Bersyukur Atas Nikmat Allah
0
komentar
Sesungguhnya, segala sesuatu di dunia ini hanyalah cobaan bagi seluruh umat manusia. Kesusahan dan kemudahan, kemiskinan dan kekayaan, harta dan ilmu, nikmat dan musibah, pada hakikatnya hanyalah ujian yang diberikan oleh Allah swt kepada para hamba-Nya. Barang siapa yang mampu bersyukur dan bersabar, maka merekalah yang niscaya termasuk dalam golongan orang-orang yang beruntung. Namun barang siapa yang kufur serta selalu mengikuti nafsu dan emosi semata, maka niscaya merekalah yang berada dalam kumpulan orang-orang yang merugi.
Nikmat dan musibah, kesusahan dan kesenangan, tidak lain adalah sama-sama ujian yang akan terus mewarnai kehidupan manusia. Tidak akan ada satu manusia pun di dunia ini yang terbebas dari yang namanya ujian. Karena, dengan ujian itulah maka manusia dapat menjadi makhluk yang sesuai dengan fitrahnya. Tanpa ujian, maka niscaya manusia akan terjerumus dalam liang kehinaan.
Seandainya nikmat itu bukanlah satu bentuk ujian, maka tidak akan ada manusia yang akan bersyukur kepada Allah swt danberbagi dengan sesamanya. Jika musibah bukanlah satu ujian, maka tidak akan ada manusia yang akan membantu manusia lainnya, tidak akan ada manusia yang akan bersabar atas musibah yang menimpanya, dan tidak akan ada manusia yang mau beribadah di tengah musibah yang menimpanya.
“Berbagai ujian” , itulah yang kelak akan menghantarkan manusia ke dalam naungan dan rahmat Allah swt. Namun demikian, “berbagai ujian” itu pulalah yang nanti juga banyak menghantarkan manusia ke dalam siksa api neraka. Di sinilah pentingnya memahami dan terus mengaplikasikan rasa syukur dan sabar atas segala apa yang diberikan dan diambil oleh Allah swt.
Nikmat adalah salah satu bentuk ujian yang akan membawa manusia memperoleh derajat yang lebih tinggi, di dunia dan di akhirat. Namun sangat disayangkan, ternyata niikmat juga merupakan salah satu bentuk ujian Allah swt bagi hamba-Nya yang justru banyak melalaikan mereka dari mengingat dan taat kepada Allah swt. Nikmat yang telah Allah swt tebarkan di muka bumi, justru telah membuat banyak manusia semakin menjauh dan kufur kepada Allah swt. Mereka lupa bahwa sesungguhnya segala bentuk nikmat yang telah mereka dapatkan adalah berasal dari Allah swt. Mereka menganggap, segala yang telah mereka miliki adalah hasil jerih payah mereka sendiri, semata karena kepandaian mereka sendiri. Dalam hal ini Allah swt telah berfirman di dalam Al Quran, yang artinya:
“Dan jika kami melimpahkan kepadanya sesuatu rahmat dari kami, sesudah dia ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata ” ini adalah hakku”. (QS. Fushshilat: 50).
“(Qarun) berkata: sesungguhnya aku diberi harta kekayaan ini, tiada lain kerana ilmu yang ada padaku”. (QS. Al Qashash: 78)
Betapa kedua ayat di atas menunjukkan bahwa nikmat Allah swt itu merupakan satu bentuk ujian yang jika kita tidak dapat menyikapinya dengan rasa syukur, justru akan menjebloskan kita ke dalam lubang kekufuran.
Ada sebuah riwayat yangmenceritakan tentang tiga orang dari bani Israil yang mendapatkan nikmat dan ujian dari Allah swt. Ketiga orang tersebut merupakan penderita penyakit kusta, orang buta, dan orang yang berkepala botak permanen. Berikut ini kami sajikan kisah ketiga orang tersebut yang terdapat di dalam salah satu hadits Nabi saw.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahawa ia mendengar Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya ada tiga orang dari bani Israil, yaitu: penderita penyakit kusta, orang berkepala botak, dan orang buta. Kemudian Allah swt ingin menguji mereka bertiga, maka diutuslah kepada mereka seorang malaikat.
Maka datanglah malaikat itu kepada orang pertama yang menderita penyakit kusta dan bertanya kepadanya: “Apakah sesuatu yang paling kamu inginkan?”, ia menjawab: “Rupa yang bagus, kulit yang indah, dan penyakit yang menjijikan ramai orang ini hilang dari diriku”. Maka diusaplah orang tersebut, dan hilanglah penyakit itu, serta diberilah ia rupa yang bagus, kulit yang indah, kemudian malaikat itu bertanya lagi kepadanya: “Lalu kekayaan apa yang paling kamu senangi?”, ia menjawab: “unta atau sapi”, maka diberilah ia seekor unta yang sedang bunting, dan ia pun didoakan: “Semoga Allah swt memberikan berkah-Nya kepadamu dengan unta ini.”
Kemudian Malaikat tadi mendatangi orang kepalanya botak, dan bertanya kepadanya: “Apakah sesuatu yang paling kamu inginkan?”, ia menjawab: “Rambut yang indah, dan apa yang menjijikan dikepalaku ini hilang”, maka diusaplah kepalanya, dan seketika itu hilanglah penyakitnya, serta diberilah ia rambut yang indah, kemudian melaikat tadi bertanya lagi kepadanya: “Harta apakah yang kamu senangi?”. ia menjawab: “sapi atau unta”, maka diberilah ia seekor sapi yang sedang bunting, seraya didoakan: ” Semoga Allah swt memberkahimu dengan sapi ini.”
