun kalau jujur diakui, inilah yang banyak diabaikan dalam hidup ini. Tak terkecuali dalam mencari nafkah, seperti dalam melamar menjadi pegawai negeri.

Sebagaimana lazimnya, menjadi pegawai negeri di negeri kita ini adalah menjadi tempat menafkahi diri dan keluarga seumur hidup. Bahkan, sesudah mati pun, akan diberikan pensiunan untuk anak-anaknya. Ini maknanya bahwa hasil yang dinikmati dari modal ketidakjujuran bisa berlanjut hingga sesudah kematian.

Ini bukan masalah, bagi orang yang telah redup cahaya keimanan di hati. Lebih-lebih pada saat yang sama, banyak orang lain juga melakukannya. Jadi, rujukan perilakunya bukan pada Alquran, tetapi malah pada orang-orang yang tidak jujur.

Namun bagi orang-orang yang hatinya masih diterangi dengan cahaya keimanan, ini masalah besar. Ini masalah yang menghancurkan kehidupan. Pada perbuatan yang demikian terdapat pengkhianatan terhadap hukum Allah, aniaya terhadap orang yang lebih berhak, dan ketidakhalalan menikmati hasil dari perbuatan yang tidak jujur.

Perbedaan pandangan ini telah diingatkan oleh Rasulullah. Katanya, tanda orang tak beriman bisa dilihat dalam caranya memandang dosa. Dosa dipandang sebagai sesuatu yang kecil. Tak ubahnya seeekor lalat yang hinggap di hidungnya. Sedangkan orang beriman memandangnya seperti gunung yang akan jatuh menimpanya.

Wallahu A'lam

Allah Tidak Akan Mengubah Nasib

Posted by "membaca Al Quran 1 komentar
Bila dibandingkan dengan sejumlah negeri yang lain, negeri kita indonesia dianugerahkan sumber alam yang jauh lebih banyak. Tanahnya yang subur, cuacanya baik dan teratur sepanjang tahun. Berbagai macam tanaman dan binatang yang beraneka ragam. 

Lihat dan bandingkanlah dengan sejumlah negeri lain yang tanahnya tidak subur, bersalju hingga beberapa bulan yang menyebabkan matinya banyak tanaman dan meranggasnya pepohonan, serta menimbulkan kesulitan untuk mencari nafkah. 

Tapi mengapa rakyat di negeri kita banyak yang menderita bagaikan ayam yang lapar di lumbung padi ?

Pengalaman hidup menderita seperti ini sepatutnya menantang pikiran kita untuk berpikir kembali tentang pola hidup selama ini. Jangan-jangan pola hidup sebahagian kita selama ini sifatnya pasif atau menunggu, meskipun pada saat yang sama berjuta rahmat Allaah tersebar di setiap jengkal bumi tempat berpijak. Tanah yang gembur enggan diolah, sedangkan di sisi lain pola hidup cenderung mengikuti langkah setan: boros. Waktu yang ada untuk melakukan perbaikan, banyak yang terbuang percuma.

Padahal termasuk tanda orang yang bersyukur ialah bila memanfaatkan segala pemberian Allah pada tempatnya. Dengan demikian, membiarkan waktu tak terpakai untuk tujuan kebaikan dan membiarkan segala sumber alam tak terolah, juga pertanda orang yang enggan mensyukuri nikmat.

Dalam keadaan demikian, mengharapkan perubahan suatu hal yang mustahil. Hidup ini tak akan berubah, kalau tak berusaha merubahnya sendiri. Itulah janji Allah. Apalagi Allah sudah menyediakan bahan mentah berupa sumber daya alam, mengaruniai akal untuk berpikir, dan memberi kesempatan untuk berbuat. Dipakai atau tidak, semua itu harus dipertanggungjawaban kelak, terutama waktu dan pikiran kemana dimanfaatkan.

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka “ (QS. Ar Ra’d: 11).

