Dari Tenaga Hingga Nyawa

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
Dunia yang sengaja dijadikan indah dalam pandangan manusia, selalu menjadi rebutan bernafsu siang dan malam. Sampai-sampai ada yang memilih cara-cara yang tidak diridhai Allah untuk memuaskan hasrat merengkuh dunia dengan segala cara (menghalalkan segala cara). Karena itu, setiap orang diberikan tugas untuk memberi peringatan satu sama lain. Meskipun demikian, setelah memberi peringatan berkali-kali tidak ada perubahan, sebahagian orang merasa pasrah. Malah, ada yang memilih berhenti melakukannya. (sungguh jauh dari keteguhan hati yang seharusnya dimiliki oleh setiap aktivis dakwah)


Padahal kalau membuka kembali lembaran demi lembaran sejarah perjuangan Rasulullah, sungguh bukan suatu yang mudah menyampaikan peringatan. Beliau berjuang dengan apa yang dimiliki, mulai dari tenaga harta dan bahkan hingga nyawa. Satu orang demi satu orang beliau upayakan agar mau mendengarkan kebenaran yang disampaikannya. Tidak sedikit juga rintangan dan ancaman dihadapinya. Hingga akhirnya, apa yang disampaikannya mendapat sambutan orang banyak hingga kini....?

Sungguh suatu keberhasilan yang sangat mengesankan.

Kisah keberhasilan besar tersebut sepatutnya menggugah dan menginspirasi setiap orang untuk terus berusaha. Apalagi tidak akan pernah ada peringatan yang terbuang. Kalaupun tidak bermanfaat untuk merubah perilaku orang lain, peringatan akan bermanfaat sebagai pengingat bagi diri kita sendiri. Lebih-lebih Allah telah mengingatkan juga bahwa tugas manusia menyampaikan saja, adapun beriman atau tidak adalah terserah kepada masing - masing yang menerima.

Dan dijamin, setiap peringatan akan bermanfaat bagi orang-orang yang beriman. Sedangkan bagi orang-orang yang ingkar, diperingatkan atau tidak, sama saja tidak akan mau berubah. Ukuran ini bisa menjadi alat penilai bagi kita untuk mengenal diri sendiri dan orang lain: termasuk orang-orang yang mudah dan mau menerima peringatan kita atau kepada mereka yang memang tidak mau menerima peringatan dan atau golongan orang yang ingkar

“Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman” (QS. Adz Dzariyat: 55).

Wallahu A'lam

Kemauan Untuk Berubah Sampai Kapan

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
Ketidak-adilan, keangkuhan, suka menghasut, gemar mencelakakan orang lain, dan kesewenang-wenangan, telah berlangsung sekian lama di dalam diri dan sekitar tempat kita berada. Dan bahkan hingga sekarang masih tak kurang dahsyatnya. Padahal sudah berulangkali kita membaca dan mendengar firman-firman Allah, juga hadits-hadits dari Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam, serta nasehat-nasehat dari ulama, yang melarang semua sikap dan perbuatan tersebut. Namun, tidak sedikit dari kita yang masih bertahan, tidak juga mau berubah.

Berbeda dengan Umar bin Khattab yang sebelum menjadi muslim hanya sekali mendengar lantunan ayat Alquran, langsung berubah hatinya yang pada awalnya begitu keras menentang Islam dan Nabi Muhammad, seketika menjadi lembut dan menerima ajaran Islam dengan hati yang tulus. Bahkan, sejak saat itu beliau menjadi pejuang di garis depan yang senantiasa mau mengorbankan waktu hidupnya untuk memperjuangkan setiap ajaran Islam hingga akhir hayatnya.
Lalu bagi kita yang sejak lahir telah menjadi muslim, sampai kapan harus menunggu? 

Sebagaimana lazimnya, perubahan (ke arah yang lebih baik) adalah proses yang memerlukan ketekadan, harus dialami sendiri, dan juga mempunyai gradasi atau tingkatannya. Tingkatan-tingkatan itu yang harus diupayakan dilalui dan terus-menerus. Bukan naik turun sesuka hati, seperti perilaku orang-orang ingkar yang digambarkan oleh Rasulullah dalam sebuah hadits sebagai orang yang pada malamnya beriman, pada siangnya berubah menjadi sebaliknya. 

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib sesuatu kaum kecuali mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS. ar-Ra’du: 11).

Wallahu A'lam

Jangan Putus Asa

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran” (QS. al-Baqarah: 186).

Hidup akan terasa lebih hidup dan menyenangkan bila memiliki harapan-harapan. Sebaliknya, hidup menjadi hambar tak bersemangat bila tak punya harapan. Dan bahkan ada yang ingin segera mengakhiri hidupnya, bila putus harapan atau putus asa. Kalau mencermati ayat di atas, siapapun kiranya tak pantas merasa putus harapan.

Apalagi Allah senantiasa memberi harapan kepada manusia. Siang malam dibuka kesempatan seluas-luasnya bagi manusia untuk bermohon kepadaNya. Bagi orang beriman, akan merasa yakin bahwa pada Allah lah sumber segala rezeki. Bahkan dijanjikan akan dikabulkan, bila dilakukan dengan sungguh-sungguh. Memang ada doa yang tidak atau belum dikabulkan. Bisa jadi doa itu belum memenuhi syarat untuk dikabulkan. Misalnya, tergopoh-gopoh, asal jadi, makan harta haram, tidak ikhlas, dan sejenisnya.

Juga bisa jadi saat itu doanya sudah memenuhi syarat, tetapi Allah masih ingin menguji sejauhmana hambaNya mampu bertahan dalam ujian. Maksudnya, ujian kesabaran, terutama ketika diuji lewat doanya yang sengaja belum dikabulkan dalam beberapa waktu. Dengan kata lain, kita diajak untuk belajar bersabar.

Bisa jadi juga karena belum membina hubungan baik dengan sesama manusia. Sebab, tidak jarang, suatu rezeki kadangkala dititipkan melalui mulut atau tangan orang lain. Sedikit kata yang dikeluarkan dari mulut orang lain, tak tertutup kemungkinan menjadi pembuka jalan bagi upaya meraih rezeki. Apalagi Rasulullah pernah mengingatkan bahwa apabila ingin mendapatkan rezeki, maka tebar salam dan jalin silaturrahim.

Wallahu A'lam

Shalat Taubat Bagi Pelaku Maksiat

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya serta umatnya yang berpegang teguh kepada sunnah-sunnahnya hingga akhir zaman.

Allah adalah Tuhan semesta alam. Dia-lah penguasa langit dan bumi serta apa yang ada di dalamnya. Dia menetapkan takdir bagi semua makhluk-Nya dan menetapkan syariat yang harus mereka jalankan. Dia menetapkan perintah dan larangan yang harus dipatuhi, dan juga menyiapkan balasan bagi keduanya. Siapa yang taat mendapat pahala sedangkan yang bermaksiat mendapat siksa. Sesungguhnya sejak awal Allah menciptakan manusia menyertakan kelemahan dalam diri mereka. Lemah untuk melaksanakan berbagai perintah Allah yang sangat banyak dan lemah dalam meninggalkan semua larangan karena banyaknya sarana yang memikat dan menarik. Orang yang merasa dirinya sempurna dan hebat, tidak akan mau bertaubat kepada Allah, karena merasa dirinya orang suci yang tidak memiliki dosa. Karenanya Allah berfirman:

فَلا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى

"Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa." (QS. Al Najm: 32)

Sesungguhnya taubat adalah kebutuhan seorang hamba yang memahami kewajibannya dan kelemahan dirinya dalam melaksanakan seluruh kewajiban tersebut. Maka banyak sekali kita dapatkan dari ayat-ayat al-Qur'an dan hadits Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang menganjurkan dan memotifasi seorang mukmin untuk bertaubat. Di antaranya,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ يَوْمَ لاَ يُخْزِي اللهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آَمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan nabi dan orang-orang mukmin yang bersamanya." (QS. At-Tahrim: 8)

وَتُوبُوا إِلَى اللهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

"Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." (QS. An-Nur: 31)

أَفَلاَ يَتُوبُونَ إِلَى اللهِ وَيَسْتَغْفِرُونَهُ وَاللهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

"Maka Mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya?. dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Maidah : 74)

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لاَ تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللهِ إِنَّ اللهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

"Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Az-Zumar : 53)

Diriwayatkan dari Abu Sa'id Al-Khudri Radliyallah 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ النَّهَارِ وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ اللَّيْلِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا

"Sungguh Allah 'Azza wa Jalla membentangkan tangan-Nya pada malam hari untuk merima taubat pelaku dosa di siang hari, dan akan membentangkan tangan-Nya pada malam hari untuk menerima taubat pelaku dosa di malam hari." (HR. Imam Muslim)

Diriwayatkan dari Rifa'ah Al-Juhni, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

إِنَّ اللهَ يُمْهِلُ حَتَّى إِذَا ذَهَبَ مِنْ اللَّيْلِ نِصْفُهُ أَوْ ثُلُثَاهُ قَالَ لَا يَسْأَلَنَّ عِبَادِي غَيْرِي مَنْ يَدْعُنِي أَسْتَجِبْ لَهُ مَنْ يَسْأَلْنِي أُعْطِهِ مَنْ يَسْتَغْفِرْنِي أَغْفِرْ لَهُ حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ

"Sungguh Allah akan memberi tangguh, sehingga berlalu setengah atau sepertiga malam, lalu berfirman: 'hambaku tidak meminta kepada selain-Ku, maka siapa saja yang berdoa kepada-Ku pasti kan Ku kabulkan, siapa saja yang meminta kepadaku pasti kan kupenuhi permintaannya, siapa saja yang memohon ampun pada-ku pasti kan kuampuni sehingga terbit faja'." (HR. Imam muslim dan Ibnu Majah)

Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radliyallah 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

لَلَّهُ أَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ حِينَ يَتُوبُ إِلَيْهِ مِنْ أَحَدِكُمْ كَانَ عَلَى رَاحِلَتِهِ بِأَرْضِ فَلاَةٍ فَانْفَلَتَتْ مِنْهُ وَعَلَيْهَا طَعَامُهُ وَشَرَابُهُ فَأَيِسَ مِنْهَا فَأَتَى شَجَرَةً فَاضْطَجَعَ فِي ظِلِّهَا قَدْ أَيِسَ مِنْ رَاحِلَتِهِ فَبَيْنَا هُوَ كَذَلِكَ إِذَا هُوَ بِهَا قَائِمَةً عِنْدَهُ فَأَخَذَ بِخِطَامِهَا ثُمَّ قَالَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ اللَّهُمَّ أَنْتَ عَبْدِي وَأَنَا رَبُّكَ أَخْطَأَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ

"Sungguh Allah sangat gembira dengan taubat hambanya ketika bertaubat kepada-Nya, melebihi senangnya seorang hamba yang bepergian dengan kendaraannya di sebuah negeri yang gersang, lalu kendaraannya tadi hilang, padahal bekal makan dan minumnya berada di atasnya, lalu ia patah harapan untuk mendapatkannya, lalu ia berteduh di bawah pohon dengan diliputi kekecewaan. Ketika seperti itu, tiba-tiba kendaraannya berdiri di sampingnya, lalu ia pegang tali kendalinya, kemudian berkata dengan gembiranya : "Ya Allah, Engkau adalah hambaku sedangkan akku adalah tuhan-Mu!! Dia telah melakukan kesalahan karena terlalu gembira." (HR. Muslim)

Sebenarnya ia ingin berkata: "Ya Allah, Engkau Tuhanku dan aku hamba-Mu", tapi lidahnya terbalik seperti di atas karena kegembiraan yang luar biasa. Maka Allah lebih gembira dengan taubat hamba-Nya melebihi kegembiraannya.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallah 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

لَوْ أَخْطَأْتُمْ حَتَّى تَبْلُغَ خَطَايَاكُمْ السَّمَاءَ ثُمَّ تُبْتُمْ لَتَابَ عَلَيْكُمْ

"Seandainya kalian semua melakukan kesalahan (dosa), sehingga dosa kalian mencapai setinggi langit, kemudian kalian bertaubat pasti Allah akan mengampuni kalian." (HR. Ibnu Majah dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam al Shahihah: 2/604)

Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radliyallah 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ

"Setiap anak Adam pasti memiliki kesalahan, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah mereka yang mau bertaubat." (HR. Ibnu Majah dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam al Misykah dan shahih sunan Ibni Majah)

. . . Sesungguhnya taubat adalah kebutuhan seorang hamba yang memahami kewajibannya dan kelemahan dirinya dalam melaksanakan seluruh kewajiban. . .

