Berjuang Menghadapi Kesulitan hidup
0
komentar
Liku-liku kehidupan ini memang tidak bisa dikalkulasi , diprediksi dan atau direkayasa dengan hitungan matematis. Negeri yang katanya demikian makmur ini sedang terancam kekurangan sandang, pangan dan papan. Kegoncangan melanda di mana-mana. Musibah datang silih berganti. Kegelisahan menjadi selimut kehidupan yang tidak bisa ditanggalkan.
Mengapa kesulitan itu mesti ada ?
Sebuah pertanyaan yang mungkin kerapkali dilontarkan oleh sebagian orang yang akrab dengan kesulitan, seringkali hadir di hadapan manusia yang tentu tidak pernah menginginkannya, atau bahkan benci dengannya. Kesulitan bak tembok raksasa yang hadir menghimpit dan membatasi ruangnya untuk berkembang dan bergerak menuju sesuatu yang sedang diperjuangkan.
Atas segala sesuatu yang menyenangkan, manusia akan cenderung langsung berebut, tanpa terlebih dahulu berfikir tentang syarat untuk memperoleh kesenangan itu. Jika sudah bicara soal syarat-syarat, rata-rata akan segan untuk menerima, seolah-olah yang diinginkan hanyalah mendapat keuntungan tanpa menemui kesulitan apapun.
Manusia didesain oleh Allah untuk mampu berjuang menghadapi kesulitan. Banyak hal yang sebenarnya harus kita pahami dari kesulitan, memahami posisi kesulitan dalam kacamata yang benar, insya Allah akan meringankan kita dalam menyikapi kesulitan itu. "karena sesungguhnya sesudah kesulitan akan datang kemudahan"
Lantas bagaimana menyikapi kesulitan itu?
Ada empat sikap yang harus kita bangun dalam menyikapi pergulatan hidup yang penuh dengan kesulitan.
Pertama, kita harus menyadari bahwa realita hidup yang kita jalani adalah pergulatan menghadapi kesulitan. Siapapun orangnya, di manapun dan dalam keadaan bagaimanapun, selama kita hidup pasti akan bertemu dengan berbagai macam kesulitan. Sebagian ada yang berhasil dan ada yang gagal melewatinya. Proses perjuangan untuk menaklukkkan kesulitan-kesulitan inilah yang kemudian disebut dengan hidup.
Kedua, kita harus menyadari bahwa kesulitan adalah milik semua orang, semua orang pasti akan menemui kesulitan dalam kehidupannya, semua orang akan mendapatkan jatah / agenda kesulitannya sendiri-sendiri. Hanya bentuk dan kadarnya saja yang berbeda-beda. Masing-masing kita mempunyai kelebihan dan kekurangan yang menjadi bukti bahwa hidup yang kita jalani berada di atas prinsip yang adil. Kita tidak perlu iri dengan kemudahan yang didapat oleh orang lain, apalagi harus berbangga diri dengan kesusahan yang menimpa orang lain.
Kesulitan adalah sunnatullah, hukum yang telah Allah tetapkan. Mau tidak mau, suka atau tidak, manusia pasti akan berhadapan dengan kesulitan, sebab ini semua telah Allah tetapkan sebagai bagian dari lika-liku kehidupan manusia.
Allah berfirman dalam Alqur’an: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (QS. al-Baqarah [2]: 155).
Kesulitan adalah untuk menguji kesabaran manusia, namun tidaklah bermuluk muluk jika dalam hidup ini kita memimpikan keadaan yang seutuhnya serba enak dan mapan.
Ketiga, kita juga harus mampu menyadari bahwa kadar kesulitan yang menimpa setiap orang setara dengan kesanggupan untuk memikul kesulitan itu. Allah tidak berbuat dzalim dengan memberi kesulitan di luar batas kemapuan seorang hamba untuk memikulnya. Allah berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 286: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala dari kebajikan yang diusahakannya dan ia mendapat siksa dari kejahatan yang dikerjakannya.