Berhati Hati Memilih Pemimpin

Posted by "membaca Al Quran 1 komentar
Setiap hari, setiap hamba Allah disuguhkan dengan berbagai kabar dengan tujuan yang beragam. Ada yang bersifat membujuk, ada pula yang bersifat memberitakan yang sebenarnya. Seperti kampanye yang umumnya bersifat menggiring atau membujuk, untuk mengakui seseorang termasuk baik dan berkualitas sehingga layak dipilih sebagai pemimpin. Namun, seberapa banyak bujukan yang diterima, orang-orang beriman memiliki pendirian yang teguh.

Pendirian sangat penting dimiliki, agar tak terombang-ambing dan terjerumus ke dalam perbuatan berdosa. Dalam meneguhkan pendirian, orang-orang beriman antara lain bisa merujuk kepada firman Allah yang menyerukan agar senantiasa bekerjasama dalam meneguhkan keberlangsungan kebaikan, dan dilarang bekerjasama untuk membantu memperkuat kejahatan (QS. al Maidah: 2). 

Dalam memilih pemimpin, misalnya, merujuk kepada firman Allah yang melarang mengambil dari orang-orang zalim (QS. Hud: 113). Sangat terbuka kesempatan untuk berbuat dosa, seperti karena memilih orang-orang yang gemar melakukan kemaksiatan sekaligus menyalahkan amanah.

Memilih orang yang menggemari kejahatan dan tidak amanah akan mendapatkan dosa berlapis-lapis. Alasannya, pertama, telah mengabaikan larangan Allah untuk tidak mengambil orang zalim sebagai pemimpin. 

Kedua, telah menutup kemungkinan orang-orang baik menjadi pemimpin umat, sehingga kebenaran yang ingin diwujudkan menjadi kandas. 

Ketiga, telah ikut melanggengkan kejahatan, karena orang-orang zalim biasanya akan cenderung mendekati kezaliman. Keempat, telah memberi peluang untuk munculnya beragam kejahatan yang lebih besar, yang sulit untuk diperkirakan di awalnya.

Untuk dan Agar tidak terjerumus kedalam kesalahan yang sama secara terus menerus ada baiknya ketika hendak memilih pemimpin terlebih dahulu memohon pertolongan Allaaah Subhanahu Wata'ala agar diberikan petunjuk mengenai pemimpin yang dapat memberikan kenyamanan dan keamanan dan dapat membimbing rakyat kejalan yang benar baik di dunia maupun diakherat.

Adapun syariat yang bisa dilakukan dalam rangka memilih / menentukan pilihan terhadap calon / kandidat pemimpin bisa dilakukan dengan Shalat Istikharah

Sandang Pangan Papan Diperoleh Dari Barang Haram

Posted by "membaca Al Quran 1 komentar
“Allah tidak akan menerima ibadah seseorang jika dalam perutnya terdapat barang haram“ (Abdullah bin Abbas RA).” Ibadah yang banyak tetapi disertai dengan usaha yang kotor, hasilnya nihil. Dalam hal ini, kilah Al Harits al Muhasibi RA, seorang sahabat berkata “Jika penghasilannya dari usaha yang baik dan halal, niscaya pelakunya pun akan bersih. Begitu pula sebaliknya. Seorang ulama menuturkan bahwa setan telah berkata, ‘Aku menginginkan dari manusia satu hal. Ketika itu, aku bisa bersamanya meskipun dia sedang beribadah. Aku jadikan penghasilannya dari usaha yang tidak halal. Jika dia menikah,maka nikahnya dari hasil yang haram. Jika dia berbuka puasa, maka makanannya dari hasil yang haram. Dia berhaji, maka hajinya dari hasil usaha yang haram.”

Satu saat Sufyan Al Tsauri ditanya mengenai keutamaan saf pertama dalam salat berjamaah. Dia menjawab, “Periksa dulu makananmu. Sebab, jika makananmu halal, dimana pun saf salatmu, engkau pasti mendapat keutamaan. Sebaliknya, jika makananmu haram, engkau akan mendapat siksa dan murka Allah meski salatmu di saf depan.” Maksiat menghalangi kita dari kebaikan. Ibrahim bin Adham berkata, “Janganlah kamu berbuat maksiat kepada Allah di siang hari, niscaya Dia akan membangunkanmu di malam hari. Sesungguhnya berdirimu dihadapan-Nya di malam hari termasuk kemuliaan terbesar, sedangkan orang yang berbuat maksiat tidak berhak mendapat kemuliaan itu.“

