Hidup Dan Mati Berdzikir
0
komentar
Hakekat Berdzikir berarti menyebut dan mengingat Dzikrullah menyebut dan mengingat Allah Subhanahu Wata'ala. dzikir yang baik mencakup dua makna di atas; menyebut dan mengingat. Dzikir dengan hanya menyebut dengan lisan tanpa menghadirkan hati tetap bisa mendatangkan pahala, namun tentu dzikir macam ini berada pada tingkat yang paling rendah. Dzikir dengan lisan tanpa menghadirkan hati dan pikiran bisa saja memberi pengaruh terhadap hati dan keimanan seseorang, tetapi pengaruhnya tidak sebesar dzikir sambil menghadirkan hati. Paling baik adalah dzikir dengan lisan sambil menghadirkan hati dan kemudian mengaplikasikannya dalam tindakan didalam kehidupan.
Dalam ajaran Islam, banyak kesempatan dan sarana yang Allah Subhanahu Wata'ala sediakan bagi Kaum Muslimin untuk melaksanakan ibadah dzikir ini. Dalam kehidupan Muslim, ada berbagai do'a yang bisa dibaca dalam beragam aktivitas dan kesempatan. Mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali, hampir seluruh satuan kegiatan ada do'a khusus. Paling tidak, dalam setiap aktivitas Muslim secara umum, seyogiyanya dimulai dengan membaca basmalah, yang juga mengandung makna dzikir; menyebut dan mengingat Allah Subhanahu Wata'ala,
Rasul Saw bersabda: “Setiap amal yang tidak dimulai dengan nama Allah SWT, maka ia terputus dari keberkahan”. (HR. Abu Dawud).
Ibadah dzikir cukup simpel dan mudah dilakukan oleh siapa saja serta tidak harus berdiam diri di kegelapan malam serta semedi yang berminggu-minggu maupun dengan persiapan khusus, tempat khusus dan waktu khusus. Dalam kondisi apapun diperbolehkan, asal tidak pada tempat-tempat yang kotor dan menjijikkan. Seorang Muslim bisa memanfaatkan waktu yang senggang dan kosong untuk berdzikir. Berdzikir bisa dilakukan pada waktu menunggu antrian, menunggu lampu merah, maupun sambil menemani anak yang sedang bermain, karena Mengisi waktu kosong dengan dzikrullah, bisa membantu seseorang terhindar dari perbuatan sia-sia dan dosa serta membawa kebaikan dan tindakan positif.
Dzikrullah adalah satu ibadah yang sangat mulia dan begitu dianjurkan, keutamaan dan nilai dari ibadah ini begitu besar dan beragam. Bahkan dapat disimpulkan bahwa sangat tidak sebanding antara upaya dan energi yang dikeluarkan untuk melakukan ibadah dzikir dengan keutamaan yang disediakan. Dzikir adalah ibadah yang tidak begitu memerlukan upaya dan pengorbanan besar.
Al-Qur’an dan Hadits sangat menganjurkan juga mengisyaratkan betapa mulia ibadah dzikir. Allah SWT memerintah Kaum Muslimin untuk banyak berdzikir, tanpa dibatasi jumlahnya. sebagaimana Firman Allah Subhanahu Wata'ala “Wahai orang-orang yang beriman banyak-banyaklah berdzikir kepada Allah. (Al-Ahzab: 41).
Adapun dzikir muthlak (bebas ) boleh dilakukan dalam jumlah yang tidak terbatas. Dan adanya pembagian kepada dzikir muthlak (bebas ) ini memberikan peluang bagi Muslim untuk sering melakukan dzikrullah. Sebagaimana Allah Subhanahu Wata'ala memotivasi hal tersebut seraya mengisyaratkan bahwa sering berdzikir adalah kebiasaan atau tradisi orang-orang yang “cerdas”. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal (cerdas). Yaitu orang-orang yang berdzikir (mengingat) Allah dalam kondisi berdiri, duduk dan berbaring. (Ali Imran: 190-191).
Rasulullah juga menjelaskan bahwa dzikrullah menjadi pembeda seorang yang ‘hidup’ dan ‘mati’. Diriwayatkan dari Abu Musa, Rasulullah Saw bersabda: “Perumpamaan orang yang berdzikir mengingat Allah dan yang tidak pernah berdzikir kepadaNya bagai orang yang hidup dan mati”. (HR. Baihaqi). Tentu, maksud hidup dan mati di sini pada sisi hati dan batin. Dalam hadits lain disebutkan: “Sesungguhnya hati itu bisa berkarat sebagaimana besi bila dikenai air”. Rasul ditanya: “Apa penawarnya wahai Rasul?” Rasul bersabda: “Mengingat kematian dan membaca Al-Qur’an. (HR. Baihaqi). Dan membaca Al-Qur’an termasuk dzikrullah yang paling utama.
