Hikmah Dan Pelajaran Yang Baik
0
komentar
Kejujuran baik dalam ucapan maupun perbuatan adalah pangkal semua perbuatan baik manusia, tidak ada perbuatan dan ucapan baik kecuali kejujuranlah yang mendasarinya. Manusia senantiasa mencari lingkungan yang tenang tempat mereka dapat hidup dengan aman, gembira, dan membina persahabatan. Meskipun kebanyakan mereka merindukan keadaan yang demikian itu, mereka tidak pernah melakukan usaha untuk menyuburkan nilai-nilai tersebut, tetapi sebaliknya, kebanyakan mereka sendirilah yang menjadi penyebab terjadinya konflik dan kesengsaraan.
Sering kali orang mengharapkan agar orang lain memberikan ketenangan, kedamaian, dan bersikap bersahabat. Hal ini berlaku dalam hubungan keluarga, hubungan antar pegawai di perusahaan, hubungan kemasyarakatan, maupun persoalan internasional. Namun, untuk membina persahabatan dan menciptakan kedamaian dan keamanan dibutuhkan sikap mau mengorbankan diri. Konflik dan keresahan tidak dapat dihindari jika orang-orang hanya bersikukuh pada ucapan dan pendiriannya, jika mereka hanya mementingkan kesenangannya sendiri tanpa bersedia melakukan kompromi atau pengorbanan.
Bagaimanapun, orang-orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah tidak bersikap seperti itu. Orang-orang yang beriman tidak mementingkan diri sendiri, suka memaafkan, dan sabar. Bahkan ketika mereka dizalimi, mereka bersedia mengabaikan hak-hak mereka. Mereka menganggap bahwa kedamaian, keamanan, dan kebahagiaan orang lain lebih penting dibandingkan dengan kepentingan pribadi mereka, dan mereka menunjukkan sikap yang santun. Ini merupakan sifat mulia yang diperintahkan Allah kepada orang-orang beriman :
Bagaimanapun, orang-orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah tidak bersikap seperti itu. Orang-orang yang beriman tidak mementingkan diri sendiri, suka memaafkan, dan sabar. Bahkan ketika mereka dizalimi, mereka bersedia mengabaikan hak-hak mereka. Mereka menganggap bahwa kedamaian, keamanan, dan kebahagiaan orang lain lebih penting dibandingkan dengan kepentingan pribadi mereka, dan mereka menunjukkan sikap yang santun. Ini merupakan sifat mulia yang diperintahkan Allah kepada orang-orang beriman :
"Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah kejahatan itu dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar." (Q.s. Fushshilat: 34-5).
"Ajaklah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk." (Q.s. an-Nahl: 125).
Sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut, sebagai balasan atas perbuatan baiknya bagi orang-orang yang beriman, Allah mengubah musuh mereka menjadi "teman yang setia". Ini merupakan salah satu rahasia Allah. Bagaimanapun juga, hati manusia berada di tangan Allah. Dia mengubah hati dan pikiran siapa saja yang Dia kehendaki.
Dalam ayat lainnya, Allah mengingatkan kita tentang pengaruh ucapan yang baik dan lemah lembut. Allah memerintahkan Nabi Musa dan Harun A.S agar mendatangi Fir'aun dengan lemah lembut. Meskipun Fir'aun itu zalim, congkak, dan kejam, Allah memerintahkan rasul-Nya agar berbicara kepadanya dengan lemah lembut. Allah menjelaskan alasannya dalam al-Qur'an :
"Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut." (Q.s. Thaha: 43-4).
Ayat-ayat ini memberitahukan kepada orang-orang yang beriman tentang sikap yang harus mereka terapkan terhadap orang-orang kafir, musuh-musuh mereka, dan orang-orang yang sombong. Tentu saja ini mendorong kepada kesabaran, kemauan, kesopanan, dan kebijakan. Allah telah mengungkapkan sebuah rahasia bahwa Dia akan menjadikan perbuatan orang-orang beriman itu akan menghasilkan manfaat dan akan mengubah musuh-musuh menjadi teman jika mereka mentaati perintah-Nya dan menjalankan akhlak yang baik.
Sebenarnya alangkah lebih baik jika kita lebih suka menggunakan sudut pandang give dalam mengartikan dan menjalani setiap kejadian hidup dan kehidupan, karena hidup sebagai seorang hamba Allah Subhanahu Wata'ala sejatinya selalu ingin memberi, membagi keindahan Islam dengan saudara-saudarinya, apapun , dimanapun dan bagaimanapun dan bukannya berfokus terhadap dirinya sendiri seolah dirinya yang paling berat menahan beban perjuangan atau “terjatuh” sendirian dan merasa bahwa setiap mata memicing kepadanya, padahal mungkin di sekitarnya terdapat saudara-saudarinya yang juga berada dalam kondisi yang sama atau bahkan jauh lebih membutuhkan perhatian.
Hanya saja, ia tetap bertahan dalam senyumnya karena ia yakin bahwa senyum itu lebih baik. Ia yakin bahwa Yang Rahiim akan memberikan ganjaran yang besar manakala ia sabar dalam ujian dan ketaatan kepada-Nya. Ia ingin menuntaskan urusannya sendiri dengan hanya bergantung kepada Yang Maha Kuasa, lantas ia tegak berdiri dan berkata ‘Siapa lagi saudara-saudariku yang membutuhkan bantuan...?’ ‘Dengan siapa lagi aku dapat berbagi keindahan Islam hari ini...?’
Wallahu A'lam
Sebenarnya alangkah lebih baik jika kita lebih suka menggunakan sudut pandang give dalam mengartikan dan menjalani setiap kejadian hidup dan kehidupan, karena hidup sebagai seorang hamba Allah Subhanahu Wata'ala sejatinya selalu ingin memberi, membagi keindahan Islam dengan saudara-saudarinya, apapun , dimanapun dan bagaimanapun dan bukannya berfokus terhadap dirinya sendiri seolah dirinya yang paling berat menahan beban perjuangan atau “terjatuh” sendirian dan merasa bahwa setiap mata memicing kepadanya, padahal mungkin di sekitarnya terdapat saudara-saudarinya yang juga berada dalam kondisi yang sama atau bahkan jauh lebih membutuhkan perhatian.
Hanya saja, ia tetap bertahan dalam senyumnya karena ia yakin bahwa senyum itu lebih baik. Ia yakin bahwa Yang Rahiim akan memberikan ganjaran yang besar manakala ia sabar dalam ujian dan ketaatan kepada-Nya. Ia ingin menuntaskan urusannya sendiri dengan hanya bergantung kepada Yang Maha Kuasa, lantas ia tegak berdiri dan berkata ‘Siapa lagi saudara-saudariku yang membutuhkan bantuan...?’ ‘Dengan siapa lagi aku dapat berbagi keindahan Islam hari ini...?’
Wallahu A'lam
0 komentar:
Post a Comment