Sufyan Al Tsauri mengaku, “Diharamkan bagiku bangun malam selama lima bulan karena dosa yang aku perbuat.“ Ahmad bin Al Harawi berkata, “Aku berkata kepada Abu Sulaiman Ad Darani, ‘Aku tidak bangun malam semalam, tidak mengerjakan dua rekaat fajar, dan tidak salat subuh berjamaah.‘ “Dia berkata kepadaku ‘Itu karena perbuatanmu sendiri. Allah tidak zalim kepada hamba-hamba-Nya dan karena syahwat yang kamu lampiaskan.“

Rasulullah saw dalam beberapa hadis mengingatkan antara lain dalam sabdanya, “Barangsiapa yang memakan sedikit yang haram, maka tidak diterima salatnya selama 40 hari.“ ”Jika sesuatu yang haram sampai masuk kedalam kerongkongan seorang hamba maka seluruh malaikat langit dan bumi akan melaknatnya.“ “Ibadah yang disertai makan makanan haram seperti membangun di atas debu.“ Abd Al Qadir Al ‘Izzui berkata, “Kualitas keagamaan seseorang bergantung pada kualitas makanan yang ia dapat. Semakin halal makanan seseorang, semakin giat pula ibadahnya. Semakin banyak ia memakan yang haram, semakin terpuruk semangat ibadahnya. Semakin sering ia memikirkan cara mencari harta halal, semakin sering ia memikirkan cara meningkatkan amalnya. Semakin sering ia mencari harta haram, semakin banyak ia melanggar aturan Allah.” Salat tahajjud misalnya, hanya akan berhasil bila seseorang dapat menjamin bahwa mata pencahariannya halal. Jika sebaliknya, tahajjud dan ibadah-ibadah lainnya akan menjadi sia-sia.

Rasulullah saw berkisah, tentang seorang lelaki yang melakukan perjalanan panjang dalam keadaan lusuh dan kotor. Ia mengulurkan tangannya ke langit seraya berkata ‘Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku.....‘ Sementara makanan, minuman dan pakaiannya diperoleh dengan cara yang haram, dan ia sendiri diberi makanan dari makanan yang haram. Maka bagaimana doanya bisa terkabul?“ (HR.Muslim). Imam Baihaqi dalam bukunya Sya’b al Iman, seperti yang dikutif Yusuf bin Ashbah, katanya. “Bila setan melihat kaum Muslim yang sangat tekun beribadah namun tidak menjaga baik makanannya, apakah diperoleh dengan halal atau tidak, maka ia akan memberi tahu setan lainnya agar tidak mengganggu orang itu dan menjauhinya. Karena, meskipun ia tekun beribadah ataupun berbuat amal saleh, tidak akan diterima Allah karena mata pencahariannya diperoleh dengan cara haram.“

Seorang sahabat mengeluh kepada Imam Ali bin Abi Thalin RA, “Aku tidak mampu melakukan salat tahajjud.“ Khalifah ke empat ini menjawab, “Engkau telah dibelenggu oleh dosa-dosamu.“ Dakhil bin Ghunaim Al Aswad penukis buku “Kepada Para Pedagang “ antara lain menulis “Memakan makanan yang diharamkan sesungguhnya bisa mendatangkan kesialan bagi pelakunya serta mendatangkan siksaan yang pedih di dunia dan di akhirat. Seseorang yang memakan makanan yang haram, doanya tidak akan dikabulkan. Karenanya renungkanlah di antara dua hal ini, semoga Allah membimbing anda. Manakah yang anda pilih, Pertama, doa dikabulkan dan anda diberi bimbingan di dunia dan di akhirat. Atau kedua, pintu-pintu langit ditutup sehingga doa yang anda panjatkan tidak dikabulkan. Anda tidak diberi bimbingan di dunia dan di akhirat, dan seluruh kebaikan diharamkan bagi anda, hanya karena anda mengambil hak orang lain dengan jalan haram?” Wallahualam

Betapa Besarnya Kesenangan Dan Kecintaan

Posted by "membaca Al Quran 1 komentar
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu” (QS. Al-Hadiid: 20).