Kemudian melaikat tadi mendatangi orang yang buta, dan bertanya kepadanya: “Apakah sesuatu yang paling kamu inginkan?”, ia menjawab: ”Semoga Allah swt berkenan mengembalikan penglihatanku sehingga aku dapat melihat orang”, maka diusaplah wajahnya, dan seketika itu dikembalikan oleh Allah swt penglihatannya, kemudian melaikat itu bertanya lagi kepadanya: “Harta apakah yang paling kamu senangi?”, ia menjawab: “kambing”, maka diberilah ia seekor kambing yang sedang bunting.
Lalu berkembang biaklah unta, sapi dan kambing tersebut, sehingga yang pertama memiliki satu lembah unta, yang kedua memiliki satu lembah sapi, dan yang ketiga memiliki satu lembah kambing.
Sabda Nabi saw berikutnya:
Kemudian datanglah malaikat itu kepada orang yang sebelumnya menderita penyakit kusta, dengan menyerupai dirinya disaat ia masih dalam keadaan berpenyakit kusta, dan berkata kepadanya: “Aku seorang miskin, telah terputus segala jalan bagiku (untuk mencari rizki) dalam perjalananku ini, sehingga tidak akan dapat meneruskan perjalananku hari ini kecuali dengan pertolongan Allah swt, kemudian dengan pertolongan anda. Demi Allah yang telah memberi anda rupa yang tampan, kulit yang indah, dan kekayaan yang banyak ini, aku minta kepada anda satu ekor unta saja untuk bekal meneruskan perjalananku”, tetapi permintaan ini ditolak dan dijawab: “Hak hak (tanggunganku) masih banyak”, kemudian malaikat tadi berkata kepadanya: “Sepertinya aku pernah mengenal anda, bukankah anda ini dulu orang yang menderita penyakit lepra, yang mana orangpun sangat jijik melihat anda, lagi pula anda orang yang miskin, kemudian Allah swt memberikan kepada anda harta kekayaan?”, dia malah menjawab:
“Harta kekayaan ini warisan dari nenek moyangku yang mulia lagi terhormat”, maka malaikat tadi berkata kepadanya: “jika anda berkata dusta niscaya Allah Subhanahu Wata'ala akan mengembalikan anda kepada keadaan anda semula”.
Kemudian malaikat tadi mendatangi orang yang sebelumnya berkepala botak, dengan menyerupai dirinya disaat masih botak, dan berkata kepadanya sebagaimana ia berkata kepada orang yang pernah menderita penyakita lepra, serta ditolaknya pula permintaanya sebagaimana ia ditolak oleh orang yang pertama. Maka malaikat itu berkata: “jika anda berkata bohong niscaya Allah swt akan mengembalikan anda seperti keadaan semula”.
Kemudian malaikat tadi mendatangi orang yang sebelumnya buta, dengan menyerupai keadaannya dulu disaat ia masih buta, dan berkata kepadanya: “Aku adalah orang yang miskin, yang kehabisan bekal dalam perjalanan, dan telah terputus segala jalan bagiku (untuk mencari rizki) dalam perjalananku ini, sehingga kau tidak dapat lagi meneruskan perjalananku hari ini, kecuali dengan pertolongan Allah Subhanahu Wata'ala kemudian pertolongan anda. Demi Allah yang telah mengembalikan penglihatan anda, aku minta seekor kambing saja untuk bekal melanjutkan perjalananku”. Maka orang itu menjawab: “Sungguh aku dulunya buta, lalu Allah swt mengembalikan penglihatanku. Maka ambillah apa yang anda sukai, dan tinggalkan apa yang tidak anda sukai. Demi Allah, saya tidak akan mempersulit anda dengan mengembalikan sesuatu yang telah anda ambil kerana Allah”. Maka malaikat tadi berkata: ” Peganglah harta kekayaan anda, kerana sesungguhnya engkau ini hanya diuji oleh Allah Subhanahu Wata'ala , Allah Subhanahu Wata'ala telah ridho kepada anda, dan murka kepada kedua teman anda”. (HR. Bukhori dan Muslim)
Demikian Rasulullah saw mengisahkan di dalam haditsnya yang cukup panjang. Jika ketiga orang lelaki di atas mengerti bahwa hakikat dari nikmat adalah ujian dari Allah swt, tentu saja mereka akan bersyukur, terjaga dari kufur, serta terhindar dari membanggakan diri dan melupakan Allah swt sebagai Sang pemberi nikmat yang Maha Tunggal. Jika mereka memahami bahwa nikmat merupakan salah satu bentuk ujian Allah swt kepada hamba-Nya, yang akan dimintai pertanggung jawabannya,niscaya mereka akan bersyukur dan terhindar dari kikir dan bakhil, sehingga mereka semua akan mendapat ridho dari Allah swt.
Semoga tulisan singkat dan riwayat yang penuh dengan hikmah ini dapat menjadi pembuka hati kita semua, sehingga dapat menjadi makhluk yang senantiasa bersyukur kepada Allah swt di setiap waktu. Aamiin.
Wallahu A'lam
Wallahu A'lam
0 komentar:
Post a Comment