Siapa yang senantiasa melantunkan dzikir hatinya bisa hidup, dan sebaliknya siapa yang jauh dari dzikrullah, akan terancam mati hati. Hidup dan mati hati pada selanjutnya akan menentukan moral dan prilaku seorang Muslim. Selanjutnya juga akan menentukan nilai dan kualitas kehidupan seorang Muslim. Berarti bahwa dzikir bisa mempengaruhi kualitas hidup seorang Muslim.
Tentu ibadah ini dilakukan dengan tata cara dan adab yang tidak melanggar ajaran dan etika dalam Islam. Dua hal secara umum yang menjadi syarat agar ibadah dzikir diterima di sisi Allah SWT. Pertama, motivasi untuk mendapat ridha dan balasan baik dari Allah SWT. Kedua, tata cara pelaksanaannya sesuai tuntutan syariah. Tata caranya tidak berbau kesyirikan, tidak mendatangkan mafsadah (kerugian) baik terhadap pribadi maupun orang lain, tidak mengganggu kepentingan umum, dan sebagainya. Dan tentunya banyak berdzikir tidak sepatutnya mengganggu kewajiban lain, karena berdzikir adalah ibadah sunnah, yang tidak boleh mengganggu aktivitas yang wajib.
Demikian, begitu besar keutamaan dzikrullah, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an: “Dan sesungguhnya berdzikir kepada Allah itu adalah lebih besar -keutamaannya-.” (Al-’Ankabut: 45). Agar termotivasi untuk memperbanyak dzikrullah, Muslim perlu mengetahui manfaat dari ibadah ini. Satu kiat yang umum diketahui, bahwa agar seseorang termotivasi melakukan suatu hal, maka ia perlu mengetahui manfaat dari hal tersebut.
Selain manfaat yang bersifat bathini (non-fisik atau kejiwaan), di zaman modern ini banyak penelitian juga penemuan yang menjelaskan manfaat-manfaat dzikir secara fisik (kesehatan badan). Berbagai penemuan dan penelitian di Negara Muslim atau bahkan di Negara minoritas Muslim seperti di Amerika dan Inggris menjelaskan fakta bahwa berdzikir mampu menimbulkan ketenangan jiwa yang menyebabkan peningkatan daya imunitas tubuh melawan serangan penyakit.
Serta berguna untuk mengendurkan syaraf yang tegang dan selanjutnya menimbulkan ketenangan jiwa. Penemuan ilmiah tersebut menunjukan salah satu kemukjizatan sunnah Nabawiyah yang menyatakan: “Dan tiadalah suatu kaum berkumpul disalah satu rumah Allah (masjid) membaca kitabullah (Al-Quran) dan mempelajarinya kecuali akan dikelilingi Malaikat, dianugerahi ketenangan, diliputi rahmat dan disebut-sebut Allah dihadapan makhluk yang dekat kepadanya “ (HR. Muslim).
Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam kitab Al-Wabil Ash Shayyib menyebutkan manfaat dari dzikrullah sebanyak tujuhpuluh tiga, diantaranya sebagai berikut :
- Mengusir setan.
- Mendatangkan ridha Ar Rahman.
- Menghilangkan gelisah dan hati yang gundah gulana.
- Hati menjadi gembira dan lapang.
- Menguatkan hati dan badan.
- Menerangi hati dan wajah menjadi bersinar.
- Mendatangkan rizki.
- Orang yang berdzikir akan merasakan manisnya iman dan keceriaan.
- Mendatangkan inabah, yaitu kembali pada Allah ‘Azza wa Jalla. Semakin seseorang kembali pada Allah dengan banyak berdzikir pada-Nya, maka hatinya pun akan kembali pada Allah dalam setiap keadaan.
- Meraih apa yang Allah sebut dalam ayat: “Maka ingatlah pada-Ku, maka Aku akan mengingat kalian.” (QS. Al Baqarah:152). Seandainya tidak ada keutamaan dzikir selain yang disebutkan dalam ayat ini, maka sudahlah cukup keutamaan yang disebut.
- Hati akan semakin hidup. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Dzikir bagi hati seperti air yang dibutuhkan ikan. Lihatlah apa yang terjadi jika ikan tersebut berpisah dari air?”.
- Dzikir menyebabkan lisan semakin sibuk sehingga terhindar dari ghibah (menggunjing), namimah (adu domba), dusta, perbuatan keji dan batil.
- Akan memberikan rasa aman bagi seorang hamba dari kerugian di Hari Kiamat.
- Dzikir adalah cahaya bagi pemiliknya di dunia, kubur, dan Hari Kebangkitan.
- Dzikir akan memperingatkan hati yang tertidur lelap. Hati bisa jadi sadar dengan dzikir.
0 komentar:
Post a Comment