Jika harta dunia akan dibagi pada jam lima subuh, sekitar jam empat rata-rata orang sudah bergegas bangun untuk menjemput atau memperebutkannya. Bahkan sangat takut ketinggalan waktu. Kalau ada rasa sakit pun, rasanya pulih. Juga tak ada rasa takut, meskipun harus menempuh perjalanan jauh. Namun, tidak demikian dengan shalat subuh. Tidak sedikit yang merasa berat sekali bangkit untuk menunaikan shalat ini, meskipun masjid tak begitu jauh dari tempatnya berada. Inilah yang membuat masjid seringkali hanya menjadi tempat beberapa orang saja yang melaksanakan shalat, terutama di waktu subuh.

Ini suatu contoh tentang betapa besarnya kecintaan kebanyakan manusia kepada dunia, tetapi di sisi lain, kecil sekali penghargaan kepada ibadah yang amat penting. Padahal shalat, kata Rasulullah sallallahu alaihi wasallam, adalah pembeda antara orang mukmin dengan yang kafir (HR. Imam Bukhari). Sedangkan dunia, sebagaimana telah diingatkan dalam Alquran, hanyalah sandiwara belaka, meskipun kebanyakan di antara kita bagaikan kehausan tak berujung dalam mengejarnya.

Bukan hanya mengejar, karena dunia (seperti kekuasaan) juga kita saling bertengkar, dan bahkan menghasut banyak orang lain untuk melakukan pertengkaran-pertengkaran yang lebih besar. Akibatnya, kebencian pun membuncah, merajalela dan berkepanjangan di antara sesama manusia di mana-mana. Sampai-sampai kematian, yang sebenarnya suatu kepastian yang tak terelakkan, menjadi terlupakan sama sekali. Padahal di saat kematian yang datang tiba-tiba, barulah manusia menyadari dan menyesal betapa tak bergunanya harta-harta dan kekuasaan (QS. Al Haaqqah: 28-29) yang pernah dikejar sewaktu di dunia.

Merindukan Mati Syahid

Posted by "membaca Al Quran 1 komentar
Menjelang shubuh, Khalifah Umar bin Al Khathab berkeliling kota membangunkan kaum muslimin untuk shalat shubuh. Ketika waktu shalat tiba, beliau sendiri yang mengatur saf (barisan) dan mengimami para jamaah.

Pada shubuh itu, tragedi besar dalam sejarah terjadi. Saat Khalifah mengucapkan takbiratul ihram, tiba-tiba seorang lelaki bernama Abu Lu'luah menikamkan sebilah pisau ke bahu, pinggang, dan ke bawah pusar beliau. Darah pun menyembur.

Namun, Khalifah yang berjuluk "Singa Padang Pasir" ini bergeming dari kekhusyukannya memimpin shalat. Padahal, waktu shalat masih bisa ditangguhkan beberapa saat sebelum terbitnya matahari. Sekuat apa pun Umar, akhirnya ambruk juga. Walau demikian, beliau masih sempat memerintahkan Abdurrahman bin 'Auf untuk menggantikan posisinya sebagai imam.

Beberapa saat setelah ditikam, kesadaran dan ketidaksadaran silih berganti mendatangi Khalifah Umar. Para sahabat yang mengelilinginya demikian cemas akan keselamatan Khalifah.

Salah seorang di antara mereka berkata, "Kalau beliau masih hidup, tidak ada yang bisa menyadarkannya selain kata-kata shalat!"

Lalu, yang hadir serentak berkata, "Shalat, wahai Amirul Mukminin. Shalat telah hampir dilaksanakan."

Beliau langsung tersadar, "Shalat? Kalau demikian di sanalah Allah. Tiada keberuntungan dalam Islam bagi yang meninggalkan shalat." Lalu, beliau melaksanakan shalat dengan darah bercucuran. Taklama kemudian, sahabat terbaik Rasulullah saw. ini pun wafat.

