Pendengaran, Penglihatan, dan Hati
0
komentar
Manusia adalah salah satu makhluk ciptaan ALLAH yang dilengkapi dengan jasad, akal, dan hati. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an, “Dan ALLAH menciptakan kamu dengan pendengaran, penglihatan, dan hati supaya kamu bersukur,” dan beberapa ayat lain yang juga ikut menggambarkan bagaimana ALLAH memberikan kesempurnaan pada penciptaan manusia.
Dengan jasad yang menopang tubuhnya manusia dapat berdiri tegak di atas bumi, hidup dan berkembang biak serta menyelenggarakan kehidupannya dengan makan, minum serta berketurunan. Dengan akalnya manusia berfikir, menyaring informasi dan merekam memori yang dianggap penting bagi kehidupannya. Dengan hatinya manusia merasa, membeda dan membuat pilihan.
Ketiga bekal penciptaan manusia itu pula yang semestinya dijadikan modal untuk ia mengenal dirinya, hakikat penciptaannya di dunia, sebagai makhluk ALLAH yang di antara kaumnya kelak akan menjadi khalifah (pemimpin), entah itu pemimpin di bangsanya, sukunya, keluarganya, atau pemimpin untuk dirinya sendiri.
Untuk mengenal diri sendiri, manusia harus bisa memaksimalkan ketiga modal yang dibekalkan ALLAH tadi. Jasadnya, dengan menjaga dan memelihara kesehatannya. Akalnya, dengan memberi makanan yang sehat baginya dan menjaga kesinambungannya. Hatinya, dengan menjaga dan memeliharanya dari apa-apa saja yang bisa merusak hati itu.
Menjaga dan memelihara kesehatan bagi manusia adalah hal yang pertama harus dilakukan, karena jasad adalah modal dasar. Jasad yang sehat akan memudahkan manusia untuk beraktivitas, untuk melangsungkan kehidupannya, untuk melaksanakan fungsinya apakah dalam masyarakat dan terutama dalam keluarga. Menjaga dan memelihara jasad hendaknya dimulai sejak dari dini, yaitu dengan membiasakan mengkonsumsi makanan yang baik, bergizi dan halal. Karena sumber dari makanan, baik jenis maupun cara mendapatkannya akan berpengaruh pada sari pati pembentukan jasad manusia. Sebagaimana pernah dicontohkan antara seseorang yang terbiasa mengkonsumsi dading sapi dibandingkan dengan seseorang yang terbiasa mengkonsumsi daging babi.
Memberi makanan yang sehat dan menjaga kesinambungan akal adalah hal berikutnya yang harus diperhatikan. Makanan yang sehat bagi akal dimulai dengan membiasakan dan melatih akal untuk berpikir positif, memberi asupan informasi yang seimbang antara pengetahuan dunia dan akhirat agar kesinambungannya pula terpelihara. Pengetahuan dunia akan dimanfaatkan untuk kesejahteraan hidup di dunia (baik dalam berkelompok ataupun berkeluarga, mencari nafkah dan meningkatkan prestasi) sementara pengetahuan akhirat akan menjadi dasar pelaksanaan ibadah, muamalah, tuntunan akhlak yang berbuah pada keimanan.
Menjaga dan memelihara hati adalah dengan menjauhkan diri dari perbuatan maksiyat, perbuatan yang dibenci ALLAH dan menghiasi hati dengan amalan-amalan dari hal terkecil yang bernilai kebaikan (meski sebesar biji dzarrah) sampai hal terbesar dan mulia yang bisa dilakukan. Pentingnya hati sebagai motor penggerak manusia sangatlah sering disebutkan Rasulullah (SAW) dalam haditsnya,
“Dalam tubuh manusia ada seonggok daging yang apabila baik daging itu maka baik pula manusianya dan apabila rusak daging itu maka rusak pula lah manusianya. Seonggok daging itu adalah hati.”HR. Bukhari – Muslim
“Setiap satu dosa kecil yang engkau kerjakan akan menyebabkan bertambahnya satu titik hitam dalam hatimu, sedemikian pula satu kebaikan sebesar apapun akan membuat hatimu lebih terang sehingga bisa melihat cahaya kebenaran.”HR. Bukhari – Muslim
Menjaga dan memelihara hati yang merupakan motor penggerak manusia, yang menjadi tumpuan dalam membedakan baik dan buruk, dapat dimulai dari hal-hal yang kecil. Tidak berbohong, menjauhkan diri dari yang makruh atau mubah (keduanya adalah hal yang ditengah-tengah/meragukan), menghindari dosa kecil dan tidak berbuat dosa besar, mencari dan memanfaatkan kesempatan sekecil apapun untuk berbuat kebaikan, memelihara hak orang lain, menyantuni anak yatim atau fakir miskin, berbuat segala sesuatu hanya karena ALLAH.
“Sesungguhnya segala sesuatu itu tergantung dari niatnya.” HR. Bukhari – Muslim
Wallaahu ‘alam bish shawab.
0 komentar:
Post a Comment