Syarat Pokok Taubat

Sementara syarat pokok bagi orang yang bertaubat: Pertama, benar-benar menyesali perbuatan maksiatnya. Kedua, meninggalkan kemaksiatan yang telah dikerjakannya. Ketiga, bertekad kuat untuk tidak mengulanginya jika kesempatan serupa datang kepadanya. Keempat, memperbanyak istighfar (meminta ampunan) kepada Allah Ta'ala. Kelima, mengikutinya dengan amal-amal shalih dengan harapan supaya amal kebaikan itu menghapuskan keburukan-keburukannya.

Disyariatkannya Shalat Taubat

Dengan rahmat Allah yang luas, Dia menjadikan perbuatan dosa sebagai titik tolak untuk mendapatkan ridha-Nya. Yaitu dengan bertaubat kepada-Nya. Bahkan Dia menjadikan kegiatan taubat dari dosa sebagai sarana mendekatkan diri kepada-Nya. Karenanya, Dia Subhanahu wa Ta'ala mensyariatkan satu amal utama dalam Islam yang bisa dijadikan sarana oleh seorang mudznid (orang yang berdosa) dalam mengharap agar diterima taubatnya, yakni shalat taubat.

Empat Imam Madhab bersepakat atas disyariatkannya shalat taubat. Dasarnya adalah hadits dari Abu Bakar al-Shiddiq Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

مَا مِنْ عَبْدٍ يُذْنِبُ ذَنْبًا فَيُحْسِنُ الطُّهُورَ ، ثُمَّ يَقُومُ فَيُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ ، ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ اللهَ إِلَّا غَفَرَ اللَّهُ لَهُ

"Tidaklah seorang hamba berbuat satu dosa, lalu ia bersuci dengan baik, lalu berdiri untuk shalat dua rakaat, kemudian memohon ampun kepada Allah, melainkan Allah akan mengampuni dosanya."

Kemudian Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam membaca:

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ اللهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ

"Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. [QS. Ali Imran: 1365]." (HR. Abu Dawud no. 1521. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Abi Dawud)

Penulis Shahih Fiqih Sunnah dalam megomentari hadits di atas, "Dalam sanadnya terdapat kelemahan, hanya saja ayat tersebut menguatkan maknanya. Di samping itu, hadits ini juga dishahihkan oleh sebagian ulama." (Shahih Fiqih Sunnah: 2/95)

Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnadnya, dari Abu Darda' Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Siapa yang berwudhu dan memperbagus wudhunya, lalu berdiri shalat dua rakaat atau empat (salah seorang perawi ragu), ia memperbagus dzikir dan khusyu' dalam shalatnya, kemudian beristighfar (meminta ampun) kepada Allah 'Azza wa Jalla , pasti Allah megampuninya." (Para pentahqiq al-Musnad mengatakan: Isnadnya hasan. Syaikh Al-Albani menyebutkannya dalam Silsilah al-Ahadits al-Shahihah, no. 3398). Wallahu Ta'ala A'lam. 

[voa-islam.com]

Bertaubat Dan Minta Maaf

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
Makna memberi maaf sebenarnya ialah engkau mempunyai hak, tetapi engkau melepaskannya, tidak menuntut qishash atasnya atau denda kepadanya. sedangkan makna meminta maaf adalah dalam dirimu ada hak orang lain dan atau engkau mempunyai hutang kepada orang lain, maka kamu harus melunasinya

Setiap manusia pernah melakukan kesalahan. Kesalahan, kekhilafan adalah fitrah yang melekat pada diri manusia. Rasulullah saw bersabda: “Setiap manusia pernah melakukan kesalahan, dan sebaik-baik pelaku kesalahan itu adalah orang yang segera bertaubat kepada Allah SWT”. Ini berarti bahwa namusia yang baik bukan orang yang tidak pernah berbuat salah, tetapi, manusia yang baik adalah manusia yang menyadari kesalahannya dan segera bertaubat kepada-Nya.

Dalam Islam, mampu memaafkan kesalahan orang lain merupakan salah satu ciri orang yang bertaqwa (muttaqin). Allah SWT berfirman : “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu, Allah menyediakan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa. Yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya baik diwaktu lapang atau sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain, Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Al-Imran: 133-134).

Belajar Memaafkan Dari Rasulullah

Setelah pembebasan Makkah (Fardhu Makkah), dihadapan orang-orang yang selama ini gigih memusuhinya, Rasulullah berkata : “Wahai orang-orang Quraisy. Menurut pendapat kamu sekalian apa kira-kira yang akan aku perbuat terhadapmu sekarang? Jawab mereka: “Yang baik-baik. Saudara kami yang pemurah. Sepupu kami yang pemurah.” Mendengar jawaban itu Nabi kemudian berkata: “Pergilah kamu semua, sekarang kamu sudah bebas.” Begitu luruh jiwa Nabi, karena dengan ucapan itu kepada kaum Quraisy dan kepada seluruh penduduk Makkah, beliau telah memberikan amnesty (ampunan) umum. Padahal saat itu nyata mereka tergantung hanya di ujung bibirnya dan kepada wewenangnya atas ribuan bala tentara Muslim yang bersenjata lengkap yang ada bersamanya. Mereka dapat mengikis habis penduduk Makkah dalam sekejap hanya tinggal menurut perintah dari Nabi.

Dengan pengampunan dan pemberi maaf itu, jiwa Nabi telah melampaui kebesaran yang dimilikinya, melampaui rasa dengki dan dendam di hati, menunjukkan bahwa beliau bukanlah manusia yang mengenal permusuhan, atau yang akan membangkitkan permusuhan di kalangan umat manusia. Beliau bukan seorang tiran, yang mau menunjukkan sebagai orang yang berkuasa. 

Padahal Nabi mengenal betul, kejahatan orang-orang yang diampuninya itu. Siapa-siapa di antara mereka yang berkomplot untuk membunuhnya, yang telah menganiayanya dan menganiaya para pengikutnya. Mereka melemparinya dengan kotoran bahkan dengan batu saat mengajak manusia ke jalan Allah. Begitu pemaafnya Rasulullah sekalipun itu kepada orang yang selalu menebar permusuhan, meneror dan mengancam keselamatannya. Rasulullah begitu pemaaf, Tuhan juga Maha mengampuni kesalahan hamba-Nya. 

Lantas apakah kita manusia susah dan atau sulit serta tidak mau memberikan ma’af  serta terus menerus dalam kebencian , kedengkian dan permusuhan ?

Quraish Shihab dalam Membumikan Al-Quran menjelaskan: Kata maaf berasal dari bahasa Al-Quran alafwu yang berarti “menghapus” karena yang memaafkan menghapus bekas-bekas luka di hatinya. Bukanlah memaafkan namanya, apabila masih ada tersisa bekas luka itu didalam hati, bila masih ada dendam. Boleh jadi, ketika itu apa yang dilakukan masih dalam tahaf “menahan amarah”. Usahakanlah untuk menghilangkan noda-noda itu, sebab dengan begitu kita baru bisa dikatakan telah memaafkan orang lain.

Islam mengajak manusia untuk saling memaafkan. Dan memberikan posisi tinggi bagi pemberi maaf. Karena sifat pemaaf merupakan bagian dari akhlak yang sangat luhur, yang harus menyertai seorang Muslim yang bertakwa. 

Allah swt berfirman: “…Maka barangsiapa yang memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas tanggungan Allah.” (Q.S.Asy-Syura : 40). Dari Uqbah bin Amir, dia berkata: “Rasulullah SAW bersabda, “wahai Uqbah, bagaimana jika kuberitahukan kepadamu tentang akhlak penghuni dunia dan akhirat yang paling utama? Hendaklah engkau menyambung hubungan persaudaraan dengan orang yang memutuskan hubungan denganmu, hendaklah engkau memberi orang yang tidak mau memberimu dan maafkanlah orang yang telah mendzalimimu.” (HR.Ahmad, Al-Hakim dan Al-Baghawy).

Al-Quran memang menetapkan, bahwa seseorang yang diperlakukan secara zalim diizinkan untuk membela diri tapi bukan didasarkan balas dendam. Pembelaan diri dilakukan dengan penuh simpati seraya menunjukan perangai yang luhur, bersabar, memaafkan dan toleran. Ketika Matsah yang dibiayai hidupnya oleh Abu Bakar menyebarkan gosip yang menyangkut kehormatan putrinya Aisyah yang juga istri Nabi. Abu Bakar bersumpah tidak akan membiayainya lagi. Tapi, Allah melarangnya sambil menganjurkan untuk memberika maaf dan berlapang dada.(Q.S. an-Nur : 22).

Lantas bagaimana jika seandainya kita ingin meminta maaf kepada seseorang namun seseorang tersebut telah meninggal dunia...? Apakah Allah Mengampuni Kita Jika Kita Tidak Sempat Meminta Maaf Kepada Orang yang Sudah Meninggal ?

Kalau tidak sempat meminta maaf karena yang bersangkutan telah meninggal dunia, atau sebab lain, Anda mendoakannya merupakan salah satu cara yang semoga dapat meluluhkan hati yang teraniaya sehingga tidak menuntut. 

Hal itu bisa juga dilakukan dengan jalan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wata'ala dengan memperbanyak membaca istighfar dan memperbanyak amal shalih dan kebajikan sambil berdoa sebagaimana diajarkan Nabi Saw, yaitu, “Ya Allah, sesungguhnya ada dosa yang aku lakukan terhadap-Mu dan ada juga terhadap hamba-hamba-Mu. Apa yang terhadap-Mu kumohonkan kiranya Engkau ampuni, dan apa yang terhadap hamba-hamba-Mu kumohon kiranya Engkau ambil dariku.” 

Khusus kepada yang bersangkutan disini admin mengambil dasar sama halnya seperti hutang piutang, dimana jika kita memiliki hutang kepada seseorang sampai seseorang tersebut meninggal dunia maka haq harta tersebut adalah kemudian akan jatuh kepada ahli warisnya (keluarganya , baik istri , ayah , anak , saudara atau mereka yang masih dalam lingkaran muhrim).

Meskipun nantinya tidak otomatis menghapus dan atau mendapatkan ampunan dari yang bersangkutan (karena tidak ada dosa turunan)  setidaknya kita telah berusaha untuk berbuat sebaik-baiknya dan mengakui segala khilaf dan dosa yang pernah kita lakukan. dan barang siapa yang bersungguh sungguh bertaubat dan tidak mengulangi perbuatan jeleknya Insya Allah , Allah Maha Penerima Taubat. 