Ini adalah bentuk kasih sayang Allah kepada manusia. Allah telah berkenan memberi kesulitan yang banyak mengandung hikmah dan kebaikan, selain bahwa semua kesulitan iitu tidak pernah melampaui batas kekuatan manusia.
Keempat, kita harus belajar bahwa dalam setiap kesulitan ada karunia kemudahan, Islam mengajarkan, bahwa letak kemudahan itu ada di balik kesulitan, karena sesunggunya bersama kesulitan ada kemudahan. Allah berfirman dalam surat al-Insyirah ayat 5 – 6: Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan; sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Dari kesulitan-lah kita akan mampu mengenal siapa diri kita. Ia akan memberikan gambaran yang jelas tentang siapa diri kita sebenarnya. Karena ia adalah cermin yang mampu memberikan gambaran utuh tentang kepribadian dan karakter kita. Kesulitan sudah menjadi bayangan yang akan terus melekat kepada manusia yang hidup di dunia ini. Ia tidak akan dapat disingkirkan dalam perjalanan manusia. Kesulitan diciptakan oleh Allah untuk mengetahui siapa-siapa dari hambaNya yang bersyukur dan juga menjelaskan siapa saja dari hambaNya yang kufur. Kesulitan juga menjadikan sarana bagi manusia untuk dekat kepada Tuhannya. Tatkala semua usaha manusia tidak mampu mengatasi, maka semua secara alami manusia akan menyebut Tuhannya agar diturunkan pertolongan. Itulah hikmah di balik kesulitan. Maka janganlah kita membenci kesulitan, karena terkadang melalui kehadirannya kita menjadi dekat kepada Pencipta kita, melaluinya kita menjadi manusia yang bersyukur.
Inilah realita hidup manusia. Kesulitan jika dipahami dengan bijaksana akan menumbuhkan kesadaran dalam diri bahwa kesulitan adalah bagian dari lembaran hidup yang sepanjang hayat akan digeluti. Jika demikian, maka tidak akan ada lagi perasaan gentar untuk menghadapinya. Selalu tanamkan dalam diri untuk selalu siap akan datangnya kesulitan apapun dan bagaimanapun bentuknya serta kapanpun datangnya. dan ingatlah... bahwa Allah Subhanahu Wata'ala tidak pernah menganiaya hamba-hamba-Nya.
Wallahu A'lam
Mengapa kesulitan itu mesti ada ?
Sebuah pertanyaan yang mungkin kerapkali dilontarkan oleh sebagian orang yang akrab dengan kesulitan, seringkali hadir di hadapan manusia yang tentu tidak pernah menginginkannya, atau bahkan benci dengannya. Kesulitan bak tembok raksasa yang hadir menghimpit dan membatasi ruangnya untuk berkembang dan bergerak menuju sesuatu yang sedang diperjuangkan.
Atas segala sesuatu yang menyenangkan, manusia akan cenderung langsung berebut, tanpa terlebih dahulu berfikir tentang syarat untuk memperoleh kesenangan itu. Jika sudah bicara soal syarat-syarat, rata-rata akan segan untuk menerima, seolah-olah yang diinginkan hanyalah mendapat keuntungan tanpa menemui kesulitan apapun.
Manusia didesain oleh Allah untuk mampu berjuang menghadapi kesulitan. Banyak hal yang sebenarnya harus kita pahami dari kesulitan, memahami posisi kesulitan dalam kacamata yang benar, insya Allah akan meringankan kita dalam menyikapi kesulitan itu. "karena sesungguhnya sesudah kesulitan akan datang kemudahan"
Lantas bagaimana menyikapi kesulitan itu?
Ada empat sikap yang harus kita bangun dalam menyikapi pergulatan hidup yang penuh dengan kesulitan.
Pertama, kita harus menyadari bahwa realita hidup yang kita jalani adalah pergulatan menghadapi kesulitan. Siapapun orangnya, di manapun dan dalam keadaan bagaimanapun, selama kita hidup pasti akan bertemu dengan berbagai macam kesulitan. Sebagian ada yang berhasil dan ada yang gagal melewatinya. Proses perjuangan untuk menaklukkkan kesulitan-kesulitan inilah yang kemudian disebut dengan hidup.
