Budaya "Wani Piro?" Juga Berlaku Untuk ONH
0
komentar
Sungguh Terlalu ........!!
Kondisi bangsa Indonesia saat ini sungguh sangat menyedihkan. Krisis malu dan harga diri telah menyebabkan bobroknya mental para penguasa yang selalu mengatasnamakan rakyat. Mereka mengeruk keuangan negara dengan proyek-proyek bayangan. Manipulasi data, mark up anggaran hingga pada penyunatan bantuan sudah menjadi budaya di kalangan yang menamakan dirinya dengan sebutan elit ini. Imbasnya adalah kesengsaraan rakyat yang berkepanjangan. Mungkin benar apa yang dikatakan oleh teman saya, bahwa para wakil rakyat kita telah benar-benar mewakili rakyat untuk makmur. jadi yang makmur cukup mereka saja, toh mereka kan sudah mewakili seluruh rakyat Indonesia. jika mereka makmur, maka rakyatpun kelihatannya juga sudah makmur.
Sebenarnya kalau kita telaah lebih jauh, kedhaliman para penguasa kita adalah andil dari kita juga. Sebenarnya rakyat sendirilah yang menyebabkan munculnya para pemimpin korup dan sewenang-wenang itu. Kenapa demikian ?. Budaya “wani piro?” begitu melekat di hati rakyat Indonesia. Siapa yang berani membayar tinggi maka itulah yang akan dipilihnya meskipun dia tidak memiliki kemampuan apa-apa. Ironis memang, namun itulah kenyataan. Rakyat kita mungkin terlalu lama sengsara dan menderita, sehingga idealisme dan akal sehat tidak lagi mereka gunakan, yang bergaung dibenak mereka hanyalah uang…uang dan uang. (salah sendiri so... rasakan sendiri....)
Jika proses awalnya saja salah, maka janganlah berharap akan tercipta suatu hasil yang positif. Sejak semula rakyat tidak tulus ikhlas memilih wakil yang tepat yang akan menyuarakan aspirasinya. Receh yang mereka dapatkan di muka harus ditebus oleh anak cucu kita, mereka terpaksa harus menderita bertahun-tahun sebab anggaran yang mestinya digunakan untuk kesejahteraan mereka di garong dan di gasak oleh para copet profesional. Maka kadang terlintas dalam benak penulis, mungkin sebenarnya kitalah yang menyebabkan kesengsaraan anak cucu kita di masa yang akan datang.
Dalam kaidah fiqih dikatakan ” tashorruful Imam Ala Ro’yatihi Manuthun Bil maslahah ” Tindakan seorang imam terhadap rakyatnya haruslah berdasarkan kemaslahatan. Kita semua adalah Imam, setidaknya imam untuk anak cucu kita mendatang dan setidaknya juga kita adalah imam bagi keluarga kecil kita. Jika tindakan yang kita ambil salah sedikit saja, maka bisa jadi hal itu berakibat fatal dalam kelangsungan hidup kita dan anak cucu kita selanjutnya.
Mari mulai dari diri sendiri untuk membangun negeri ini, menghujat sudah tidak diperlukan lagi. Apa yang telah terjadi dimasa lalu adalah ibrah berharga untuk kita di masa depan. Ikhlaskan hati dan tuluskan niat dengan tanpa pamrih dan mengharap imbalan apapun, sebab imbalan Allah sungguh luar biasa. Sucikan hati dan bersihkan niat. Kalam inilah yang harusnya menjadi maskot bagi kita dalam melakukan aktifitas apapun hingga keberkahan dari seluruh penjuru langit dan bumi akan dibuka oleh Allah Subhanahu Wata'ala
Wallahu a’lam
0 komentar:
Post a Comment