Selain itu hal tersebut juga dapat mempererat tali silaturahmi yang mungkin dimasa sebelumnya terputus karena kesalahan antar keluarga , sehingga nantinya diharapkan ukhuwah islamiyah akan kembali terjaga setelah adanya pengakuan dan permohonan maaf yang tulus.

Wallaahu A’lam.

Ya Allah, sesungguhnya ada dosa yang aku lakukan terhadap-Mu dan ada juga terhadap hamba-hamba-Mu.

Apa yang terhadap-Mu kumohonkan kiranya Engkau ampuni, dan apa yang terhadap hamba-hamba-Mu kumohon kiranya Engkau ambil dariku,

Ya AllahTerimalah Taubatku dan Ampunilah Diriku, Engkau Maha Penerima Taubat  Engkaulah Sebaik - baiknya Pemberi Ampunan 

Kalau ada pendapat yang lebih berilmu…. tentu akan sangat bermaafat bagi kita semua…. silahkan mengomentarinya… menambahkannya… mengkoreksinya….

Seseorang Telah Meminta Adzab

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
"Seseorang telah meminta kedatangan azab yang akan menimpa, orang-orang kafir, yang tidak seorangpun dapat menolaknya, yang datang dari Allah, Yang mempunyai tempat-tempat naik. 

Malaikat-malaikat dan Jibril naik menghadap kepada Tuhan 
dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun (menurut perjalanan manusia) 
Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik. 

Sesungguhnya mereka memandang siksaaan itu jauh mustahil. 
Sedangkan Kami memandangnya dekat mungkin terjadi" 

Al Quran Surah Al Ma´aarij




Berdo'a Dan Bermunajat Kepada Allah

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
Untuk dapat merasakan kedekatan dengan Allah, terutama ketika kita berdoa dan bermunajat, renungkanlah nikmat-nikmat yang telah diberikan-Nya kepada kita. Dari yang terkecil, hingga yang terbesar. Renungkan pula saat-saat kita sakit atau terkena musibah, lalu kita sembuh atau selamat. Siapa yang menyembuhkan dan menyelamatkan kita..?

Renungkan saat-saat kita membutuhkan sesuatu, lalu dengan satu dan lain cara kebutuhan itu pun terpenuhi. Siapa yang memenuhi kebutuhan kita itu?

Yang tidak kalah pentingnya, dalam berdoa hendaknya kita mengerti apa yang kita panjatkan, karena dengan mengerti apa yang kita panjatkan, kita akan terbawa ke dalam suasana dialog dengan Nya. Kita seolah-olah sedang berbicara kepada Nya. Maka tidak heran kalau banyak orang berdoa sambil meneteskan air mata, karena merasakan betul bahwa Allah Maha Mendengar, Melihat dan Maha Mengetahui , sehingga timbul keyakinan bahwasanya kita sedang berhadap - hadapan dengan-Nya.

"Bila malam mulai merayap menuju tengahnya, senantiasalah hamba - hamba Allah yang shalih itu bangkit dari tidurnya untuk shalat malam , Berdo'a dan bermunajat kepada Allah"

Aku tahu ya Rabb, rizkiku tak mungkin diambil orang lain, maka hatiku tenang. Amal-amalku tak mungkin diambil orang, maka aku sibukkan diriku untuk beramal.

Aku tahu Engkau senantiasa melihat ku, dan Mengawasi ku  maka aku malu bila Engkau mendapatkanku senantiasa sedang maksiat.

Aku tahu bahwa kematian menantiku, maka aku persiapkan bekal untuk berjumpa dengan Mu, maka aku bermunajat kepada-Mu, khusnul khatimahkan diakhir hayatku.

Ya Rabb, hamba memohon kepada-Mu agar mensucikan hati ini dari kotoran dengki dan iri hati, kecenderungan kepada keburukan dan nista, penyakit dendam dan benci,

Serta tanamkanlah rasa cinta dan kasih sayang ke dalam hati kami, penuhilah dengan kebaikan dan anugrah, serta segerakanlah dengan perasaan belas kasihan.

Aamiin.


"Ingatlah hari dimana Allah mengumpulkan kamu pada hari pengumpulan, itulah hari dinampakkan kesalahan-kesalahan. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan beramal saleh, niscaya Allah akan menutupi kesalahan-kesalahannya dan memasukkannya ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. 
Itulah keberuntungan yang besar"

( At Taghaabun : 9)

Ya Allah, Janganlah Kau Putuskan Aku Dari Rahmat-Mu

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
Di zaman Nabi Musa ada seorang fasik yang suka melakukan kejahatan. Penduduk negeri tersebut tidak mampu lagi mencegah perbuatannya, lalu mereka berdoa kepada Allah. Maka Allah telah mewahyukan kepada Nabi Musa supaya mengusir pemuda itu dari negerinya agar penduduknya tidak ditimpa bencana. Lalu keluarlah pemuda tersebut dari kampungnya dan sampai disuatu kawasan yang luas, dimana tidak seekor burung atau manusia pun di situ.

Selang beberapa hari pemuda itu jatuh sakit. Merintihlah ia keseorangan, lalu berkata: "Wahai Tuhanku, kalaulah ibuku, ayahku dan isteriku berada di sisiku sudah tentu mereka akan menangis melihat waktu akan memisahkan aku dengan mereka (mati). Andaikata anak-anakku ada di sisi pasti mereka berkata: "Ya Allah, ampunilah ayah kami yang telah banyak melakukan kejahatan sehingga ia diusir dari kampungnya ke tanah lapang yang tidak berpenghuni dan keluar dari dunia menuju akhirat dalam keadaan putus asa dari segala sesuatu kecuali rahmat-Mu ya Allah."

Akhir sekali pemuda itu berkata: Ya Allah, janganlah Kau putuskan aku dari rahmat-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Berkuasa terhadap sesuatu." Setelah berkata demikian maka matilah pemuda itu.

Kemudian Allah mewahyukan kepada Nabi Musa, "Pergilah kamu ke tanah lapang di sana ada seorang wali-Ku telah meninggal. Mandikan, kapankan dan sembahyangkanlah dia." Setiba di sana Nabi Musa mendapati yang mati itu adalah pemuda yang diusirnya dahulu. Lalu Nabi Musa berkata: "Ya Allah, bukankah dia ini pemuda fasik yang Engkau suruh aku usir dahulu." 

Allah berfirman: "Benar. Aku kasihan kepadanya disebabkan rintihan sakitnya dan berjauhan dari kaum keluarganya. Apabila seseorang yang tidak mempunyai saudara mati, maka semua penghuni langit dan bumi akan sama menangis kerana kasihan kepadanya. Oleh kerana itu bagaimana Aku tidak mengasihaninya sedangkan Aku adalah zat Yang Maha Penyayang di antara penyayang."

Allah Maha Pengampun

Hukum dan Hal Hal Yang Dianjurkan Pada Shalat Jum'at

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
Hukum Salat Jumat

Shalat Jumat merupakan kewajiban setiap muslim laki-laki. Hal ini tercantum dalam Al Qur'an dan Hadits berikut ini :

Al Qur'an Al Jumu'ah ayat 9 yang artinya : "Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu diseru untuk melaksanakan salat pada hari Jumat, maka bersegeralah mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli, dan itu lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui."

"Hendaklah orang-orang itu berhenti dari meninggalkan salat Jum’at atau kalau tidak, Allah akan menutup hati mereka kemudian mereka akan menjadi orang yang lalai." (HR. Muslim)

"Sungguh aku berniat menyuruh seseorang (menjadi imam) salat bersama-sama yang lain, kemudian aku akan membakar rumah orang-orang yang meninggalkan salat Jum’at.” (HR. Muslim)

"Salat Jum’at itu wajib bagi tiap-tiap muslim, dilaksanakan secara berjama’ah terkecuali empat golongan, yaitu hamba sahaya, perempuan, anak kecil dan orang yang sakit." (HR. Abu Daud dan Al-Hakim, hadits shahih)

Tata Cara Shalat Jum’at Adapun tata cara pelaksanaan salat Jum’at, yaitu :
  • Pada beberapa masjid mengumandangkan Adzan Dzuhur sebagai adzan pertama
  • Khatib naik ke atas mimbar setelah tergelincirnya matahari (waktu dzuhur), kemudian memberi salam dan duduk.
  • Muadzin mengumandangkan adzan sebagaimana halnya adzan dzuhur. Pada beberapa masjid adzan ini adalah adzan kedua.
  • Khutbah pertama: Khatib berdiri untuk melaksanakan khutbah yang dimulai dengan hamdalah dan pujian kepada Allah SWT serta membaca shalawat kepada Rasulullah SAW. Kemudian memberikan nasihat kepada para jama’ah, mengingatkan mereka dengan suara yang lantang, menyampaikan perintah dan larangan Allah SWT dan RasulNya, mendorong mereka untuk berbuat kebajikan serta menakut-nakuti mereka dari berbuat keburukan, dan mengingatkan mereka dengan janji-janji kebaikan serta ancaman-ancaman Allah Subhannahu wa Ta'ala.
  • Khatib duduk sebentar diantara dua khutbah
  • Khutbah kedua : Khatib memulai khutbahnya yang kedua dengan hamdalah dan pujian kepadaNya. Kemudian melanjutkan khutbahnya dengan pelaksanaan yang sama dengan khutbah pertama sampai selesai
  • Khatib kemudian turun dari mimbar. Selanjutnya muadzin melaksanakan iqamat untuk melaksanakan salat. Kemudian memimpin salat berjama'ah dua rakaat dengan mengeraskan bacaan
Hal-hal yang dianjurkan Pada salat Jumat setiap muslim dianjurkan untuk memperhatikan hal-hal berikut :
  • Mandi, berpakaian rapi, memakai wewangian dan bersiwak (menggosok gigi).
  • Meninggalkan transaksi jual beli ketika adzan sudah mulai berkumandang.
  • Menyegerakan pergi ke masjid.
  • Melakukan salat-salat sunnah di masjid sebelum salat Jum’at selama Imam belum datang.
  • Tidak melangkahi pundak-pundak orang yang sedang duduk dan memisahkan/menggeser mereka.
  • Berhenti dari segala pembicaraan dan perbuatan sia-sia apabila imam telah datang.
  • Hendaklah memperbanyak membaca shalawat serta salam kepada Rasulullah SAW pada malam Jum’at dan siang harinya
  • Memanfaatkannya untuk bersungguh-sungguh dalam berdoa karena hari Jumat adalah waktu yang mustajab untuk dikabulkannya doa.
Sumber Hadist lainnya terkait shalat jum'at 

Beberapa Hadist Terkait Shalat Jum'at

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
Berikut adalah beberapa tambahan sumber dalam Hadits berkenaan dengan salat Jumat dan hari Jumat :

"Mandi, mencabut bulu-bulu tak perlu, memakai siwak, mengusapkan parfum sebisanya pada hari Jumat dianjurkan pada setiap laki-laki yang telah baligh." (Muttafaq 'alaih)

"Barangsiapa yang mandi pada hari Jum’at seperti mandi jinabat, kemudian dia pergi ke masjid pada saat pertama, maka seakan-akan dia berkurban dengan seekor unta dan siapa yang berangkat pada saat kedua, maka seakan-akan ia berkurban dengan seekor sapi, dan siapa yang pergi pada saat ketiga, maka seakan-akan dia berkurban dengan seekor domba yang mempunyai tanduk, dan siapa yang berangkat pada saat keempat, maka seakan-akan dia berkurban dengan seekor ayam, dan siapa yang berangkat pada saat kelima, maka seolah-olah dia berkurban dengan sebutir telur, dan apabila imam telah datang, maka malaikat ikut hadir mendengarkan khutbah." (Muttafaq ‘alaih)