Sebenarnya, apa yang terjadi pada Umar Al Faruq ini adalah buah dari doa yang beliau panjatkan kepada Allah Swt. Alkisah, suatu ketika, saat sedang wukuf di Arafah, beliau membaca doa, "Ya Allah, aku mohon mati syahid di jalan-Mu dan wafat di negeri Rasul-Mu (Madinah)." (HR Malik)

Sepulangnya dari menunaikan ibadah haji, Umar pun menceritakan soal doanya itu kepada salah seorang sahabatnya di Madinah. Sahabat itu pun berkomentar, "Wahai Khalifah, jika engkau berharap mati syahid, tidak mungkin di sini. Pergilah keluar untuk berjihad, niscaya engkau bakal menemuinya."

Dengan ringan, Umar menjawab, "Aku telah mengajukannya kepada Allah. Terserah Allah."

Keesokan harinya, saat Umar mengimami shalat shubuh di masjid, seorang pengkhianat Majusi bernama Abu Lu'luah itu menghunuskan pisaunya ke tubuh Umar yang menyebabkan beliau mendapat tiga tusukan dalam dan tubuhnya pun roboh di samping mihrab.

Seperti itulah, Allah telah mengabulkan doa Umar bin Al Khathab untuk bisa syahid di Madinah dan dimakamkan berdampingan dengan Rasulullah saw. dan Abu Bakar Ash Shiddiq.

Dari MMS

Anjing Menggonggong Kafilah

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
Seekor anjing yang biasanya tenang mulai menggonggong setiap malam sekitar pukul 03:00. membuat kesal dan jutek apalagi disaat itu adalah waktu dimana rasa kantuk sudah tidak dapat dielakkan lagi.

Dalam Kehidupan sehari hari ,  yakin pasti ada saat di mana orang orang lainuka membicarakan kita, baik di belakang punggung maupun terang terangan di depan mata, tentunya yang dibicarakan hal hal yang mereka pikir kurang baik padahal menurut kita sudah baik, ibaratnya berbuat baik saja masih dibicarakan orang apalagi berbuat yang nggak bagus ya, terkadang tidak sedikit yang jadi salah tingkah dan tidak tahu harus berbuat apa.
Seperti pepatah anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu, terserah orang mau ngomong apa saja, sebaiknya memang nggak usah terlalu dimasukkan dalam hati , asal masih dalam batas batas saja, kalau sudah amat sangat keterlaluan omongannya baru harus ditanya mau sebenarnya apa. Memang tidak semua orang akan suka kalau kita sedang dalam keadaan senang sebab nggak semua orang bisa menyembunyikan rasa kecemburuan saat orang lain sedang sukses dalam hidupnya.
Tapi yakin masih ada banyak kok orang orang yang ikut senang andai ada orang lain sedang bersuka cita dalam hidupnya, menyenangkan andai menemukan teman atau sahabat seperti ini.
Pernah punya pengalaman dengan anjing kawan ?

MUI : Ulama Tidak Lagi Didengar Masyarakat

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), KH Usman Fathan, menyatakan suara ulama sudah tidak lagi didengar umat. Sehingga, penyakit masyarakat (Pekat) berupa pelacuran, narkoba, asusila dan lainnya kian memprihatinkan.

"Para ulama selalu menyampaikan syiar Islam di berbagai masjid. Mereka mengajak umat melaksanakan kebaikan sesuai nilai-nilai kitab suci Alqur'an. Tetapi, ulama tidak lagi didengar masyarakat," ujarnya di Pangkalpinang, Jumat, menanggapi maraknya penyakit masyarakat di daerah itu.

Usman menjelaskan bahwa setiap waktu ulama keliling menyampaikan pesan-pesan Islam ke berbagai masjid dengan mengajak umat supaya menjauhi perilaku yang menyimpang dengan nilai Islam. Tetapi, orang yang datang ke masjid itu tidak seberapa. Orangnya itu ke itu saja.

Namun demikian, masyarakat terutama kalangan generasi muda lebih memilih keluar malam atau menonton tayangan-tayangan asusila di media massa elektronik berupa film porno, sadis, kekerasan, eksploitasi dan sejenisnya.

"Akhirnya masyarakat terpengaruh tayangan media elektronik televisi yang selalu menampilkan adegan dan pakaian porno tidak menutup aurat atau hanya memakai celana minim hingga di atas lutut dan asesoris yang vulgar tanpa menutupi aurat," ujarnya.

Sumber : Republika dot co dot id

Blogger news

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

About