Kedua, kita harus menyadari bahwa kesulitan adalah milik semua orang, semua orang pasti akan menemui kesulitan dalam kehidupannya, semua orang akan mendapatkan jatah / agenda kesulitannya sendiri-sendiri. Hanya bentuk dan kadarnya saja yang berbeda-beda. Masing-masing kita mempunyai kelebihan dan kekurangan yang menjadi bukti bahwa hidup yang kita jalani berada di atas prinsip yang adil. Kita tidak perlu iri dengan kemudahan yang didapat oleh orang lain, apalagi harus berbangga diri dengan kesusahan yang menimpa orang lain.
Kesulitan adalah sunnatullah, hukum yang telah Allah tetapkan. Mau tidak mau, suka atau tidak, manusia pasti akan berhadapan dengan kesulitan, sebab ini semua telah Allah tetapkan sebagai bagian dari lika-liku kehidupan manusia.
Allah berfirman dalam Alqur’an: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (QS. al-Baqarah [2]: 155).
Kesulitan adalah untuk menguji kesabaran manusia, namun tidaklah bermuluk muluk jika dalam hidup ini kita memimpikan keadaan yang seutuhnya serba enak dan mapan.
Ketiga, kita juga harus mampu menyadari bahwa kadar kesulitan yang menimpa setiap orang setara dengan kesanggupan untuk memikul kesulitan itu. Allah tidak berbuat dzalim dengan memberi kesulitan di luar batas kemapuan seorang hamba untuk memikulnya. Allah berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 286: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala dari kebajikan yang diusahakannya dan ia mendapat siksa dari kejahatan yang dikerjakannya.
Ini adalah bentuk kasih sayang Allah kepada manusia. Allah telah berkenan memberi kesulitan yang banyak mengandung hikmah dan kebaikan, selain bahwa semua kesulitan iitu tidak pernah melampaui batas kekuatan manusia.
Keempat, kita harus belajar bahwa dalam setiap kesulitan ada karunia kemudahan, Islam mengajarkan, bahwa letak kemudahan itu ada di balik kesulitan, karena sesunggunya bersama kesulitan ada kemudahan. Allah berfirman dalam surat al-Insyirah ayat 5 – 6: Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan; sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Dari kesulitan-lah kita akan mampu mengenal siapa diri kita. Ia akan memberikan gambaran yang jelas tentang siapa diri kita sebenarnya. Karena ia adalah cermin yang mampu memberikan gambaran utuh tentang kepribadian dan karakter kita. Kesulitan sudah menjadi bayangan yang akan terus melekat kepada manusia yang hidup di dunia ini. Ia tidak akan dapat disingkirkan dalam perjalanan manusia. Kesulitan diciptakan oleh Allah untuk mengetahui siapa-siapa dari hambaNya yang bersyukur dan juga menjelaskan siapa saja dari hambaNya yang kufur. Kesulitan juga menjadikan sarana bagi manusia untuk dekat kepada Tuhannya. Tatkala semua usaha manusia tidak mampu mengatasi, maka semua secara alami manusia akan menyebut Tuhannya agar diturunkan pertolongan. Itulah hikmah di balik kesulitan. Maka janganlah kita membenci kesulitan, karena terkadang melalui kehadirannya kita menjadi dekat kepada Pencipta kita, melaluinya kita menjadi manusia yang bersyukur.
Inilah realita hidup manusia. Kesulitan jika dipahami dengan bijaksana akan menumbuhkan kesadaran dalam diri bahwa kesulitan adalah bagian dari lembaran hidup yang sepanjang hayat akan digeluti. Jika demikian, maka tidak akan ada lagi perasaan gentar untuk menghadapinya. Selalu tanamkan dalam diri untuk selalu siap akan datangnya kesulitan apapun dan bagaimanapun bentuknya serta kapanpun datangnya. dan ingatlah... bahwa Allah Subhanahu Wata'ala tidak pernah menganiaya hamba-hamba-Nya.
Wallahu A'lam
0 komentar:
Post a Comment