"Tidaklah seseorang mandi pada hari Jum’at dan bersuci sebisa mungkin, kemudian dia memakai wangi-wangian atau memakai minyak wangi, lalu pergi ke masjid dan (di sana) tidak memisahkan antara dua orang (yang duduk berjajar), kemudian dia salat yang disunnahkan baginya, dan dia diam apabila imam telah berkhutbah, terkecuali akan diampuni dosa-dosanya antara Jum’at (itu) dan Jum’at berikutnya selama dia tidak berbuat dosa besar." (HR. Al-Bukhari)

"Perbanyaklah membaca shalawat kepadaku pada hari Jum’at, sesungguhnya tidak seorang pun yang membaca shalawat kepadaku pada hari Jum’at kecuali diperlihatkan kepadaku shalawatnya itu." (HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi)

"Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka dia akan mendapat cahaya yang terang di antara kedua Jum’at itu." (HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi, hadits shahih)

"Sesungguhnya pada hari Jum’at ada saat yang apabila seorang hamba muslim mendapatinya sedang dia dalam keadaan salat dan memohon kebaikan kepada Allah niscaya Allah akan mengabulkannya." (HR. Muslim)

Pencuri Dan Ahli Ibadah

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
Di zaman Nabi Musa a.s. ada seorang hamba Allah yang kerjanya mencuri. Sudah 40 tahun dia menjalani pekerjaan sebagai pencuri dan selalu mencuri. Suatu hari, dia terlihat Nabi Musa a.s. sedang berjalan. Terlintas di hatinya untuk berjalan bersama Nabi Musa a.s. Katanya; “ Kalau aku dapat berjalan bersama Nabi Musa, mudah-mudahan ada juga berkatnya untuk aku.”

Tetapi setelah difikirkannya semula, dia tidak jadi melangsungkan niatnya itu. Dia berkata, “Aku ini pencuri. Manalah layak pencuri macam aku ini berjalan bersama seorang nabi.” Sejurus kemudian, dia terlihat pula seorang abid berlari-lari mengejar Nabi Musa a.s. dari belakang. Si abid ini telah beribadah secara istiqamah selama 40 tahun dan dikenali orang. Si pencuri itu berkata di dalam hatinya, “Baik aku berjalan bersama si abid ini. Moga-moga ada juga baiknya untuk aku.”

Lantas si pencuri menghampiri si abid dan meminta kebenaran untuk berjalan bersamanya. akan tetapi si abid justru terkejut dan merasa takut kepada pencuri itu. Dia berkata di dalam hatinya, “Celaka aku! Kalau si pencuri ini berjalan bersama aku, takut-takut nanti rusak segala kebaikan dan amalanku.”

Si abid terus berlari supaya si pencuri tidak ikut, namun Si pencuri tadi terus mengikut si abid karena hendak berjalan bersamanya. Akhirnya mereka berdua sampai kepada Nabi Musa a.s.

Nabi Musa a.s. berpaling dan bersabda kepada mereka berdua, “ Aku baru saja mendapat wahyu dari Allah Ta'ala supaya memberitahu kamu berdua bahwa segala amalan baik dan buruk kamu telah dimansuhkan oleh Allah.” Maka terkejutlah si abid dan si pencuri tadi. Berbahagialah si pencuri kerana segala dosanya mencuri selama 40 tahun telah diampunkan oleh Allah. Celaka dan dukacitalah si abid kerana segala amalan dan ibadahnya selama 40 tahun telah ditolak dan tidak diterima oleh Allah.

Rupa-rupanya si pencuri itu, walaupun kerjanya mencuri, dia tidak suka akan perbuatannya itu. Dia miskin dan tanggungannya banyak. Masyarakat ketika itu sudah rosak dan orang kaya enggan membantu fakir miskin. Dia mencuri kerana terpaksa. Oleh itu, setiap kali dia mencuri, dia amat merasa bersalah dan berdosa. Jiwanya terseksa dan menderita. Selama 40 tahun dia menanggung rasa berdosa itu dan selama itu juga jiwanya parah menanggung derita. Selama 40 tahun hatinya merintih meminta belas kasihan, keampunan dan mengharapkan kasih sayang Tuhan.

Si abid pula, amat yakin ibadahnya mampu menyelamatkannya, dia yakin ibadahnya akan dapat membeli Syurga. Setiap kali dia beribadah, dia rasa dirinya bertambah baik. Setiap kali dia beribadah, dia rasa dirinya bertambah mulia. Selama 40 tahun si abid ini mendidik hatinya supaya merasa lebih baik dan lebih mulia setiap kali dia membuat ibadah. Hingga dia rasa tidak layak bergaul, inikan pula berjalan bersama orang yang hina dan berdosa dia rasa dia hanya layak berjalan bersama para Nabi.

Maha Suci Allah yang mengetahui segala isi hati manusia. Yang tidak melihat akan amalan-amalan lahir tetapi apa yang ada di dalam hati. Yang menilai hamba-Nya mengikut apa yang termampu oleh hamba-Nya dan tidak lebih dari itu. Yang menguji manusia dengan kesusahan dan nikmat untuk mengetahui siapa di kalangan hamba-hamba-Nya yang benar-benar berjiwa hamba dan merasa bahwa Allah itu Tuhannya.

إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ

وَلَكِنْ

يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ

وَأَعْمَالِكُمْ

Wallahu A'lam

Khalifah Telah Gila

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
Memang betul, Khalifah Umar bin Khaththab telah berubah ingatan. Banyak yang melihatnya dengan mata kepala sendiri. Barangkali karena Umar di masa mudanya sarat dengan dosa, seperti merampok, mabuk-mabukkan, malah suka mengamuk tanpa berperi kemanusiaan, sampai orang tidak bersalah banyak yang menjadi korban. Itulah yang mungkin telah menyiksa batinnya sehingga ia ditimpa penyakit jiwa.

Dulu Umar sering menangis sendirian sesudah selesai menunaikan sholat. Dan tiba-tiba ia tertawa terbahak-bahak, juga sendirian. Tidak ada orang lain yang membuatnya tertawa. Bukankah hal itu merupakan isyarat yang jelas bahwa Umar bin Kaththab sudah gila ?

Abdurrahman bin Auf, sebagai salah seorang sahabat Umar yang paling akrab, merasa tersinggung dan sangat murung mendengar tuduhan itu. Apalagi, hampir semua rakyat Madinah telah sepakat menganggap Umar betul-betul sinting. Dan, sudah tentu, orang sinting tidak layak lagi memimpin umat atau negara.

Yang lebih mengejutkan rakyat, pada waktu melakukan sholat Jumaat yang lalu, ketika sedang berada di mimbar untuk membacakan khutbahnya, sekonyong-konyong Umar berseru, "Hai sariah, hai tentaraku. Bukit itu, bukit itu, bukit itu!" Jemaah pun geger. Sebab ucapan tersebut sama sekali tidak ada kaitannya dengan isi khutbah yang disampaikan. "Wah, khalifah kita benar-benar sudah gila," gumam rakyat Madinah yang menjadi makmum sholat Jumat hari itu.

Tetapi Abdurrahman tidak mahu bertindak gegabah, ia harus tahu betul, apa sebabnya Umar berbuat begitu. Maka didatanginya Umar, dan ditanyainya, "Wahai Amirul Mukminin. Mengapa engkau berseru-seru di sela-sela khutbah engkau seraya pandangan engkau menatap kejauhan?" Umar dengan tenang menjelaskan, "Begini, sahabatku. Beberapa pekan yang lewat aku mengirimkan Suriah, pasukan tentara yang tidak kupimpin langsung, untuk membasmi kaum pengacau. Tatkala aku sedang berkhutbah, kulihat pasukan itu dikepung musuh dari segala penjuru. Kulihat pula satu-satunya benteng untuk mempertahankan diri adalah sebuah bukit dibelakang mereka. Maka aku berseru: bukit itu, bukit itu, bukit itu!"

Setengah tidak percaya, Abdurrahman megerutkan kening. "Lalu, mengapa engkau dulu sering menangis dan tertawa sendirian selesai melaksanakan sholat fardhu?" tanya Abdurrahman pula. Umar menjawab, "Aku menangis kalau teringat kebiadabanku sebelum Islam. Aku pernah menguburkan anak perempuanku hidup-hidup. Dan aku tertawa jika teringat akan kebodohanku. Kubuat patung dari tepung gandum dan kusembah-sembah seperti Tuhan, bila ku lapar ku makan 'Tuhan' ku itu".

Abdurrahman lantas mengundurkan diri dari hadapan Khalifah Umar. Ia belum boleh menilai, sejauh mana kebenaran ucapan Umar tadi. Ataukah hal itu justru lebih membuktikan ketidakwarasannya sehingga jawabannya pun kacau balau? Masak ia dapat melihat pasukannya yang terpisah amat jauh dari masjid tempatnya berkhutbah?

Akhirnya, bukti itupun datang tanpa dimintanya. Iaitu manakala sariah yang kirimkan Umar tersebut telah kembali ke Madinah. Wajah mereka berbinar-binar meskipun nyata sekali tanda-tanda kelelahan dan bekas-bekas luka yang diderita mereka. Mereka datang membawa kemenangan.

Komandor pasukan itu, pada hari berikutnya, bercerita kepada masyarakat Madinah tentang dasyatnya peperangan yang dialami mereka. "Kami dikepung oleh tentara musuh, tanpa harapan akan dapat meloloskan diri dengan selamat. Lawan secara beringas menghentam kami dari berbagai penjuru. Kami sudah luluh lantak. Kekuatan kami nyaris terkuras habis. Sampai tibalah saat sholat Jumat yang seharusnya kami kerjakan. Persis kala itu, kami mendengar sebuah seruan ghaib yang tajam dan tegas: "Bukit itu, bukit itu, bukit itu!" Tiga kali seruan tersebut diulang-diulang sehingga kami tahu maksudnya. Serta-merta kami pun mundur ke lereng bukit. Dan kami jadikan bukit itu sebagai pelindung di bagian belakang. Dengan demikian kami dapat menghadapi serangn tentara lawan dari satu arah, yakni dari depan. Itulah awal kejayaan kami."

Abdurrahman mengangguk-anggukkan kepala dengan takjub. Begitu pula masyarakat yang tadinya menuduh Umar telah berubah ingatan. Abdurrahman kemudian berkata, "Biarlah Umar dengan kelakuannya yang terkadang menyalahi adat. Sebab ia dapat melihat sesuatu yang indera kita tidak mampu melihatnya"

Wallahu A'lam
@@@---------------------------------------------------------@@@

Paling Berat Dan Paling Ringan

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
Seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW., "Ya Rasulullah, terangkan kepadaku, apa yang paling berat dan apa yang paling ringan dalam beragama Islam ?"

