Belajar Hidup Bahagia Dengan Ibadah

Posted by "membaca Al Quran 1 komentar
Dalam kajian para ahli filsafat manusia menjadi salah satu obyek kajian tersendiri, yang diantaranya membahas tentang tujuan hidup manusia. adalah sebuah nama Aristoteles, seorang filusuf dari Yunani yang sudah tak asing lagi kita dengar dan kita ketahui sedikit atau banyak. 

Konsep tujuan hidup manusia menurut Aristoteles dalam karyanya Ethika Nicomachea. “Tujuan hidup manusia adalah kebahagiaan. Orang yang sudah bahagia tidak memerlukan apa-apa lagi pada satu sisi, dan pada sisi lain tidak masuk akal jika ia masih ingin mencari sesuatu yang lain. Hidup manusia akan semakin bermutu manakala semakin dapat mencapai apa yang menjadi tujuan hidupnya. Dengan mencapai tujuan hidup, manusia akan mencapai dirinya secara penuh, sehingga mencapai mutu yang terbuka bagi dirinya”.

Secara sederhana pernyataan filsuf legendaris tersebut sejalan dengan fitrah manusia. Dimana manusia lebih cenderung mencari kebahagiaan dan cenderung menghindari kesedihan atau kesusahaan. Jika memang mencari kebahagiaan adalah fitrah dan tujuan hidup manusia. Lantas pertanyaannya kebahagiaan seperti apa? Kemudian apakah semata-mata hanya mencari kebahagiaan?

Banyak orang menafsirkan dan memaknai kebahagiaan disini. Salah satu yang sering dianggap dapat mewujudkan kebahagiaan secara mutlak adalah jika mendapatkan kekuasaan, harta, dan wanita. Karena itu tak jarang kita melihat sekian banyak orang berlomba-lomba mendapatkan ketiga hal  tersebut yang pada akhirnya akan terjebak dalam gaya hidup hedonis bahkan menjadi hamba dunia.

Islam mempunyai konsep yang lebih sempurna dan jelas tentang tujuan hidup manusia ini. Allah swt berfirman dalam Al Quran “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (Adz Dzariaat : 56).

Ini adalah hal yang paling mendasar dalam konsep Islam tentang tujuan hidup manusia. Tidak lain manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah swt. Sebagai Sang Pencipta maka Allah mempunyai hak yang absolut terhadap hambanya.

Menurut Ibnu Abas dalam tafsir Ibnu Katsir, kalimat “Liya’buduun” dalam ayat tersebut bermakna “ menghinakan diri kepada Allah dan mengagungkan-Nya”. Dengan begitu ibadah disini mempunyai cakupan arti yang luas. Tidak hanya sebatas ibadah yang kita kenal. Yaitu, shalat, zakat, shaum, dan haji. Secara sederhana dapat kita pahami, segala sesuatu yang diniatkan lillahi ta’la dan tidak melanggar syariat maka ia bernilai ibadah, insya Allah.

Yang perlu kita ketahui kemudian di sini adalah bahwasanya ibadah tidak hanya bekerja secara sepihak. Akan tetapi mempunyai timbal balik bagi manusia itu sendiri. Ibadah bukan hanya semata-mata kewajiban kita sebagai seorang hamba kepada Sang Penciptanya. Ibadah mempunyai efek psikis yang menjadi tujuan hidup dalam kacamata filsafat, yaitu kebahagiaan.

Jika kita benar-benar telah ikhlas dan benar-benar memahami hakikat ibadah itu sendiri. Kita akan merasakan kebahagiaan setiap kali kita selesai menunaikan ibadah. Artinya ibadah apapun itu bukan semata-mata gerak tubuh dalam ritual khusus Juga bukan semata menunaikan kewajiban melainkan kebutuhan seorang hamba akan kenyamanan bagi yang menunaikannya. 

Wallahu a’lam bis showab.

1 komentar:

hahaha said...

www,pokers128,net adalah salah satu Agen Poker yang menawarkan jasa untuk penukaran chips secara online. Segera bergabung bersama www,pokers128,net dan rasakan sensasi pelayanan yang istimewah sehingga sebagai member setia www,pokers128,net anda akan merasakan nyaman dengan Customer Servis kami yang siap melayani semua keluhan anda. (PIN BBM : 7AC8D76B)

Post a Comment

Blogger news

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

About