Menepati Janji
0
komentar
“Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti dimintai pertanggungjawabannya.” (QS. Al-Israa`: 34).
SUNGGUH sempurna ajaran Islam, yang bukan hanya membahas hal-hal besar dari seluk-beluk kehidupan manusia, tetapi juga hal-hal kecil, termasuk di antaranya tentang janji. Tak terkecuali janji untuk memilih pemimpin dengan menjunjung tinggi perdamaian. Meskipun berjanji kepada sesama manusia, janji itu pasti disaksikan oleh Allah, karena Allah tak luput menyaksikan termasuk sehelai daun yang jatuh di rimba raya. Karena itu, janji damai itu wajib ditepati dengan berbagai cara.
Pertama adalah menepati janji dengan hati. Sebagaimana diingatkan Rasulullah, bila hati baik, maka baiklah seluruh tubuh. Dengan demikian, akan sulit memenuhi janji damai, bila tidak menjaga hati dari serangan penyakit hati, seperti iri hati.
Kedua adalah menepati janji dengan kata-kata. Sebagaimana umumnya terjadi, banyak ketidak-damaian terjadi karena kata-kata yang buruk. Apalagi kata-kata kadangkala jauh lebih melukai hati, ketimbang benda tajam. Karena itu, termasuk menepati janji ialah menjaga kata-kata yang mendamaikan.
Ketiga adalah menepati janji dengan sikap. Sikap mementingkan diri sendiri seringkali menjadi pemicu ketidakdamaian. Karena itu, sikap ini perlu segera diganti dengan sikap mementingkan kepentingan bersama atau umat.
Selanjutnya adalah menepati janji dengan perbuatan. Termasuk yang menghancurkan perdamaian adalah melakukan kejahatan dengan tangan atau kekuasaan. Karena itu, menjaga perbuatan yang sifat menghancurkan adalah wujud dari janji damai.
Jadi, tinggal menunggu siapa yang akan muncul sebagai pengkhianat sekaligus munafik. Sebagaimana kata Rasulullah, tanda-tanda orang munafik ialah apabila berbicara, ber dusta; apabila berjanji, mengingkari; dan apabila dipercaya, berkhianat (HR. Imam Muslim).
Tribun news
0 komentar:
Post a Comment