Nabi bersabda, "Yang paling ringan dalam beragama Islam ialah membaca syahadat atau kesaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah Rasulullah. Sementara yang paling berat adalah hidup jujur (dapat dipercaya). Sesungguhnya, tidak ada agama bagi orang yang tidak jujur. Bahkan, tidak ada shalat dan tidak ada zakat bagi mereka yang tidak jujur." (HR. Ahmad Bazzar)

Yang menarik untuk kita ungkap dari hadits tersebut adalah mengapa posisi kejujuran jauh lebih berat dilakukan dibandingkan dengan mengucapkan dua kalimat syahadat (syahadatain) ? Padahal sejarah mencatat, beberapa sahabat Nabi Muhammad SAW. rela berkorban menerima siksaan, baik secara fisik maupun psikis, sebagai akibat dari keberanian mereka untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Sebagai contoh, seorang budak Habsyi, Bilal bin Rabbah RA. yang dilempar di atas padang pasir yang sangat terik, merelakan dadanya ditindih dengan batu. Sumayyah binti Khayyath, istri Yasir RA., yang juga tercatat sebagai wanita pertama yang syahid dalam Islam mengikhlaskan untuk dipanggang hingga meningggal karena tidak mau kembali dari agama Islam kepada agama nenek moyang mereka.

Yang perlu digarisbawahi adalah dua kalimat syahadat yang diucapkan oleh Sumayyah binti Khayyath, Bilal bin Rabbah, dan para sahabat nabi yang lain, tentu saja tidak lahir dengan spontan. Ada proses yang panjang yang mereka lewati sampai pada akhimya muncul kejujuran untuk mengakui bahwa Allah SWT. dan Muhammad SAW. sebagai Tuhan dan nabi mereka. Kejujuran itu mereka ungkapkan dengan dua kalimat syahadat.

Mengucapkan dua kalimat syahadat menuntut kejujuran dan keikhlasan. Ia bukan sekadar formalitas untuk menjadi Muslim, tetapi lebih jauh dan dalam adalah sebagai bukti keyakinan yang kuat dan kejujuran yang sempurna serta keikhlasan yang dalam untuk menerima Islam sebagai sistem hidup. Bila seorang Muslim jujur dalam menerima syahadat ini, tidak akan terjadi penolakan terhadap hukum-hukum yang Allah sudah tetapkan.

Rasulullah SAW. bersabda, "Tidak ada seorang hamba yang mengucapkan Laa ilaaha illallah kemudian mati dengan komitmen padanya melainkan ia masuk surga." (HR. Bukhari)

Artinya, mengucapkan dua kalimat syahadat merupakan amalan yang mudah untuk dilakukan. Yang sulit adalah menumbuhkan kejujuran dan keikhlasan ketika mengucapkan dua kalimat syahadat tersebut. Untuk memperkuat argumentasi bahwa kejujuran merupakan amalan yang paling berat dalam beragama Islam adalah karena kejujuran adalah kunci dari segala kebaikan. Artinya, ketika seseorang sudah bisa berlaku jujur, ia akan menjadi orang baik. Sebaliknya, jika seseorang sudah nyaman berada dalam ketidakjujuran, maka dapat dipastikan bahwa orang tersebut akan terjerembab dalam kemaksiatan dan keterpurukan.

Rasulullah SAW. bersabda, "Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta." (HR. Bukhari-Muslim dari Ibnu Mas'ud)

Dalam kaitannya dengan kejujuran ini, ada seorang sahabat yang baru masuk Islam. Sebelumnya ia dikenal sebagai ahli maksiat; berzina, berjudi, merampok, dan lain-lain. Dengan sangat jujur dia ceritakan perbuatannya ini di hadapan Rasulullah. Setelah Rasulullah memahami apa yang ia kisahkan itu, beliau memberi fatwa kepada sahabat ini dengan satu kalimat pendek, "Jangan berbohong !"

Awalnya, ia menganggap begitu sepele permintaan Rasulullah ini. Namun ternyata, implikasinya begitu luar biasa karena mampu membebaskannya dari segala perbuatan dosa. Setiap ada keinginan berbuat dosa ia selalu teringat pada nasihat Rasulullah SAW. Sementara untuk berkata jujur bahwa ia telah berbuat kejahatan, ia malu dengan dirinya sendiri. Akhirnya, dengan kesadaran penuh ia pun meninggalkan segala perbuatan dosa dan menjadi pengikut setia Rasulullah SAW.

Kisah di atas memberikan gambaran kepada kita tentang pentingnya sebuah kejujuran. Rasulullah SAW. sudah bisa memprediksi kalau seseorang mempunyai sifat khianat, tidak amanah, tidak jujur, gemar berdusta, ia akan jatuh dalam perbuatan dosa dan tenggelam dalam keterpurukan. Apalagi kalau sifat khianat, tidak jujur, dan gemar berdusta ini dilakukan secara kolektif oleh para pemegang kekuasaan di sebuah negara, sudah dapat dipastikan negara tersebut akan terjerembab ke dalam jurang keterpurukan yang luar biasa dahsyatnya. Apa yang dikhawatirkan Rasulullah ternyata sedang menimpa hampir seluruh lapisan masyarakat saat ini.

Diseluruh Dunia dan bukan hanya Indonesia sedang dirundung krisis multidimensi; krisis ekonomi, krisis kepemimpinan, krisis moral, krisis politik, dan berbagi krisis lainnya. Krisis multidimensi inilah yang menyebabkan bangsa bangsa terpuruk. Salah satu sumber keterpurukan tersebut adalah sifat tidak amanah, tidak jujur, dan gemar berdusta yang sudah mendarah daging dan berurat akar pada sebagian anak bangsa.

Sifat tidak amanah, tidak jujur, gemar berdusta, curang, dan sifat rakus, diduga telah merasuki segala ranah kehidupan, mulai institusi negeri, swasta, hingga rakyat jelata. Lebih memprihatinkan lagi seolah telah menjadi tradisi. Dipicu oleh materi, terutama yang bernama uang, membuat orang sukar berpikir jernih dan berkata jujur. Institusi yang seharusnya bersih dan berwibawa, dicederai oknum di dalamnya, seakan terbenam dalam "permainan kotor", membuat kepercayaan publik kian memudar.

Di kalangan birokrat, gratifikasi telah membuat beberapa pejabat publik gamang mengutamakan nasib publik. Ada tradisi seolah hal lumrah, pegawai di lapangan, kalau tak ada "uang rokok", ajuan pembuatan KTP atau administrasi lebih sering jalan di tempat dari yang semestinya.

Di kalangan swasta, oknum kontraktor "biasa" mengerjakan projek jauh di bawah spek yang disepakati, akibatnya banyak bangunan roboh dengan umur jauh diperkirakan. Kontraktor beralasan, semua ini dilakukan untuk menutupi "biaya siluman" yang mesti dikeluarkan sebelumnya.

Kehidupan rakyat jelata pun turut terkontaminasi. Beberapa pedagang di pasar suka nakal mengoplos barang bagus dengan barang bermutu rendah, "bermain-main" dengan timbangan, bahkan tidak sedikit dari mereka yang berani memperjualbelikan ayam tiren atau mencampurkan daging celeng untuk dijual tanpa lagi mempersoalkan halal-haram atau benar-salah.

Gurita ketidakjujuran kolektif yang disinyalir menjadi penyebab bangsa-bangsa didunia dan tidak hanya di Indonesia selalu berada dalam keterpurukan yang mustinya itulah yang harus kita putus sekarang juga. Hal itu tentu saja harus dilakukan mulai dari lingkungan terkecil. Mulai dari diri kita, keluarga, tetangga, lingkungan tempat kerja, dan seterusnya

Perubahan besar biasanya diawali dari hal-hal kecil, namun ... acapkali hal tersebut hanya akan menjadi isapan jempol semata, dan hanya akan berjalan beberapa waktu saja, dan seperti itulah adanya, manusia adalah umat yang satu dan satu sama lain saling mempengaruhi, apa yang orang lakukan di jawa , di sumatra, dikalimantan dan atau bahkan dinegara lain akan saling mempengaruhi, dan tidak bisa tidak terutama dimasa dan era globalisasi seperti sekarang ini.

Bersatu ......!! atau tetap seperti sediakala....! dan biarlah....... ?

At Taubah

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
Surat At Taubah terdiri atas 129 ayat termasuk golongan surat-surat Madaniyyah. Surat ini dinamakan At Taubah yang berarti pengampunan berhubung kata At Taubah berulang kali disebut dalam surat ini. Dinamakan juga dengan Baraah yang berarti berlepas diri yang di sini maksudnya pernyataan pemutusan perhubungan, disebabkan kebanyakan pokok pembicaraannya tentang pernyataan pemutusan perjanjian damai dengan kaum musyrikin.


Di samping kedua nama yang masyhur itu ada lagi beberapa nama yang lain yang merupakan sifat dari surat ini. Berlainan dengan surat-surat yang lain, maka pada permulaan surat ini tidak terdapat basmalah, karena surat ini adalah pernyataan perang dengan arti bahwa segenap kaum muslimin dikerahkan untuk memerangi seluruh kaum musyrikin, sedangkan basmalah bernafaskan perdamaian dan cinta kasih Allah.

Surat ini diturunkan sesudah Nabi Muhammad s.a.w. kembali dari peperangan Tabuk yang terjadi pada tahun 9 H. Pengumuman ini disampaikan oleh Saidina 'Ali r.a. pada musim haji tahun itu juga.

Selain daripada pernyataan pembatalan perjanjian damai dengan kaum musyrikin itu, maka surat ini mengandung pula pokok-pokok isi sebagai berikut:

1. Keimanan : Allah selalu menyertai hamba-hamba-Nya yang beriman; pembalasan atas amalan-amalan manusia hanya dari Allah; segala sesuatu menurut sunnatullah; perlindungan Allah bagi orang-orang yang beriman; kedudukan Nabi Muhammad s.a.w. di sisi Allah.

2. Hukum-hukum : Kewajiban menafkahkan harta; macam-macam harta dalam agama serta penggunaannya; jizyah; perjanjian dan perdamaian; kewajiban umat Islam terhadap Nabinya; sebab-sebab orang Islam melakukan perang total; beberapa dasar politik kenegaraan dan peperangan dalam Islam.

3. Kisah-kisah : Nabi Muhammad s.a.w. dengan Abu Bakar r.a. di suatu gua di bukit Tsur ketika hijrah; perang Hunain (perang Authas atau perang Hawazin); perang Tabuk.

4. Lain-lain : Sifat-sifat orang yang beriman dan tingkatan-tingkatan mereka.

Surat At-Taubah mengandung pernyatan pembatalan perjanjian damai pleh Nabi Muhammad s.a.w. dengan kaum musyrikin, karena mereka tidak memenuhi syarat-syarat perjanjian damai pada perjanjian Hudaibiyyah. Selanjutnya Surat At Taubah mengandung hukum peperangan dan perdamaian, hukum kenegaraan, keadaan Nabi Muhammad s.a.w. di waktu hijrah, dan kewajiban menafkahkan harta dan orang-orang yang berhak menerimanya.
Wallahu A'lam

Bertobat, Beriman Dan Mengerjakan Amal Shaleh

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
Orang-orang beriman bercita-cita memperoleh keridhaan, kasih sayang, dan surga Allah. Namun, manusia diciptakan dalam keadaan lemah dan lupa sehingga manusia melakukan banyak kesalahan dan memiliki banyak kelemahan. Allah Yang Maha Mengetahui keadaan hamba-hamba-Nya dan Maha Pengasih dan Penyayang memberitahukan kita bahwa Dia akan menghapus perbuatan buruk dari hamba-Nya yang ikhlas dan akan memberikan kepada mereka pemeriksaan yang mudah :

"Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada kaumnya dengan gembira." (Q.s. al-Insyiqaq: 7-9).

Tentu saja Allah tidak mengubah perbuatan buruk setiap orang menjadi kebaikan. Adapun sifat orang-orang beriman yang perbuatan buruknya dihapus Allah dan diampuni-Nya diberitahukan dalam al-Qur'an  Orang-orang yang Menjauhi Dosa-dosa Besar, dalam sebuah ayat Allah menyatakan :

"Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang kamu dilarang mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia." (Q.s. an-Nisa': 31).

Orang-orang yang beriman yang mengetahui fakta ini berbuat dengan sangat hati-hati dengan memperhatikan batas-batas yang ditetapkan Allah, dan mereka menghindari hal-hal yang dilarang. Jika mereka melakukan kesalahan karena kealpaannya, mereka segera berpaling kepada Allah, bertobat, dan memohon ampunan. Allah memberitahukan kita dalam al-Qur'an tentang hamba-hamba-Nya yang tobatnya akan diterima. Dalam hal ini, jika kita mengetahui perintah Allah, namun dengan sengaja kita melakukan dosa dan berkata, "Tidak apa-apa, apa pun yang terjadi saya akan diampuni." Perkataan ini benar-benar menunjukkan cara berpikir yang salah, karena Allah mengampuni perbuatan dosa hamba-hamba-Nya yang dilakukan karena kealpaan dan ia segera bertobat dan tidak berniat mengulanginya lagi:

"Sesungguhnya tobat di sisi Allah hanyalah tobat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran ketidaktahuan, yang kemudian mereka bertobat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima tobatnya oleh Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan tidaklah tobat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, ia mengatakan, 'Sesungguhnya saya bertobat sekarang.' Dan tidak pula orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih." (Q.s. an-Nisa': 17-8).

Sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas, menjauhi perbuatan dosa dengan sungguh-sungguh sangatlah penting jika seseorang ingin perbuatan-perbuatan buruknya dihapuskan, dan jika tidak menginginkan penyesalan pada hari pengadilan kelak. Dalam pada itu, seorang beriman yang melakukan suatu dosa, hendaknya secepatnya memohon ampun kepada Allah. Dalam ayat lainnya, Allah menyatakan bahwa Dia akan menutupi perbuatan buruk orang-orang yang beramal saleh. Sebagian dari ayat-ayat yang membicarakan masalah ini adalah sebagai berikut :

"Pada hari ketika Allah mengumpulkan kamu pada hari pengumpulan, itulah hari ditampakkannya kesalahan-kesalahan. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan mengerjakan amal saleh, niscaya Allah akan menutupi kesalahan-kesalahannya dan memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah keberuntungan yang besar." (Q.s. at-Taghabun: 9).

Dijelaskan lagi dalam Surah Al Furqaan :

"Kecuali orang-orang yang bertobat, beriman, dan mengerjakan amal saleh, maka mereka itu kejahatan mereka diganti dengan Allah dengan kebajikan. Dan Allah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Q.s. al-Furqan: 70).

Setiap perbuatan dan semua tindakan yang dilakukan untuk mencari karunia Allah adalah "amal saleh". Misalnya, perbuatan seperti menyampaikan perintah agama Allah kepada manusia, memperingatkan seseorang yang tidak mau bertawakal kepada Allah atas takdirnya, menjauhi seseorang dari menggunjing, memelihara rumah dan badan agar tetap bersih, memperluas wawasan dengan membaca dan belajar, berbicara dengan sopan, mengingatkan orang tentang akhirat, merawat orang sakit, menunjukkan perasaan cinta dan kasih sayang kepada yang lebih tua, mencari nafkah dengan cara yang halal sehingga hasilnya dapat digunakan untuk kemanfaatan orang lain, mencegah kejahatan dengan kebaikan dan kesabaran, semua itu merupakan amal saleh jika dilakukan untuk mencari keridhaan Allah. 

"Orang-orang yang menginginkan agar kesalahannya diampuni dan diganti dengan kebaikan di akhirat, hendaknya selalu melakukan perbuatan yang sangat diridhai Allah"

Untuk tujuan itu, hendaknya kita selalu ingat perhitungan pada Hari Pengadilan. Tentunya menjadi jelas bagaimanakah seseorang seharusnya berbuat, misalnya jika ia diletakkan di depan api neraka, kemudian kepadanya diperlihatkan perbuatan-perbuatan buruknya yang telah ia kerjakan semasa hidupnya, kemudian diingatkan bahwa ia seharusnya berbuat benar agar diampuni. Seseorang yang melihat api neraka, yang mendengar keputusasaan, penyesalan, dan keluh kesah para penghuni neraka yang mengalami siksaan yang pedih, dan yang menyaksikan siksa neraka dengan matanya, tentu saja akan melakukan perbuatan yang sangat diridhai Allah dan akan berusaha dengan sekuat tenaganya. Orang ini akan mengerjakan shalat tepat pada waktunya, melakukan amal saleh, tidak akan pernah lalai, tidak pernah berani melakukan perbuatan yang kurang diridhai Allah, jika ia mengetahui bahwa ada perbuatan lainnya yang lebih diridhai-Nya. 

Karena neraka yang ada di sisi-Nya akan selalu mengingatkan mereka tentang kehidupan yang kekal abadi dan siksaan Allah. Ia akan segera melakukan apa yang diperintahkan oleh hati nuraninya. Ia akan berhati-hati dalam menjaga shalatnya. Sehingga, dalam kehidupan di dunia ini, perbuatan buruk bagi orang-orang yang melakukan amal saleh, takut kepada Allah dan hari pengadilan, bagaikan orang yang melihat neraka lalu dikembalikan ke dunia, atau bagaikan mereka selalu melihat api neraka di sisinya sehingga ia segera melakukan kebaikan. Orang-orang yang beriman ini merasa yakin tentang akhirat dan mereka sangat takut dengan azab Allah dan berusaha menjauhinya. 

Semoga kita semua termasuk kedalam golongan mereka yang bersegera dalam memohon ampunan dan meninggalkan segala keburukan dan kealpaan serta menggantinya dengan mengerjakan amal kebajikan. ingatlah bahwa kita hidup didunia ini hanya sebentar saja sedangkan di alam yang lain terdapat siksa yang kekal selamanya. 

Wallahu A'lam

Yang berhak disembah hanya Allah

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
Yang berhak disembah hanya Allah SWT semata, dan ibadah digunakan atas dua hal;

Pengertian ibadah Pertama: menyembah, yaitu merendahkan diri kepada Allah Subhanahu Wata'ala dengan melakukan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya karena rasa cinta dan mengagungkan-Nya. Kedua: Yang disembah dengannya, yaitu meliputi segala sesuatu yang dicintai dan diridhahi oleh Allah Subhanahu Wata'ala berupa perkataan dan perbuatan, yang nampak dan tersembunyi seperti, doa, zikir, shalat, cinta, dan yang semisalnya. Maka melakukan shalat misalnya adalah merupakan ibadah kepada Allah Subhanahu Wata'ala. Maka kita hanya menyembah Allah Subhanahu Wata'ala semata dengan merendahkan diri kepada-Nya, karena cinta dan mengagungkan-Nya, dan kita tidak menyembahnya kecuali dengan cara yang telah disyari'atkan-Nya.

Hikmah Dari Penciptaan Jin dan Manusia Allah Subhanahu Wata'ala tidak menciptakan jin dan manusia sebagai suatu yang sia-sia dan tidak berguna. Dia juga tidak menciptakan mereka untuk makan, minum, senda gurau dan bermain serta tertawa. Dia menciptakan mereka tidak lain adalah untuk suatu perkara yang besar, untuk menyembah Allah Subhanahu Wata'ala, mengesakan, mengagungkan, membesarkan, dan mentaati-Nya, dengan melakukan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, berhenti pada batas-batas-Nya (dengan tidak melanggar larangan-Nya) dan meninggalkan ibadah kepada selain-Nya. Sebagaimana firman-Nya:

وَمَاخَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنسَ إِلاَّلِيَعْبُدُونِ
 Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (QS. Az-Zariyat :56)


Ibadah kepada Allah Subhanahu Wata'ala dibangun di atas dua pondasi yang besar yaitu: cinta yang sempurna kepada Allah Subhanahu Wata'ala dan ketundukan yang sempurna pada-Nya. Dan keduanya juga dibangun di atas dua dasar yang besar, yaitu : Merasa diawasi oleh Allah Subhanahu Wata'ala, dan mengingat nikmat, karunia, kebaikan, dan rahmat-Nya yang mengharuskan kita mencintai-Nya, Mengoreksi cacat dalam diri dan perbuatan yang menyebabkan kehinaan dan ketundukan yang sempurna kepada Allah Subhanahu Wata'ala

Pintu terdekat yang memasukkan hamba kepada Rabb-nya adalah pintu iftiqar (menghinakan diri) kepada Rabb-nya. Maka, dia tidak melihat dirinya kecuali seorang yang merugi, dan dia tidak melihat adanya kondisi, kedudukan, dan sebab pada dirinya yang dia bergantung padanya, tidak pula ada perantara yang bisa membantunya. Akan tetapi dia merasa sangat membutuhkan kepada Rabb-nya, dan jika dia meninggalkan hal tersebut diri darinya niscara dia rugi dan binasa. Firman Allah Subhanahu Wata'ala :

وَمَابِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللهِ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْئَرُونَ {53} ثُمَّ إِذَا كَشَفَ الضُّرَّ عَنكُمْ إِذَا فَرِيقٌ مِّنكُم بِرَبِّهِمْ يُشْرِكُونَ {54} لِيَكْفُرُوا بِمَآءَاتَيْنَاهُمْ فَتَمَتَّعُوا فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ {55

Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan. Kemudian apabila Dia telah menghilangkan kemudharatan itu daripada kamu, tiba-tiba sebahagian daripada kamu mempersekutukan Rabbnya dengan (yang lain), biarlah mereka mengingkari nikmat yang telah Kami berikan kepada mereka; maka bersenang-senaglah kamu. Kelak kamu akan mengetahui (akibatnya). (QS. An-Nahl :53-55)


Orang yang paling sempurna dalam beribadah kepada Allah adalah para Nabi dan Rasul, karena mereka adalah orang yang paling tahu tentang Allah Subhanahu Wata'ala dan yang paling mengagungkan-Nya dibanding selain mereka, lalu Alah Subhanahu Wata'ala tambahkan kemuliaan mereka dengan menjadikannya sebagai rasul yang diutus kepada manusia, sehingga mereka memperoleh kemuliaan risalah dan kemulian khusus dalam beribadah.

Kemudian setelah mereka adalah para siddiqin yang sempurna dalam beriman kepada Allah dan para utusan-Nya serta istiqamah diatasnya, kemudian para syuhada dan orang-orang yang shaleh. Sebagaimana firman-Nya :

وَمَن يُطِعِ اللهَ وَالرَّسُولَ فَأُوْلاَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَآءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُوْلاَئِكَ رَفِيقًا

"Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.(QS. An-Nisa :69)"


Hak AllahSubhanahu Wata'ala terhadap penduduk langit dan bumi adalah agar mereka menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun, dengan cara ditaati maka tidak didurhakai, diingat maka tidak dilupakan, disyukuri maka tidak dikufuri. Maka siapakah yang tidak muncul darinya sesuatu yang menyelisihi apa yang dia diciptakan dengannya, baik karena lemah, bodoh, atau karena berlebihan dan karena kekurangan (dalam menjalankan perintah atau meninggalkan larangan).

Oleh karena itu seandainya Allah Subhanahu Wata'ala mau menyiksa penduduk langit dan bumi, niscaya Dia menyiksanya dan Dia tidak berbuat zalim kepada mereka, dan jika Dia memberikan rahmat-Nya niscaya rahmat-Nya lebih baik daripada amal perbuatan mereka sendiri.

Dari Mu'azd bin Jabal r.a, ia berkata, "Saya membonceng Nabi SAW di atas keledai yang dinamakan 'afir, lalu 'Beliau SAW bersabda, 'Wahai Mu'adz, tahukah kamu apa hak Allah Subhanahu Wata'ala terhadap hamba dan apa hak hamba kepada Allah Subhanahu Wata'ala? Saya menjawab. 'Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.' Beliau bersabda,: 'Sesungguhnya hak Allah Subhanahu Wata'ala terhadap hamba adalah bahwa mereka menyembah Allah Subhanahu Wata'ala dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan hak hamba terhadap Allah Subhanahu Wata'ala adalah bahwa Dia tidak akan menyiksa orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun. Saya bertanya, 'Wahai Rasulullah, bolehlah saya memberitahukan kepada manusia?' Beliau menjawab, 'Jangan engkau beritakan kepada mereka, maka mereka menjadi enggan beramal (Muttafaqun 'alaih). Wallahu A'lam

Bersambung Ke Catatan Selanjutnya

Allah Yang Maha Esa

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
Allāh (الله) adalah kata dalam bahasa Arab yang merujuk pada nama Tuhan. Perkataan tuhan dalam bahasa Arab adalah Ilah sebagaiman dalam dua kalimah sahadah Islam. Kata Allah ini lebih banyak dikenal sebagai sebutan tuhan oleh penganut agama Islam. Kata ini sendiri di kalangan para penutur bahasa Arab, adalah kata yang umum untuk menyebut tuhan "Tuhan" dalam bahasa Arab adalah Ilah, terlepas dari agama mereka, termasuk penganut Yahudi dan Kristen Arab. Konsekuensinya, kata ini digunakan dalam terjemahan kitab suci agama Kristen dan Yahudi yang berbahasa Arab, sebagaimana pula terjemahan Alkitab dalam bahasa Indonesia dan Turki.

Kata "Allah" disebutkan lebih dari 2679 kali dalam Al-Qur'an. Sedangkan kata "Tuhan" dalam bahasa Arab adalah Ilah (إله) disebut ulang sebanyak 111 kali dalam bentuk mufrad, ilahaini dalam bentuk tatsniyah 2 kali dan aalihah dalam bentuk jama' disebut ulang sebanyak 34 kali.

Beberapa cendikiawan , ahli filsafat , baik dari dalam islam sendiri maupun dari luar islam mengemukakan dan atau mengeluarkan sebuah teori dan atau hasil penelitian dengan mencoba menganalisa etimologi dari kata "Allah". Salah satunya mengatakan bahwa kata Allāh (الله) berasal dari gabungan dari kata al- (sang) dan ʾilāh (tuhan) sehingga berarti "Sang Tuhan". Namun teori ini menyalahi bahasa dan kaidah bahasa Arab. Bentuk ma'rifat dari ilah adalah al-ilah, bukan Allah. Dengan demikian kata al-ilah dikenal dalam bahasa Arab. Penggunaan kata tersebut misalnya oleh Abul A'la al-Maududi dalam Mushthalahatul Arba'ah fil Qur'an dan Syaikh Abdul Qadir Syaibah Hamad dalam al-Adyan wal Furuq wal Dzahibul Mu'ashirah.

Kedua penulis tersebut bukannya menggunakan kata Allah, melainkan al-ilah sebagai bentuk ma'rifat dari ilah. Dalam bahasa Arab pun dikenal kaidah, setiap isim (kata benda atau kata sifat) nakiroh (umum) yang mempunyai bentuk mutsanna (dua) dan jamak, maka isim ma'rifat kata itupun mempunyai bentuk mutsanna dan jamak. Hal ini tidak berlaku untuk kata Allah, kata ini tidak mempunyai bentuk ma'rifat mutsanna dan jamak. Sedangkan kata ilah mempunyai bentuk ma'rifat baik mutsanna (yaitu al-ilahani atau al-ilahaini) maupun jamak (yaitu al-alihah). Dengan demikian kata al-ilah dan Allah adalah dua kata yang berlainan.

Teori lain mengatakan kata ini berasal dari kata bahasa Aram Alāhā. Cendekiawan muslim kadang-kadang menerjemahkan Allah menjadi "God" dalam bahasa Inggris. Namun demikian, sebagian yang lain mengatakan bahwa Allah tidak untuk diterjemahkan, dengan berargumen bahwa kata tersebut khusus dan agung sehingga mesti dijaga, tidak memiliki bentuk jamak dan gender (berbeda dengan God yang memiliki bentuk jamak Gods dan bentuk feminin Goddess dalam bahasa inggris). Isu ini menjadi penting dalam upaya penerjemahan Al-Qur'an.

Kata Allāh selalu ditulis tanpa alif untuk mengucapkan vowel ā. Ini disebabkan karena ejaan Arab masa lalu berawalan tanpa alif untuk mengeja ā. Akan tetapi, untuk diucapkan secara vokal, alif kecil (hamzah) selalu ditambahkan di atas tanda saddah untuk menegaskan prononsiasi tersebut. Dalam Islam, Allah adalah satu-satunya Tuhan (tanpa sekutu), Sang Pencipta, Hakim dari seluruh makhluk, Maha Kuasa, Maha Penyayang, Maha Pemurah dan Tuhan dari Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yakub, Musa, Dawud, Sulaiman, Isa dan Muhammad. " Al-Qur'an menyatakan 29:46, Muslim mempercayai dan menyetujui, bahwa Muhammad dan pengikutnya menyembah Tuhan yang sama dengan yang disembah Yahudi, dan Nasrani 

"Katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri" Al 'Ankabuut : 46

Allah yang menurunkan Al-Qur'an adalah Tuhan Sang Pencipta yang ada dalam kisah Ibrahim dan Al-Qur'an menggambarkan Allah lebih berkuasa dan jauh dibandingkan dengan Yahweh, dan juga merupakan Tuhan universal, tidak seperti Yahweh yang lebih dekat dengan bangsa Israel.

Berdasarkan keterangan : Allaahu ismun li dzaatil wajibul wujuud artinya : Allah adalah sebuah nama kepada yang pasti ada keberadaan (eksistensi) nya. Jadi jelaslah Allah itu adalah sebuah nama kepada sesuatu yang wajib untuk dilayani dengan sebenar-benarnya, karena berdasarkan keterangan : Allaahu ismun li dzaati ma'budi bi haqq artinya : Allaah itu adalah sebuah nama kepada sesuatu yang wajib dilayani (ma'budi) dengan sebenar-benarnya pelayanan (ibadah).

Dalam Islam disebutkan ada 99 nama untuk Allah (Asmaaul Husna), diambil dari nama-nama yang digunakan Al-Qur'an untuk merujuk kepada Allah. Di antara nama-nama tersebut adalah : Al Malikul Mulk (Raja diRaja, Maha Raja) Al Hayy (Maha Hidup) Al Muhyii (Maha Memberi Kehidupan).

Para Imam yang empat dalam mazhab Sunni dan Para Imamah yang tiga dalam Syiah telah sepakat bahwa Allah Subhanahu wa ta'alla berada di atas 'Arsy dan tidak ada satu pun dari makhluk yang serupa dengan-Nya.

"Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy" Al A'raaf : 54

Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu , Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan , dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia" Al Ikhlash : 1 - 4

Wallahu A'lam 

Membaca Alquran Dengan Tartil

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
Semenjak, setiap kali , kebiasaan , adat istiadat dan budaya yang memang sangat dianjurkan adalah membaca al quran ketika atau pada waktu mendekati serta dalam bulan suci Ramadhan, baik didesa maupun dikota seringkali diadakan acara tadarus guna untuk membiasakan diri mengaji baik secara bersama - sama dimasjid dan atau mushalla maupun sendiri di rumah.
Dalam membaca al-Qur'an disunnahkan membacanya dengan tartil, yaitu pelan dan membaguskan bacaannya (sesuai tuntunan tajwid) serta bertadabbur (mengangan-angan maknanya) dalam hati akan isi setiap ayat yang dibaca. Allah SWT berfirman. "Bacalah al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan" (QS. Al-Muzammil:4) dan firman-Nya "Ini adalah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya". (QS. Shaad : 27)

Adapun apabila kurang fasih membacanya, atau sering salah melafalkan dengan tanpa sengaja, maka hukumnya tidak apa-apa dengan catatan dalam rangka belajar dan atau pembelajaran. Namun bukan berarti boleh terus membaca apa adanya dan terus menerus dalam kesalahan dan tidak mau memperbaiki atau melancarkan / memfasihkan / mentartilkan bacaan alquran. 

Berlatih dan terus berlatih demi meningkatkan kemampuan membaca, sampai akhirnya bisa fasih sesuai dengan tuntunan tajwid. Karena kesalahan membaca (hurufnya dan panjang-pendeknya) tentu akan merubah makna dan tujuan yang tersirat. Juga hendaknya tidak melupakan hal lain yang paling urgen dalam membaca al-Qur'an yaitu bertadabbur (mengangan-angan) akan makna dan maksud setiap ayat.

Kiranya pada permulaan belajar adalah dengan terlebih dahulu membaca dengan tuntunan tajwid serta tahsin yang benar, tidak tergesa - gesa dalam membaca karena ingin menguasainya. pelan , lambat , asal dibaca dengan tajwid yang benar , dengan makhraj yang benar dan tahsin yang benar. Insya allah lebih baik daripada membacanya dengan cepat namun tidak beraturan.

Wallahu A'lam

Fatimah az-Zahra

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
Fatimah binti Muhammad (606/614 - 632) atau lebih dikenal dengan Fatimah az-Zahra (Fatimah yang selalu berseri) (فاطمة الزهراء) putri bungsu Nabi Muhammad dari perkawinannya dengan istri pertamanya, Khadijah. Fatimah dilahirkan pada hari Jumat, 20 Jumadil akhir di Mekkah, tahun kelima setelah kerasulan Nabi Muhammad, atau sekitar tahun 614 M (menurut tradisi Syi'ah) atau tahun 606 M (menurut Sunni). Tempat beliau dilahirkan ialah di rumah ayah dan ibunya. Ia AH wafat pada tahun ke-11 Hijriyah, enam bulan setelah wafatnya Rasulullah, dan dimakamkan secara rahasia di Pemakaman Baqi', Madinah.

Ketika usianya beranjak dewasa, Fatimah Az-Zahra dipersunting oleh salah satu sepupu, sahabat sekaligus orang kepercayaan Rasulullah, Ali bin Abi Thalib. Dari pernikahannya dengan Ali bin Abi Thalib, Fatimah Az Zahra memiliki 5 anak, 3 putra dan 2 putri. 3 putra yaitu Hasan, Husain, dan Muhassin. Sedangkan yang putri yaitu Zainab dan Ummu Kulsum. Hasan dan Husain sangat disayangi oleh Rasulullah Shalallahu Alaihi Waalihi Wassalam.

Fatimah Az-Zahra tumbuh menjadi seorang gadis yang tidak hanya merupakan putri dari Rasulullah, namun juga mampu menjadi salah satu orang kepercayaan ayahnya pada masa Beliau. Fatimah Az-Zahra memiliki kepribadian yang sabar,dan penyayang karena dan tidak pernah melihat atau dilihat lelaki yang bukan mahromnya. Rasullullah sering sekali menyebutkan nama Fatimah, salah satunya adalah ketika Rasulullah pernah berkata " Fatimah merupakan bidadari yang menyerupai manusia".

Fatimah Az-zahra tdk pernah lepas dari wudhu seperti yang diajarkan ayahnya. dia juga satu-satunya wanita yang tidak mengalami haid (datang bulan) dan Nifas waktu melahirkan.

Wallahu A'lam

Menyiksa Binatang

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
Kita tidak diperbolehkan menyiksa binatang dengan cara apa pun, membuatnya kelaparan, memukulinya, membebaninya dengan sesuatu yang ia tidak mampu, menyiksa atau membakarnnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda,

"Seorang wanita masuk neraka karena seekor kucing yang ia kurung hingga mati. Maka dari itu ia masuk neraka gara-gara kucing tersebut disebabkan dia tidak memberinya makan dan tidak pula memberinya minum di saat mengurung nya, dan dia tidak membiarkannya (melepaskannya) supaya memakan serangga di bumi." (HR. al-Bukhari) 

Dan ketika beliau melewati sarang semut yang telah dibakar, beliau bersabda,  "Sesungguhnya tidak ada yang berhak menyiksa dengan api selain Rabb (Tuhan) pemilik api." (HR. Abu Dawud, hadits shahih)

Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas r.a, ia berkata, Rasulullah saw. pernah melintas pada seseorang yang sedang meletakkan kakinya di atas badan hewan yang mau disembelih sementara ia sedang mengasah pisaunya dan hewan itu sendiri melihat apa yang dilakukan laki-laki itu. Lalu beliau bersabda, "Mengapa engkau tidak asah pisaumu sebelumnya. Apakah kamu hendak mematikannya dua kali?" (Shahih, HR al-Baihaqi).

Dalam riwayat lain tercantum, "Apakah kamu akan mematikannya dua kali mengapa engkau tidak mengasah pisaumu terlebih dahulu sebelum kamu membaringkannya?" (Shahih, HR al-Hakim).

Kandungan Bab:

1. Larangan menganiaya hewan yang disembelih, misalnya dengan mengasah pisau sementara hewan yang akan disembelih melihatnya. Atau menyembelihnya sementara hewan yang disembelih tersebut melihat kepada hewan-hewan lainnya.

2. Barangsiapa menyembelih hendaklah ia menyembelih dengan baik, hendaklah ia menajamkan pisau sebelum merebahkan sembelihannya dan membuat nyaman hewan sembelihannya.

Bahkan untuk menyembelih hewan kurban dimana umat islam juga sangat di anjurkan untuk melaksanakannya pun kita di larang untuk menyakitinya dengan menyembelih mengggunakan pisau yang tajam.

Wallahu A'lam

Hilangkan Kebencian Dan Permusuhan

Posted by "membaca Al Quran 0 komentar
" Hilangkan Kebencian Dan Permusuhan Dengan Kejujuran Dan Persatuan "

"Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka, Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia"

Menjelang pengujung tahun diterima umat Islam Indonesia, Jamaah Syiah Indonesia teraniaya di Sampang Madura. Pesantrennya hangus terbakar, jamaah dan pemimpinnya mengungsi ke tempat aman. Kekerasan yang bermula dari konflik pribadi kakak-adik (Tajul Muluk dan Roisul Hukama) berakhir dengan duka dan rasa malu yang harus ditanggung seluruh umat Islam.


Perseteruan aliran dalam Islam antara Sunni dan Syiah sudah berlangsung lama dalam sejarah Islam. Bermula dari permusuhan Ali ibn Abi Thalib dengan Muawiyah pada abad I Hijriah, lahirlah dua aliran yang sejatinya mengaku sama-sama muslim tetapi menempuh cara berbeda dalam beberapa hal.

Hubungan mereka tidak selalu berdarah-darah. Bahkan dalam beberapa kasus, relasi Sunni-Syiah sangat mesra. Memang Syiah di Iran dengan Sunni di Arab Saudi (dan di beberapa wilayah Timur Tengah) mencolok permusuhannya. Dalam konteks Indonesia, Sunni-Syiah berjalan akur dan tidak terlibat konflik serius. Bahkan dalam banyak hal, dua komunitas itu (khususnya Sunni-nahdliyin) memiliki kesamaan dalam kultur keagamaan, seperti shalawatan, dibaan dan sebagainya.

Sejauh dapat diteliti, Syiah di Indonesia (baik Lembaga Komunikasi Ahlul Bait / LKAB maupun IJABI) menampakkan wajah moderat dan tidak tidak ofensif dalam berdakwah. Tetapi tidak menutup kemungkinan, terdapat beberapa yang menjurus radikal. Kejadian di Sampang mestinya tidak terjadi, bila masing-masing pihak sadar bahwa kebaikan tidak boleh diperjuangkan dengan kekerasan, sekali pun atas nama membela akidah , karena pada dasarnya kekerasan islam / perang yang terjadi didalam sejarah umat islam adalah dikarenakan membela diri. 

Pada saat menurunkan agama Islam, Allah telah mengingatkan Rasul-Nya, yang bertugas menyebarkan agama ini kepada umat sejagad dengan pesan pendek yang sungguh indah bila dapat terwujud, wa ma arsalnaka illa rahmatan lil ’alamin. ’’Aku (Allah) tidak mengutusmu kecuali untuk menebar kasih sayang kepada seluruh alam.’’ Di samping misi menyempurnakan akhlak manusia.

Pesan Keagungan Akhlak ini telah dibaca ribuan kali oleh umat Islam, para kiai, ustad, bahkan dengan tangis dan linangan air mata. Tetapi sadarkah bahwa ayat dan hadis itu juga telah dilecehkan oleh umatnya sendiri. Sekelompok umat Islam setiap hari berdakwah dan isinya caci maki dan sumpah kepada sesama umat Islam. Kata kafir, bid’ah, thagut, ahli neraka dan sejenisnya. Islam mengajarkan umatnya untuk mengajak kepada kebaikan dengan cara yang baik, bukan paksaan apalagi kekerasan. Kepalan tangan dan teriakan ala demonstran, bukan cara yang baik.

Akidah Islam wajib dipertahankan tapi dengan akhlak terpuji. Rasakan bedanya antara berjuang dengan akhlak dan berjuang asal berjuang. Kalau mau jujur, tantangan yang dihadapi para dai saat ini belum seberapa dibandingkan dengan cobaan yang dihadapi Nabi Muhammad shallallahu Alaihi Wasallam. jangankan dengan saudara seiman seperti syiah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam ketika mengajak orang yang jelas-jelas kafir, jahat, dan suka menyakiti, tetap dengan cara santun dan lemah lembut.

Nabi Muhammad memiliki ghirah agar seluruh umatnya selamat. Semua orang diajakke jalan yang lurus. Ia tidak suka kepada sahabat yang suka membentak ketika berdakwah. Abu Sufyan, musuh besar Nabi Muhammad luluh hatinya dan akhirnya memeluk Islam karena keagungan akhlak Rasulullah.

Semangat juang dan sifat dasar dakwah Nabi Muhammad yang lembut dan penuh kasih sayang kepada siapa pun adalah perilaku berdakwah yang patut diteladani. Islam tak pernah mengajarkan umatnya untuk menggunakan paksaan atau kekerasaan dalam berdakwah. Nabi Muhammad SAW adalah teladan paripurna bagi para dai yang hidup sekarang ini.

Mungkinkah Aliran-Aliran Islam Bersatu ?

Barangkali pembaca sekalian akan merasakan apa yang penulis rasakan, yaitu sedih melihat kaum muslimin sekarang ini terpecah-belah dalam berbagai kelompok dan golongan. Ada yang menempuh jalur politik, yang dari situ, terpecahlah menjadi berbagai partai belabel Islam dengan ciri khasnya masing-masing. Di sisi lain, ada yang menempuh jalur pemikiran liberal. Ada yang menempuh jalur kulturalisasi dengan tradisi leluhur secara mentah-mentah. Ada yang menempuh jalur penegakan khilafah Islamiyyah. Ada pula yang melalui jalur terorisme dan pengebomam, sebagaimana yang baru marak akhir-akhir ini. Barangkali, di antara pembaca ada yang bertanya, “Mana di antara kelompok-kelompok Islam itu yang benar? Mengapa mereka berjalan dengan cara-caranya sendiri. Mengapa langkah mereka tidak sama, padahal mereka sama-sama Islam? Mengapa sesama Islam tidak bersatu? Mungkinkah umat Islam akan bersatu?

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ

 قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ 

لَكُمْ آَيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

“Berpeganglah kalian semua pada tali (agama) Allah dan janganlah kalian berpecah belah. Ingatlah nikmat yang Allah curahkan kepada kalian ketika kalian dulu bermusuhan, lalu Allah lembutkan hati-hati kalian. Kemudian, dengan nikmatNya kalian menjadi bersaudara. (Ingatlah pula) dulu kalian di tepi jurang neraka, lalu Allah selamatkan kalian. Demikianlah, Allah jelaskan ayat-ayatNya kepada kalian, mudah-mudahan kalian mendapat petunjuk.” (Q.S. Ali Imron: 103)

Jika kita membaca ayat yang mulia di atas, niscaya kita akan mengetahui bahwa persatuan adalah hal yang diperintahkan Allah ta’ala. Sebaliknya, permusuhan dan perselisihan adalah hal yang Allah larang. Ini karena permusuhan dan perselisihan adalah penyebab utama kekalahan dan kehancuran kaum muslimin. Kemudian, ketahuilah bahwa permusuhan yang paling besar bahayanya adalah permusuhan dalam masalah agama. Perhatikanlah, Allah menyertakan kedua sebab akibat (perselisihan-kehancuran) dalam satu ayat karena pada umumnya persilangan pendapat itu muncul karena kelalaian dalam menaati Allah dan rasulNya. Allah ta’ala berfirman

وأطيعوا الله ورسوله ولا تنازعوا فتفشلوا وتذهب ريحكم

Taatilah Allah dan Rasul-Nya. Janganlah kamu berbantah-bantahan yang menyebabkan kamu gentar dan hilang kekuatanmu” (Q.S. Al-Anfal: 46)

Dalam ayat di atas, secara gamblang Allah jelaskan bahwa saling berbantah-bantahan adalah sumber timbulnya kegentaran kaum muslimin dan hilangnya kekuatan mereka, yang hal ini tentunya merupakan sebab kelemahan kaum muslimin. Bagaimana mungkin negeri kaum muslimin akan dipandang hebat oleh negara-negara kafir jika kekuatan kaum muslimin hilang ? Maka, jalan untuk mengembalikan kekuatan kaum muslimin adalah dengan meninggalkan sikap saling bermusuhan, menjauhi bantah-bantahan, dan berusaha untuk bersatu.

Maka, betapa sedih hati ini di kala kita berusaha menyeru kepada persatuan, dengan mendakwahkan dan menyebarkan sunnah, serta memberi peringatan kepada umat segala bahaya baik yang dekat maupun yang agak jauh, di saat itu pula muncul kata-kata, Jangan memecah belah barisan kaum muslimin dari dalam…! Jangan melempar debu dari luar…! Jangan membangkitkan perselisihan di antara kaum muslimin…! Kita menjalin kerja sama dalam masalah-masalah yang kita sepakati dan saling toleran terhadap masalah-masalah yang masih kita perselisihkan. 

Kenapa juga harus berselisih.....?!

Jalani saja apa yang saudara dapatkan, perbedaan apapun yang ada kesemuanya adalah ujian , maka ..... berlomba-lombalah berbuat kebajikan. kelak Allah Subhanahu Wata'ala yang akan menjelaskan tentang semua yang kita perselisihkan (Al Ayat)

Bersambung ..... Insya allah ......

Blogger news

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

About